Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2

Jumlah Kata:1017    |    Dirilis Pada: 29/10/2025

ang sempurna, matanya biru lebar dan polos. Dia mengenakan gaun putih sederhana ya

erikan senyum kecil yang ragu-ragu. "Kania. Aku turut

hanya menatap gadis yang dengan be

k menyiapkan pancake blueberry kesukaanmu." Dia tersenyum padanya dengan kehangatan yang tidak pernah Kania kenal. Dia memperlaku

ejengkelan yang dingin. "Barang-barangmu masih di kamarmu. Sudah kubilang, Clara a

a Kania, sua

ntut ayahnya, wa

ar Ibuku. Kau tidak akan

ang diperintahkan! Kau anak tidak tahu diuntung, dan inilah tepatn

a-kata Kania adalah pukulan fisik. "Darmawan, tolong jangan

erbalik padanya. "Kau pantas mendapatkan yang terbaik." D

umor keluar dari bi

enuju sayap tamu, tet

ana?" teriakn

tanya tanpa men

ggu lagi! Kau tidak bi

attle untuk pernikahan. Itu kesepakatan kita. Aku menepati janjiku. Kesepakatan itu tidak terma

yang cerah dan tidak menoleh ke belakang. Sangkar

n presidential suite, menagihnya ke rekening utama keluarga Hal

pergi berbelan

akan pernah dia pakai, sepatu yang tidak akan pernah dia kenakan, perhiasan yang bisa mendanai sebuah negara kecil. Setiap gesekan kartu

rena marah. "Apa yang kau lakukan? Kau sudah mengha

ang akan dijual kepada penawar tertinggi untuk keuntungan politikmu. Kuras

riku! Kau sendiri y

anya dengan manis. "Segera setelah aku menikah de

sutra, kulit, dan berlian. Tujuannya sederhana: menguras setiap tetes uang tunai dari rekening ayah

ah pesan menyala di po

mana

ya, bagian yang bodoh dan konyol, ingin menumpahkan s

uk pernikahanku,"

idak me

sopan tapi tegas, bahwa kartunya telah ditolak. Ayahnya telah membekukan rekening itu. Di

ksi dan menurunkannya di pusat kota. Dia memiliki aset ribu

itu. Ini adalah baju zirahnya untuk kehidupan barunya di Seattle, ma

g hidupnya, dikelilingi oleh orang-orang berkuasa dan berpengaruh, dia t

sekelilingnya seperti benteng. Sutra gaunnya terasa tipis di tengah angin yang

ia mabuk terhuyung-huyung ke arahny

ari mereka berkata dengan cadel, matanya menelanjangi

nya terangkat tingg

an melangkah lebih

uka, dan Elang Solehudin melangkah keluar. Dia tidak melihat para pria i

atan dingin dan berbahaya yang melekat pada Elang lebih efekt

tatapannya menyapu kopern

a dia kenali. Itu bukan kekhawatiran. Itu... kejengkelan. Seolah-olah keadaanny

balasnya, harga dirinya tersengat.

u bukan permintaan.

api tubuhnya menggigil, dan ketakutan dari pertemuan

nggalkan kehidupan singkat dan menyedihkannya di jalanan. Dia merasakan gelombang penghinaan yang begitu dalam h

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY