Jakarta. Meskipun kondisi macet memaksa mobil berjalan lambat,
latex hitam yang ia kenakan terasa panas, tetapi bukan karena suhu udara. Di sebelahnya, Liam memegang
selama lima belas menit. Keheningan yang be
an besar, tangan kiri Liam perlahan bergerak dari kemudi. Gerakannya
pos karena gaun yang sangat pendek. Kinan menahan napas, tidak bergerak, t
uh bagian paling tepi dari kai
esaat. "Liam," bisiknya
. Dengan gerakan yang berani dan mendesak, Liam menyelipkan jarinya ke bawah gaun Kinan. Kinan hanya men
awahnya untuk menahan d
ari tengahnya menusuk, menemukan area sensitif Kinan yang su
arkannya dengan desahan batuk kecil. Ia
atanya tetap di jalanan yang macet. Kontras antara penampilan Lia
otes, tetapi tangannya justru bergerak, m
macetan mereka," jawab Liam, sambil meningkatkan ira
desah, kini tidak bisa
nya sejenak, menukar gigi, dan melaju pe
tah Liam. "Dudu
ejut. "Gil
k Liam, matanya menatap Kinan dengan campuran
melaju pelan, Kinan melepaskan sabuk pengamannya. Ia menarik tubu
enekan bagian intimnya. Mereka kini dalam posisi yang sangat berbahaya: Kin
ayang," b
urkan sejak tadi, dan membukanya sepenuhnya. Kinan merasakan p
ang Kinan erat-erat
dalam, Liam memasukkan penisnya ke dalam luba
sesak itu lebih kuat daripada di kamar mand
h mereka bertemu lagi, berbagi napas dan hasrat. Tangan Kinan m
ku suka kau di sini," bi
rayap di kemacetan. Tubuh Kinan mulai bergerak. Ia mem
ciumannya, matan
mu. Biar aku yang mengemudi, kau yang genjot," perin
Kinan mulai menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah, menciptakan ritme yang cepat da
u mau datang..." desah Kinan, air matanya
mudi, tangan lainnya mencengkeram bo
, Kinan. Aku gila k
dan mengerang. Gairahnya memuncak, dan i
r yang sangat dalam, Liam mengeluarkan cairan spermanya
a menegang karena pelepasan. Kinan menjerit kecil, merasakan kontraksi keras
, bersatu dalam kehen
patan dan kontrol yang menakutkan, ia membenarkan pakaiannya dan m
i dingin dan datar, seolah tidak ada yang
a kusut. Ia segera membenahi penampilannya, menyeka sisa gairah dari bibirnya. Ia melihat pantulan dirinya
tepat di depan sebuah
odel," kata Liam, mem
ta Liam. "Terima kasih atas tumpangannya," kata Kinan. Ia ingi
ia membuka bagasi mobil dan mengeluarkan k
iam. Itu bukan salam, melainkan
am yang langsung tancap gas menuju kantornya. Di balik senyum profesionalnya, Kinan tahu ia telah m

GOOGLE PLAY