Wijay
i Kian atau Cakra. Tidak ada bunga, tidak ada telepon, tidak ada pertanyaan tentang keadaan kami. Seolah-olah Wijaya bersaudari telah diangkat secara
ku melihatnya. Cakra. Dia bergegas menyusuri koridor, wajahnya dipenuhi kekhawatiran, sebuket bunga maha
pintu itu bertulisk
dan aku mengikutinya, tetap berada di bayang-bayang lorong. Kami melihatn
k berseri-seri. Dan di sebelahnya, Kian sedang meni
enggam tangan Kian. "Melahirkan adalah hal tersuli
akasnya dan mengelus rambutnya. "Ssst, Flo. Kami di s
agiaan rumah tangga yang sempurna da
ong. Di sampingku, Chintya melakukan hal yang sama. Rasa sakit hantu
di dagingnya. "Ayo pergi," aku tercekik, menarik
engacaraku. Besok jam 10 pagi. Datang untuk menandatangani surat-surat. Jika tidak, aku akan mengajukan gu
Dia menelepon lagi. Dan lagi. Banjir teks marah dan menuntut menyusul. Aku mematikan
ntor polisi pusat kota dan mengajukan laporan resmi tentang tabrak lari, merinci seran
k serius. "Ini tuduhan serius. Kenapa kalia
kami mengurusnya sendiri. Kami di rumah sakit, Pak. Sendirian." Aku mendorong sebuah map ke seberang meja. "Saya sudah me
Dia mencap laporan itu. "Kami aka
a berbunyi: Dia mirip sekali dengan ayahnya, kan? Pesan itu dikirim ke obrolan grup yang mencakup separuh elit Jakarta.
a, sementara dunia tetap tidak tahu ba
pi yang bersih dan di
, ada tiga puluh tujuh panggilan tak ter
pergi ke rumah. Kosong. Kamu membereskan barang-barangmu. Apa
a permain
akukan pada Chintya? Dia tidak menjawab
endengarkan melalui speaker, merebut telepo
ap ular manipulatif yang kalian sebut saudari tiri itu. Menikahimu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku, tapi itu adalah kesalahan yang akan segera kuperbaik
dan segera memblokir
kami. Itu Florence, menggendong bayinya yang baru
njukan penyesalan yang dramatis. "Ini semua salahku. Anak-anak itu... mereka hanya sangat mengkhawatirkank
n. Mencoba memanipulasi k
hkan. "Apa kamu di sini untuk memberik
nya menyipit. "Aku hanya ingin k
rbahaya. "Berhenti bermain sebagai korban
buka, Florence mengeluarkan napas terengah-engah, mencengkeram dad
lihat Florence di lantai dan aku berdiri d
gitu keras hingga aku kehilangan keseimbangan dan menabra
si Florence. "Flo, kamu baik-baik saja? Apa
terluka, dia berbalik ke arahku, matany
g rata, tidak hamil. Kemarahan di matanya perlahan berub
metar untuk pertama kalinya. "Di
GOOGLE PLAY