ANDANG
angannya yang lain diletakkan di konsol di antara kami. Dia melirikku, ekspresinya dibu
akan kami yang familier kabur di depan mata, ja
aku hanya akan mampir sebentar ke pemakaman. Kamu sebaiknya di rumah saja dan istirahat,
, nada yang sama, untuk meninggalkanku di rumah pada hari itu. Dan
aku begitu tenang hi
nya. Di lampu merah berikutnya, dia menoleh padaku, mencondongkan
kati kulitku, aku t
memb
mobil menjadi t
kuku ke telapak tanganku. Rasa perih yang tajam adalah satu-satun
berjalan ke ruang kerjanya. Ruangan yang jarang kumasuki. Bukan karena dilarang, tapi karena dia selalu begitu terbu
terasa beg
puternya. Layar menyala, dan s
ndong anak itu, Maya bersandar padanya, kepalanya di bahu Bima. Matahari menyepuh rambut me
atar belakan
enggerakkannya ke keyboard, mengetik serangkaianberbunyi.
wi, tersenyum cerah di sisinya. Sebuah rodeo ayah-anak lokal, Bima dengan sabar menunjukkan pada Bagas cara duduk di atas kud
tanpa syarat di wajahnya saat dia menggendong Bagas adalah ekspresi yang b
n tahun lalu. Dia menatap lurus ke kamera dan berkata dengan pesonanya
u tidak pernah menjadi ke
a, hampa seperti cangkang kosong,
dari nomor
milik keluarga Cendana Hitam, termasuk Bima, akan menjadi milikku. Oh, ngomong-ngomong, pesta ulang tahun peternaka
ditandatan
rbuka. Bima berdiri di sana, segelas jus
esok. Hanya perjalanan singkat untuk memeriksa padan
GOOGLE PLAY