/0/28776/coverbig.jpg?v=8d0e28d6579d4587d5021af06ee0054b)
ninggal dalam sebuah kecelakaan, dan tubuhnya tak pernah ditemukan, lenyap terbakar oleh api. Dalam penat, aku memutuskan kembali ke pulau seberang, mengadu nasib, karena des
k mengenal siapa mereka, namun tanpa banyak pikir, aku melangk
**
....t
ali membuat ku Terbangun
l merenggangkan tubuhku yang sedikit l
ah terpaksa
api rasa heran kembali menerpaku. Karena sebelumnya di kost k
uk muti yang tengah duduk sa
wabky tanpa menunggu respon dari wanita di ha
dengan cipika - cipiki dengan me
ex ? " tanya dia sambi
wabku singkat, kemu
n lanjut menawarkanku, awalnya enggan tapi dengan sedikit paksaan m
ee
hhh
cap Mutiara kem
, kok ngga kelia
artemen pemberian almarhum
ingka mana ?"
ex, " jawab muti seketika
barusan saja keluar dari kamar
anita pertama yang berhasil membuatku jatuh cinta secara a
iara menunjukku, dan wajahnya langsung berusaha mel
is seolah membuatku melup
nya tanpa berkedip. Apalagi ketika pandanganku t
Mutiara menyadark
aku Alex, "
ri Kamar yang dulunya di huni oleh Pingki, al
mudian melangkah ke
h kurus tinggi tapi wajahnya itu yan
Muti kembali
" sahut wanita di depanku t
tubuh Agnes yang memancing keperkasaanku
anya yang mencuat menantang, bibirnya yang tebal, serta perutnya yang begitu seksi,
a masih mengenakan ba
oh, " kali ini Agnes sendiri yang menegurku
di dalam, " ucap wanita yang tadinya mengetu
upu aku Lex, dia sekamar den
dengan tubuh kakak kandungku. Hanya saja monica leb
ta juga ?" Tanyaku pada Mu
ng lowongan kerja di sosmed, jadi ban
uk tapi keduanya memilih tinggal di A
enarnya ada rasa sedikit cemburu mendengarnya, mesk
kan segera pindah kalau sudah mener
a setiap hari aku akan bertemu dengan wanita - wanita cantik
tuskan untuk kembali kekama
g menenangkan, aku t
tan gaun putih yang berkilauan. Rambutnya terurai lembut mengikuti alunan angin yang tidak terl
apkan selamat tinggal. Detik berikutnya, ia perlahan menghila
n sekaligus terhibur. Dengan suara yang penuh emosi, aku memangg
mimpi. Namun, meski hanya sebentar, mimpi itu memberinya sem
ku selama beberapa jam terakhir. Kepalaku terasa ringan, berputar-putar, dan r
kit terpulihkan. Aku mengenakan pakaian yang nyaman, dan sepatu yang siap mengantarku menjelajahi kota. Perutku keroncongan, meminta segera diisi. Maka, aku pun kelua
mengembang. Aku terpaku sejenak, terdiam, dan sedikit canggung. Pandanganku menelusuri wajahnya, mencoba mengingat siapa dia. Wanita itu, dengan ram

GOOGLE PLAY