ding bata yang dingin, kontras dengan desahan hangat dua tubuh yang saling menjelajah. Rafael berdiri di pinggir ranjang de
uk otot yang tegang. Tangannya menelusuri tulang selangka Aurora, lalu n
askan. Rafael mendekat perlahan, mencium bibirnya dengan tekanan yang tak sepenuhnya lembut, seol
h menuntutnya untuk tunduk. Dan ketika jemari mereka saling mencengkeram, ketika napas mereka ber
yatuan itu nyaris ter
hnya
tap ke arah jendela yang tertutup tirai tipis. Napasnya memburu, bukan karen
sih berkabut menatap Rafael dengan bi
. Matanya gelap, namun b
nyaris tak terdengar. "Aku
janya yang terjatuh di lant
nutupi tubuhnya, berusaha memaham
akukan kesalahan
nggeleng.
erkata sesuatu yang tertahan terlalu
ir lupa alasan kena
ggalkan Aurora dalam keheningan yang k
*
oran keuangan menari-nari dalam grafik yang absurd dan semuanya salah. Celah itu tak akan terlihat oleh se
elah melakukanny
las bulan terakhir," perintah Rafael kepada
emukan. Didalamnya terdapat transfer bertahap, uang mengalir perlahan t
r Mar
aat mereka memotong pita pembukaan gedung baru enam bulan lalu. Rafael tak percaya, sampai ia
rapat kosong sambil memandangi kota yang perlaha
bisa menuntutnya. Menghilang, seperti pengecut. Meninggalkan nama baikny
*
bersih, halaman rumput masih terawat, namun tak ada kehidupan nyata di dalamnya sel
ing. Senyum Edgar yang tenang di balik pigura emas kini terasa asing. Ia mencoba tersenyum, tap
nya. Telepon mati. Email tak dibalas. Aurora tidak mengerti kenapa tiba-tiba ayahnya memutu
mana?" tanyan
kemudian, suara mesin mobil terdengar di luar. Dari balik jendela, ia melihat seorang
pintu sebelum be
?" tanyany
elapnya langsung terkunci pada wajah Aurora. Pandangan
rvelo?" tan
Ya
fael Val
n telepon ayahnya, atau mungkin dari sebuah artikel bisnis yang samar ia baca. Tapi yang ia inga
ra tahu... kedatangannya b
t Rafael sambil melangkah masuk tanpa diun
e dalam rumahnya atau lebih tepatnya, rumah ayahnya. Ia men
katakan padaku," ucap Aurora akhirnya.
n, mengejek. "Tentu sa
pnya bingung.
curi uangku. Meninggalkanku dengan kehancuran. Dan dia menghilang seperti pen
u. "Apa maksud
an bodoh soal bisnis ayahmu. Dia menipuku. Mengambil jutaan dolar dari merger perusahaan kami, mema
tahu apa pun tentang itu. Aku tidak pernah terlibathadapan langsung dengannya. Hanya beberapa inci memisahkan
Aurora. "Aku tidak pu
ingai pelan, g
bayar. Dan kau akan tahu sa
lelaki itu seperti badai, dingin dan tak tertebak. Tapi Aurora bukan tipe wanita yang mudah dii
" tanyanya, suaranya pelan na
benar-benar tak tahu apa-apa. Lalu perlahan, senyumnya tumbuh. Tapi bukan senyum ramah. It
dah, nyaris berbisik namun menggema seperti dentuman. Ia m
ambu