img Pernikahan Tak Terduga: Kesempatan Kedua yang Manis  /  Bab 1 Erangan di Ruang Kerja | 0.14%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Pernikahan Tak Terduga: Kesempatan Kedua yang Manis

Pernikahan Tak Terduga: Kesempatan Kedua yang Manis

Penulis: Pumpkin Witch
img img img

Bab 1 Erangan di Ruang Kerja

Jumlah Kata:897    |    Dirilis Pada: 02/03/2022

Aku menatap diriku di cermin, memutar bola mataku. Tak bisa dipercaya bahwa aku akan berpakaian terbuka seperti ini, tapi aku tidak punya pilihan lain.

Sandi Harahap dan aku telah menikah selama dua tahun. Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami. Pria itu jarang sekali mengajakku berhubungan intim. Jika aku tidak berinisiatif merayunya duluan, aku khawatir akan kehilangan dirinya. Jadi, aku memutuskan untuk tampil habis-habisan malam ini.

Beberapa detik kemudian, aku mendengar suara di luar pintu.

Aku melepas mantelku dan berjalan keluar dari ruangan memakai sebuah gaun slip berwarna merah.

"Sayang, aku sangat merindukanmu!" Aku merangkulkan tanganku di lehernya dan mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya.

Sandi mendorongku, memerhatikanku dari ujung rambut sampai kaki. Aku bisa melihat bahwa dia terpana selama beberapa saat.

Sejujurnya, aku merasa senang, berpikir bahwa dia menyukaiku memakai pakaian seperti ini.

"Kenapa kamu berpakaian seperti itu?" tanyanya, sambil berjalan menghampiri sofa.

"Apa kamu ingat ini hari apa?" tanyaku, duduk di sebelahnya, berharap bahwa dia tahu jawabannya.

Sandi terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya menjawab, "Memangnya, hari apa ini?"

Kekecewaan menusuk hatiku, tapi aku tetap berusaha untuk tersenyum.

"Tidak ada yang spesial. Aku hanya bercanda." Aku melemparkan diriku ke dalam pelukannya, menyelipkan tanganku di bawah kemejanya dan mengelus-elus dadanya. "Apakah kamu mau mandi, sayang? Aku akan menyiapkan airnya."

"Tidak perlu. Jika tak ada hal lain yang ingin kamu katakan, aku akan kembali ke ruang kerja dan beristirahat sebentar."

Dia mendorongku menjauh dan berjalan kembali ke ruang kerjanya.

Aku masih duduk di sofa, mengepalkan tinju sampai ujung-ujung kuku jariku terasa menusuk telapak tanganku.

Sejak aku hamil, dia pindah dan tinggal di ruang kerjanya, mengatakan alasan karena tidak ingin melukai bayi ini atau semacamnya.

Umurku baru dua puluh enam tahun. Aku sudah menikah dan sedang hamil, tapi aku harus tidur sendiri setiap malam. Akhir-akhir ini, aku merasa sangat kesepian dan hidupku terasa menderita.

Aku pernah bertanya secara daring di forum-forum tertentu. Ada salah satu komentar yang menarik perhatianku. Seseorang mengatakan bahwa suamiku tak bernafsu lagi mungkin karena dirinya sudah terlalu banyak melihat tubuh wanita lain.

Ini masuk akal, karena Sandi adalah seorang dokter kandungan.

Tapi ada satu detail kecil yang terus mengganggu pikiranku.

Setiap kali berada di dalam ruang kerjanya, dia selalu mengunci pintunya. Tidak ada orang lain di rumah ini, jadi tidak perlu mengunci pintu seperti itu. Semua ini sungguh tak masuk akal! Dan membuatku bertanya-tanya apakah dia menyembunyikan sesuatu.

Aku sudah berpikir keras tentang hal ini selama beberapa hari, dan justru membuatku semakin khawatir. Aku merasa sangat terganggu sehingga mulai memengaruhi kehidupan sehari-hariku.

Tak ingin menebak-nebak lagi, akhirnya tadi sore aku memasang penyadap di bawah tempat tidurnya.

Setelah kembali ke kamar, aku memasang alat pendengar di telingaku.

Setelah mendapatkan akses ke alat penyadapnya, aku mendengar dengan jelas suara erangan dan napas yang terengah-engah. Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokanku, mataku mulai berkaca-kaca.

Dia lebih suka melakukannya sendiri dibandingkan berhubungan langsung denganku?

Tapi, yang aku dengar berikutnya membuatku lebih hancur dan putus asa.

"Apakah itu terasa enak?"

"Hm... belum. Belum."

"Kamu bilang belum, sayang, tapi kamu sudah sangat basah."

"Kamu... Jika kamu tahu jawabannya selama ini, jadi untuk apa... kamu bertanya? Hentikan. Jangan. Rasanya tidak enak. Ah! Aku ingin kamu di dalam diriku, sayang!"

"Lepaskan celana dalamku. Cepatlah! Lepaskan dan aku akan memberimu sesuatu yang enak untuk dimakan."

Aku hanya terdiam saat mendengarnya.

Kata-kata yang mereka ucapkan terus bergema di telingaku. Aku merasa seseorang telah menyiramkan seember air es di atas kepalaku. Semua anggota badan dan tulangku mati rasa dan membeku.

"Ah! Pelan sedikit, Sandi. Pelan-pelan!"

"Kamu memelukku terlalu erat. Kecilkan suaramu. Seseorang bisa mendengar kita dari luar," jawabnya.

"Apakah kamu khawatir istrimu akan mendengar kita, Sandi?"

"Tidak. Aku tidak takut padanya. Dia seperti ikan mati di tempat tidur. Tidur dengannya sangat membosankan. Aku hanya ingin dia tahu betapa bahagianya aku saat ini. Mengeranglah lebih keras, agar dia bisa mendengar betapa nikmatnya berhubungan denganku!" Sandi mengerang.

Ternyata dia memang selalu membenciku.

"Tidak! Kamu sangat menyebalkan. Dia sedang hamil sekarang. Apa kamu tidak khawatir dia marah dan stres jika mengetahui bahwa kamu berselingkuh lalu akhirnya keguguran?"

"Keguguran, ya? Hmm… Kedengarannya seperti ide yang bagus," jawab Sandi.

"Kamu jahat sekali, Sandi! Tunggu sebentar! Pelan-pelan sedikit."

Mereka saling menikmati tubuh masing-masing, sama sekali tidak berusaha untuk menyembunyikan emosi mereka. Aku bisa membayangkan betapa liarnya mereka.

Aku menutup mulutku, cukup keras untuk mencegah diriku menangis sekencang-kencangnya. Tapi tetap tidak berhasil menghentikanku agar tak menangis.

Setiap kata dan desahan suamiku terasa seperti belati, yang menusuk ke dalam jantungku. Aku merasa sangat sakit dan menderita, sampai tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain menangis diam-diam. Beberapa saat kemudian, bantalku sudah penuh dengan air mata.

Aku tak sanggup lagi mendengarkan pengkhianatan mereka, kulepaskan alat pendengar itu, memeluk kakiku, dan meringkuk seperti sebuah bola.

Malam itu, aku meneteskan air mata yang tak terhitung jumlahnya. Itu adalah malam paling meresahkan yang pernah kualami seumur hidup.

Aku merasa gelisah sepanjang malam, dan hanya berputar-putar di atas tempat tidur.

Tapi meskipun semua bukti mengarah pada kebenaran ini, aku masih tak percaya bahwa ada seorang wanita di dalam ruang kerja, karena tidak ada tempat untuk menyembunyikan seseorang di sana. Satu-satunya kemungkinan yang terpikirkan olehku hanyalah mungkin dia melakukannya melalui panggilan video dengan wanita lain.

Aku menyesal hanya memasang penyadap, bukan sebuah kamera kecil. Seharusnya, aku memasang kamera di sana.

Setelah semalaman berpikir keras dan penuh dendam, perlahan-lahan, aku mulai merasa lebih tenang. Kemudian, aku memutuskan untuk masuk ke dalam ruang kerja itu, mencari lebih banyak petunjuk.

img
Konten
Bab 1 Erangan di Ruang Kerja Bab 2 Berjalan-jalan Bab 3 Perangkap Mematikan Bab 4 Malam Penuh Keputusasaan Bab 5 Apakah Kamu Tidak Takut Aku Menipumu Bab 6 Kebijaksanaannya Dan Rasa Maluku Bab 7 Kebenaran Yang Mengejutkan Bab 8 Apakah Aku Begitu Buta Bab 9 Diriku Sendiri Bab 10 Janji Manis Pria
Bab 11 Sebuah Pertemuan yang Memalukan
Bab 12 Dua Puluh Juta Rupiah
Bab 13 Perlindungan Yang Begitu Kuat
Bab 14 Suaranya Sangat Enak Didengar
Bab 15 Tidak Baik Jika Kita Menunda
Bab 16 Melindungiku Dengan Keras
Bab 17 Tahu Namamu
Bab 18 Aku Menyukai Rasamu Yang Unik
Bab 19 Memiliki Hati yang Terlalu Lembut Bukanlah Hal yang Baik
Bab 20 Jangan Lakukan Itu
Bab 21 Hanya Dengan Segelas Bir
Bab 22 Dia Sudah Ditakdirkan Untuk Kalah
Bab 23 Rekaman Sebagai Buktinya
Bab 24 Merasa Memiliki Rumah
Bab 25 Seorang Wanita yang Sudah Menikah Berpikiran Sederhana Seperti Seorang Gadis
Bab 26 Kehilangan
Bab 27 Teruslah Hidup
Bab 28 Tindakan Tidak Senonoh
Bab 29 Cobalah Dan Kamu Akan Tahu
Bab 30 Ini Sepenuhnya Legal
Bab 31 Pria Tidak Bisa Menahan Godaan Seperti Itu
Bab 32 Melajang Lagi
Bab 33 Aku Tidak Tahu Cara Bersepeda
Bab 34 Olahraga Bisa Membuat Orang Bahagia
Bab 35 Aku Ingin Bercinta Denganmu
Bab 36 Aku Sedang Tidak Bercanda
Bab 37 Aku Tidur Denganmu Karena Aku Ingin Menikah Denganmu
Bab 38 Jangan Buang Waktu Untuk Seseorang yang Tidak Penting
Bab 39 Karena Suamimu Sangat Menyayangimu
Bab 40 Semuanya Yang Ada Di Sini Adalah Milikmu
Bab 41 Percakapan Biasa
Bab 42 Kebenaran Yang Telah Terungkap
Bab 43 Apakah Kamu Buta
Bab 44 Aku Punya Istri Bernama Evelin
Bab 45 Aku Tidak Bisa Memberimu Pernikahan Untuk Saat Ini
Bab 46 Marah Untuk Pertama Kalinya
Bab 47 Mengapa Kamu Begitu Liar
Bab 48 Kamu Menguji Kesabaranku
Bab 49 Makanan Yang Enak
Bab 50 Aku Bisa Merusak Reputasinya
Bab 51 Wanita Yang Pandai Berkelahi
Bab 52 Dia Adalah Wanita Milikku
Bab 53 Mengapa Kamu Mau Menikahi Seorang Janda
Bab 54 Apakah Kamu Sudah Kenyang
Bab 55 Menungguku
Bab 56 Bantu Aku Menyeka Tubuhku
Bab 57 Sangat Beruntung
Bab 58 Aku Adalah Suamimu, Dan Kamu Adalah Istriku
Bab 59 Seekor Kucing yang Suka Makan Ikan
Bab 60 Foto Lama
Bab 61 Menjadi Operator Telepon
Bab 62 Kenapa Kamu Tidur Dengan Ayahku
Bab 63 Siapa yang Jalang
Bab 64 Jangan Lakukan Apa Pun Kepadanya
Bab 65 Babak 65 Setelah Malam yang Liar
Bab 66 Dia Tidak Tidur Denganku
Bab 67 Belanja Impulsif
Bab 68 Kehidupan Pernikahan
Bab 69 Merasa Patah Hati
Bab 70 Menguntit
Bab 71 Aku Asisten Tuan Samsudin
Bab 72 Ayo Bercerai
Bab 73 Berdiri Sepanjang Malam
Bab 74 Kesalahpahaman
Bab 75 Sang CEO
Bab 76 Suamimu Yang Akan Bekerja Dengan Keras
Bab 77 Ayahmu Sangat Berjiwa Besar
Bab 78 Pernikahannya Nanti Akan Menjadi Luar Biasa
Bab 79 Terima Kasih Telah Melepaskanku Pergi
Bab 80 Pembalasan Untuk Mereka
Bab 81 Dia Adalah Satu-Satunya Keluargaku
Bab 82 Apa Kamu Melakukannya
Bab 83 Suamiku Adalah Dhani
Bab 84 Itu Seperti Roda Nasib
Bab 85 Sepupuku Kembali Pulang dari Luar Negeri
Bab 86 Membalas Dendam Padaku
Bab 87 Vokalis Utama
Bab 88 Menanyakan Warna Celana Dalamnya
Bab 89 Sepupu
Bab 90 Apakah Mereka Jatuh Cinta
Bab 91 Dia Kurang Percaya Diri
Bab 92 Seharusnya Aku Bisa Melihatnya Dengan Jelas
Bab 93 Aku Bukan Orang Asing
Bab 94 Aku Ingin Berbicara Denganmu
Bab 95 Berapa Banyak Jumlah yang Kamu Inginkan
Bab 96 Rasa Cinta yang Tak Ternilai Harganya
Bab 97 Tak Terlibat Terlalu Dalam
Bab 98 Dokter Baru
Bab 99 Menyesal
Bab 100 Aku Hanya Ingin Membuatmu Marah
img
  /  8
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY