img Sangkawang  /  Bab 2 Mimpi Itu Lagi | 9.52%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Mimpi Itu Lagi

Jumlah Kata:1069    |    Dirilis Pada: 10/10/2025

seolah dunia berhenti berputar. Tak ada suara lain selain d

nalnya," lanjutnya dengan nada santai

bukan sekadar taruhan biasa. Ini soal harga diri.

ing, mengiris keheningan seperti sembila pisau. Nama yang t

ri sana. Suara teriakan teman-temanku meng

kekacauan di kepalaku. Berkali-kali ku tarik napas dalam, mencoba menenangkan diri, namun percuma ka

. Di ruang tamu, Ayah dan Ibu sudah menunggu, duduk berdampingan di

kah pelan,

" Perintah

sesuatu yang terasa berbeda malam ini. Terlalu berbeda. Bahkan jauh lebih m

mata, aku bisa melihat Ayah tamp

amu me

nyaan yang kupikir akan keluar. Biasanya,

aik saja, 'kan?

saja?" sahutnya datar, tak terseny

k pelan. Deg-degan

senang jad

tusias, aku mulai bercerita tentang balapan, suara mesin, detik-detik sebelum g

napas panjang.

h tidak akan melarangmu lagi mela

ontak membuatku

ngan sat

bergantian. Keduanya tersenyum. Senyuman yang penuh makna. Alarm di

g penghafal Al-Qur'an. Kalau kamu bisa penuhi syarat ini, silakan. Mau melakukan apa pun setela

i, Y

sama sekali. Kam

seakan berhe

an tatapan ayah yang tak bisa kutembus. Tatapan yang tadinya h

atu pun kata yang mampu kubalas. Dadaku sesak

emikirkannya, Yah." Perlahan aku melangkah menjau

Rumah yang biasanya dipenuhi canda dan suara televisi, malam

lalu menutupnya rapat di belakangku. Tak ada

gigi, berganti pakaian, lalu kembali ke kamar. Makan mal

njang yang biasanya mampu meredakan penat. Tapi

hampa langit-langit kamarku dengan perasaan dan

uatu yang mudah

anya seperti dua dunia yang

ngabaikannya, semakin

akan bara yang menyala dalam dadaku. Sia-sia. Napasku tersengal pelan, jantungku berdetak

g menggumpal di kepala. Tapi semakin kesadaranku menipis, semakin dalam aku teng

bangun dengan napas terengah dan dada sesak, seolah baru saja lolos dari sesuatu yang tak terli

rtinggal di tempat lain, di dalam kegelapan lembap yang terasa kun

mengingat kembali potongan-poton

ertarik ke dada, bahunya bergetar dalam isakan sunyi. Rambut panjangnya kusut, menjuntai hin

aku dalam

nahannya dari telingaku. Mulutnya bergerak, namun dunia sekitarnya seolah dibungkam

inya. Tapi tubuhku selalu terkunci di tempat,

temu, entah kenapa, hatiku terasa ditikam oleh sesuatu yang tak bisa kugam

lam dada, meninggalkan jejak panas dan perih yang tak kasatmata. Tenggorokanku tercekat, seolah ada gumpalan

terlihat, beban yang tak kukenal, tapi terasa begitu akrab. Seakan tubuhku mengingat sesuatu yang pikir

a sekedar bunga tidur? Tapi ini terlalu

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY