/0/28415/coverbig.jpg?v=2cb99dcc5049cf09b586fec522a6249d)
etelah lima tahun tenggelam dalam gemerlap dan kesibukan dunia fesyen di Milan, kembalinya ia ke sini, ke depan rumah sederhana namun asri
ritkan label "mahal" dan "berani," ciri khas gaya hidup yang baru ia tekuni. Rambut cokelat gelapnya yang bergelombang ditata acak, dan sepasang kacama
label internasional di tepi jalan setapak berkerikil. Kinan tak peduli dengan tatapan penasaran tetangga
depannya. Sebuah plakat kecil bertuliskan "Keluarga Arsyad" tergantung di gerbang. Ya,
bel, namun sebelum jarinya menyentuh
uhan, kamu s
engan Kinan bagaikan langit dan bumi. Airin tampak lebih tenang, lebih matang, dan raut wajahnya memancarkan keb
t-erat. Pelukan yang hangat, tulus, dan penuh rasa rindu ya
in adalah aroma rumah-aroma sabun cuci, bedak bayi, dan sedikit minyak kayu
ayang, masuk! Kenapa berdiri di sini?" Airin melepaskan pelukan dan menangkup wajah adiknya dengan kedua tanga
. Ia tak ingin Airin tahu bahwa di balik kesuksesannya, ia
nakal. "Tidak perlu repot-repot, Nona Fesyen. Yang pe
an melangkah masuk. Interior rumah itu didominasi warna krem dan cokelat muda, dengan dekorasi yan
sti capek sekali, kan?" kata Airin samb
il yang asyik bermain di atas karpet beludru abu-abu. Seorang anak perempuan dengan
lunak penuh kasih sayang. "Putri kesayanga
una, yang mengenakan gaun tutu merah muda kusam, mendongak. Mata bulatnya yang bes
umpulkan. Ia jarang berinteraksi dengan anak kecil; dunianya penuh
memperlihatkan gigi depa
g cantik. Kamu
wab Luna, pe
Boleh Tante duduk di sini da
gi. Senyum yang terasa lebih nyata dan tidak
. "Kinan, kamu pasti haus dan lapar. Kakak akan ke dapur sebentar, buatkan kamu es lemon
api matanya terpaku pada Luna. "Pergilah, Kak. Aku akan
ri matanya. Ia bergegas menuju dapur, yang t
una. "Baiklah, Putri Luna. Ayo kita lihat s
nyusun balok, sebuah bayangan ting
lakang Kinan, memanggil Luna. "Princess Ayah, sudah j
maskulin, dan ia benar-benar tidak menyadari a
ya langsung bertabrakan dengan sosok
eolah m
a i
rawakannya atletis, bahunya lebar, dan tinggi badannya pasti jauh di atas rata-rata orang Indonesia. Wajahnya adalah perpaduan pahatan sempurna. Garis rahang tegas, hidun
melihat foto Liam di media sosial, tetapi foto-foto itu tidak adil-tidak menangkap aura dan intensitas yang ki
g, melupakan istananya, dan
Kinan sekali lagi, kali ini dengan senyum yang lebih ramah dan hang
rin," katanya, suaranya yang dalam menggema sedikit di ruang keluarga. Ia m
untuk menarik perhatian pada garis lehernya. Ia membalas jabat tangan Liam. Tangan Liam besar, hang
nakan di depan kamera. Ia membiarkan kontak mata mereka berlangsung sedikit lebih lama dari seharusnya. "Dan An
odaan yang telah ia asah selama bertahun-tahun di panggung dunia. Ma
a yang membuat Kinan me
malu-malu, sebelum kembali menatap mata Kinan. Kinan melihat bayangan dirinya-gaun merah, sepatu hak tinggi, t
Anda nyaman, Kinan," tambah Liam, tetapi suarany
Terima kasih, Liam. Cukup nyaman. Saya tidak sabar untuk mengejutkan Kakak lagi. Saya h
dan langkahnya terhenti. Ia melihat tasnya ada di atas meja kayu k
s pada tasnya, dan mungkin sedikit terganggu oleh kehad
kehilangan
ginya terpelintir. Ia oleng. Dalam detik-detik mengerikan itu, ia hanya bisa membayangkan
inginnya lantai, dua lengan yang s
erak sece
menjauh, terbiasa dengan drama kecil-dan melomp
berta
Liam mencengkeram Kinan di pinggang dan punggung, menahan tubuhnya. Kinan se
ng sangat intim. Kinan berlutut sedikit, tub
ya berjarak bebe
bintik kecil kecokelatan di dekat sudut mata kanannya, dan napasnya yang hangat menerpa bibir Kin
ahu apakah itu karena syok karena hampir jat
a pesona dan godaan Kinan telah runtuh, digantikan oleh kerentanan murni. Di mata Liam, Kinan melihat sesua
a tidak bergerak. Ia
ka semakin
a berpikir. Semua kehati-hatian, semua batas, semua rasa hormat
ngkan kepal
at, percaya diri, dan mendominasi, Li
dan lebih mendesak, saat bibir Liam menuntut Kinan. Kinan, tanpa berpikir, tanpa perlawanan, membalas
, sebuah pengakuan tanpa kata bahwa apa yang terjadi di antara mereka dalam waktu k
a beberapa detik, tetapi terasa se
gelap karena hasrat yang kini tercermin di mata Kinan.
m adalah bisikan ser
apnya. Bibirnya perih,
engar dari ambang pintu dapur,
m di situ? Kinan, ini, Kakak bu
dekat, ceria, tak
tangannya seolah-olah kulit Kinan membakar. Kinan berdir
ta Liam, berhasil mengendalikan suaranya, tampak tenang, seolah tidak ada
k apa-apa? Kamu pakai sepatu hak setinggi it
r kencang. Ia mengusap bibirnya dengan ibu jari
rgetar. Ia menatap Liam, yang kini menghindari tatapannya,
hu. Sebuah garis telah terlampaui. Kinan tahu kun
ni hingga 3.000 kata dengan
mengapa ia membiarkan ciuman itu terjadi, perasaan
skripsi detail tentang kamar Kinan,
pan Kinan di Milan, masa lalu mereka, dan topik safe lainn
tnya, mengapa ia mencium Kinan, dan bagaimana

GOOGLE PLAY