g hening, seluru
mengejek teman sekelasku kabur menjadi lat
hingga nyaris membuat lututku lema
rcayaan, lalu kengerian yang mulai munc
iku untuk berdiri, mataku terpaku pada p
ku yang sehat. Sentuhannya ragu-ragu, nyaris takut. "Janga
ua kedinginan yang kurasakan terlihat di mataku. "Melindungiku? Kau
uk ke lantai, rona malu merayap di lehern
ta. Dia hanya berdiri dan menonton semuanya, tenggelam dalam rasa bersalah dan ke
an menampar wajahnya. Suara tamparan
edihkan,"
erlupakan dalam kobaran amarah. "Dia seorang Adi
akiku, menjegalnya, dan saat dia jatuh ke depan, aku menendang bagia
n menyeretnya kembali ke ember pel. Aku mendorong wajah
namaku," desisku, suaraku bergetar karena am
unya tercekat, suaranya te
ya di pipinya yang perih. Dia tampak seperti hantu,
va
nta yang belum pernah kudengar selama puluha
melepaskan Bunga, yang ambruk
berb
m dan dagu tegas yang sama yang kulihat di cerminanku sendiri. Ayahku, Richard Kennedy, berdiri di sampingnya, tangannya di ba
an pesawat sebelum mereka menemukanku. Isak tangis tercekat
is, Baskara yang tertegun. Lalu tatapannya mendarat padaku, pada
ahan keluar dari bib
riku. Dia tidak peduli dengan setelan elegannya atau lantai yang mengkilap. Dia jatuh
an yang erat dan putus asa. "Kami menemukanmu," bisiknya di ram
ng kuat melingkupi kami berdua, menciptakan bente
udah
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY