tak di kawasan elit Kensington. Pilar-pilar tinggi menopang balkon lantai dua, jendela
ah itu, melainkan fakta bahwa ia kini berdiri di depan
di sini?" g
nyelinap tepat di telinganya, me
ini, kau akan ting
rdiri sangat dekat di belakangnya, dengan seny
ipitkan mata, curiga. "Kau..
auh lebih sinis daripada menyenangkan. "Oh, Aurora. Jang
Aurora melangkah masuk dan mendapati interior rumah yang tak kalah mewahnya.
mengambil sesuatu, lalu melemparkannya ke arah Aurora. Gadis itu nya
seragam
?" tanyan
en rumah tangga pribadiku." Rafael melipat tangan,
ot tak percay
berimu kamar yang layak, ranjang empuk, dan dua kali makan sehari. Sarapa
annya. "Aku pegawai mark
tinggal yang layak," sahut Rafael, mendekat. "Kau bisa menolak, tentu saja. Tapi kal
rdiam. Taw
ar ingin memper
besok, jam lima pagi, kau harus menyiapkan sarapan. Jam enam, pakaian kerjaku
uh benci, tapi ia tahu
s tinggal di jalanan, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki di rumah ini da
m licik, seolah akan ada kejutan l
*
kan begitu saja di depan gerbang rumah kos. Aurora berlari kecil, matanya membelalak tak percaya. Belum sempat ia mem
oper saya di luar?"
p kecil berisi uang. "Ini uang sewamu. Aku kembalikan.
napa? Ini satu-satunya tempat yang bisa
si ibu kos singkat, lalu memutar t
ang, walau hanya mendapatkan seteng
pintu. "Aku tak ingin masalah. Maaf,
an lebih lanjut
perti simbol betapa hidupnya sudah benar-benar kehilangan pijakan. Wajahnya tert
lai perih. Ia berdiri dengan lelah, menarik koper pelan,
kembali berkeroncong. Ia ragu sejenak di depan pintu, lalu masuk. Tidak ada pilihan l
asuk ke dalam restoran dan menabraknya dengan keras. Aurora terhuyung sedikit, pria itu sempat bergumam minta maaf, tapi wajahn
ng semakin aneh," gumamnya. Ia kemba
agihan datang, ia membuka tas kec
isi tas, menyibak saku jaket, bahkan
n uang sewa ko
gkin," bisiknya pani
ekspresi tak sabar. "Maaf
n wajah hampir menangis, tapi
nyaris kosong. Wajahnya pucat, rambutnya berantakan. Seorang polisi muda sedang menanyain
Suaranya lirih tapi tegas. "Dompetku dicopet, seseorang menabra
gan nada mencibir. "Sudah makan, terus pura-pura do
ungnya nyeri, bukan karena takut, tap
ngisi udara dengan aura dominasi. Pintu terbuka perlahan, dan berdiri
han kompensasi karena waktu Anda terbuang," katan
. "Ah... terima kasih, Tuan. Kalau begitu saya tidak akan perpanj
ecil. "Kalau begitu, kami anggap selesai. Tapi
enatap Rafael tajam, penuh rasa
ya diri. Aku hanya memastikan investasi baruk
ar. "Kau pikir aku senang menjadi orang yang harus
bantu. Tapi jika kau lebih suka kelaparan, aku bisa pergi sekara
ambun