/0/30791/coverbig.jpg?v=c8c35de225b6f456fa91f7ae5b7721a2)
ebagai "Ratu Es" yang se
a PGAD-kelainan yang membuat tubuhku terus-menerus berada d
wa obat penyelamatku, dan parahnya, aku dipaksa berbagi kamar s
pertahana
kendali, dia juga yang turun tangan "menjinakkan" gairahku deng
oba memperkosaku karena melihat kondisiku yang kacau,
sejatiku justru m
imas mendekapku erat di depan semua orang, menata
ggung jawabku. Hanya aku yang bo
a
Soegiha
p hari kubangun untuk menyembunyikan api neraka di dalam diriku. Malam i
dalam tas tangan Hermes-ku yang mahal, yang selalu rapi dan terorganisir, ada satu lubang besar: botol kecil pil penek
tau pilihan gaya hidup. Ini adalah kutukan genetik yang membuat setiap sentuhan, setiap getaran, setiap rangsangan sekecil apa pun
memungkinkan aku berfungsi seperti manusia normal. Tanpa mereka, aku hanya akan menjadi budak dari tubuhku sendiri, sersamaan tim. Bagiku, ini adalah arena perang. Setiap mata, setiap sentuhan tak
?" Suara Rina, rekan kerjaku
nutupi kepanikanku. "Ya, hanya s
embayangkan seorang wanita yang selalu rapi, dingin, dan profesional, menyembunyikan monster seperti itu di d
menyelinap masuk melalui jendela mobil, menusuk kulitku. Dinginnya Puncak, itu yang berbahaya. D
HRD, mengumumkan dengan nada menyesal. "Ada double booking u
celos. Tidak.
gi satu unit vila kecil. Ini yang tersi
, bertubuh besar, atletis, dan hemat bicara. Auranya mendominasi, memancarkan kekuatan yang tak terbantahkan
familiar dan menakutkan. Tanpa obat, tubuhku sudah mulai memberontak. A
ku sendiri. Aku tidak bisa menolak. Aku tidak pernah b
ku sekilas, seolah mencoba membaca sesuatu. Aku segera mengalihkan pandanganku, takut dia a
asa seperti tekanan yang tak tertahankan, seperti ada sesuatu yang mengiris di dalam diriku, mencari jalan keluar
takut, dan tidak tahu harus berbuat apa. Dokter-dokter bilang aku cuma "terlalu aktif" atau "sedang dalam fase pencarian jati dir
kan, mencoba fokus pada spreadsheet sementara tubuhmu berteriak minta dilepaskan. Bayangkan, mencoba t
aku terjebak di sini, di Puncak, dalam satu vila kecil, dengan Dhimas Pakpahan, atasan langsungku yang
k, aku akan mempermalukan diriku sendiri di depan semua orang. Lebih buruk lagi, di depan Dhimas. Aku tidak bisa membiarkannya melih
tan yang tak teratur, dan rasa gatal yang dalam, seperti ingin mencakar kulitku sendiri. Aku mengatupkan gigiku, menc
punya cara untuk mendapatkan obatku. Aku terjebak. Dan monster di dalam diriku, yang sudah lama ter
lamku mulai lembap. Sial. Ini terlalu cepat. Biasanya, aku setidaknya punya beberapa jam sebelum efek
hu. Tidak ada yang tahu. Dan aku harus memastikan itu tetap begitu. Ini adalah hal terakhir yang aku
agaimana jika tubuhku bereaksi begitu liar sehingga Dhimas tidak punya pilihan selain menyadarinya? Rasanya
saat aku membukanya, Dhimas sudah berdiri di depanku, memegang kunci kamar
rendah dan dalam.
alah pernyataan. Dan bagiku,
GOOGLE PLAY