ang tak kasatmata. Tubuhku basah oleh keringat dingin, tapi udara di dalam kamar justru menusuk sep
beraturan. Tenggorokanku kering, seolah segal
ti lukisan yang belum sempat memudar. Saa
unan, tak ada tanda kehidupan. Hanya hamparan tanah kering dan padat y
engan bintang-bintang yang bertabur sepi. Tak ada suara lain selain detak ja
aku melihatnya, seseorang berdiri di tengah halaman yang sunyi. Diam. Tanpa suara. Namun
. Namun anehnya, cahaya bintang enggan menyentuh wajahnya, seakan alam pun tak ingin
n yang pucat. Rambutnya tergerai panjang, terombang pelan ditiup angin malam. Gaun panjang
namun wajahnya menyuarakan segalanya sebuah
itu... adalah wajahku. Sama persis. Namun lebih tirus. Tatapannya ko
ang terlalu dalam untuk dijelaskan dengan kata-kata. Rasa k
..." Bukan, itu bukan suara yang keluar dari bibirnya melainkan gema halus yang menyelinap
ah tidak
yang ingin kuucapkan. Siapa dia? Apa maksud ucap
Seolah dunia enggan memberiku celah u
per satu redup, padam seperti lilin kehabisan harapan. La
suara lain, terdengar begitu dekat, begitu ding
bagian dar
li. Jantungku berpacu liar, seolah ingin lepas dari dadaku. Napasku tercekamenyapu sudut kamar dengan sinar keemasan. Dengan tangan gemetar, aku memijat
emui. Bergegas, aku berdiri, masuk ke kamar mandi, lalu berpakaian dengan ter
itu menyambutku. Ia sedang duduk di tengah-tengah anak-anak didiknya, seperti biasa, d
kesultanan dan kerajaan ya
satu anak, suaranya mengambang
asih menjadi misteri. Para arkeolog telah mencoba mencarinya, menelusuri catatan-catatan kun
an itu ada di
senyum sam
tidak masuk akalmu itu?" Potongku
rat. "Dan bisakah kau berhenti menyela ceri
matanya dalam-dalam. "Aku
dan menarik lenganku, menyeretku keluar dari
tolong jangan seret-seret aku terus ke dalam urusanmu
n, tak peduli pada k
ya merogoh saku celana, lalu menyodorkan kun
an kamu terus j
, 'kan, apa yang harus kamu lakukan setelah ini
erakhir kalinya aku membantumu!" teriak Zayden d
k peduli. Tid
lalu berjalan mantap menuju Yamaha YZF-R6 kesayanganku. Motor yang ker
, Re. Berperilakula
erus menyusahkan Ayah da
nah menyusulku ke kantor polisi, wajahnya merah padam, suaranya
ak mengubahku. Mungkin aku memang keras kepala. Atau mungkin aku hanya s
da motor kesayanganku, lalu mengenakan
entuman suara mesinnya membelah malam, dan aku melesat keluar tanpa ra
erang. Deru mesin, sorak-sorai liar, dan cahaya neon jala
kecepatan dan kegilaan. Dan, ya, seperti bi
Seorang pria bertubuh tegap, mengenakan jaket kulit g
a, suaranya dalam dan datar tapi ada se
n, bukan?" godaku, melengkungkan s
gkuk sedikit, menyamakan tinggi wajahnya dengan wajahku, begitu dekat hingga aku bisa merasakan
yum tenang, namun sorot matanya bicara lain. "Bagiku