/0/29101/coverbig.jpg?v=57f307cb8ccdea77ab0e2c126bca7f0e)
. Suamiku, Damar Adijaya, seorang taipan teknologi, mem
aiku. Sesaat kemudian, aku melihatnya menggunakan kode rahasia yang kami ci
u untuk perempuan itu. Keesokan harinya, perempuan itu muncul di rumah kami, dalam keadaan hamil. Aku melihat dari jendela saat seny
u adalah istri yang sempurna dan suportif. Aku juga seorang ahli keamanan siber yang memban
ami ada sebuah Rolls-Royce, dihias untuk pernikahan. Di dalamnya ada Damar dan Kania, dalam balu
ku ke luar jendela dan me
a
g seorang taipan teknologi, telah memesan seluruh lantai teratas hotel termewah di
ia adalah CEO yang karismatik, dan aku adalah is
eorang gadis bernama Kania Maheswari, berjalan
at cantik sekali malam in
tantangan. Matanya menatapku sedikit terlalu
lengannya di pinggangku. Dia mencium pelipi
bisiknya, suaranya dibuat lem
umum yang tidak berarti apa-apa. Tangannya terasa hangat di pungg
enyum sinis tersungging di bibirnya. Damar melihatnya dan senyumnya menegang. Dia mengalih
ya lagi, napasnya yang h
lam ini, Alana. Bia
agai momen intim. Dia membutuhkan citra pernikahan yang sempu
ngan tatapan kagum, istri setia dari seorang pria brilian. Tatapan mereka membuatk
u meletakkan gelas itu, tanganku sedikit gemetar. Aku segera mene
manan siber terbaik di sebuah badan rahasia pemerintah. Keahlianku bukan hanya untuk pertunjuka
ai mengirim email anonim, foto-foto mereka bersama, petunjuk-petunjuk kecil yang dia pikir cerdas. Dia tidak tah
y Valdez, telah membantuku menyiapkan protokol "penyamaran mendalam". Seran
Damar dan Kania, menggunakan jargon kode rahasia yang kami kembangkan bersama. Bahasa yang seharusnya hanya k
Pukulan
erakhir telah dimulai. Kehidupan baruku a
hku, wajahnya memasang topeng
k pucat, Sayang. Ka
lus. Sebuah pertun
lelah," kataku
ahit di mulutku. Dia
ntukmu nanti," katan
senyum. "Aku
i bagian lain dari kisah suksesnya, wanita yang mendampinginya. Dia telah melupakan wanita yang telah
yesakkan. Aku tidak bisa bernapas denga
ar," kataku pada Dam
ik untuk berbicara dengan or
ju balkon, aku mendeng
sekali. Sepuluh tahun dan m
dkan sebagai pujian, tet
agar, memandangi lampu-lampu kota. Aku tidak merasakan apa-apa untuk pria di dalam.
Mereka melihat sebuah dongeng, tetapi mereka tid
Damar dan Kania, tertawa di sebuah kafe yang pernah kutunjukkan padanya, tempat yang seharusnya menjadi mi
ia di sekitarku senyap. Rasa sakitnya beg
apa pun bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Dia masuk, mencium p
tidur, keheningan rumah menekanku. Kesedihan itu luar biasa,
mati rasa, sebuah tekad
dah berakhir. Dan aku tidak akan pergi d
GOOGLE PLAY