/0/10109/coverbig.jpg?v=a3568388a3f79f9495d0b4a146d31d94)
"Aina, menikah denganku!" Nada arogan yang terdengar dari pria dewasa di hadapan Aina, membuat gadis kecil itu mendelik. "Nggak!" "Dasar bocah tengil!" Patah hati karena di tinggal menikah oleh sang kekasih yang paling dia cintai, membuat Hariz berubah menjadi pria flamboyan. Tak cukup dengan satu wanita dan gemar berfoya-foya. Karena jengah dengan sikap cucunya, sang Oma pun memaksa agar Hariz segera menikah jika tidak mau hak warisnya di hapuskan. Pria itu memilih Aina yang merupakan mahasiswi di kampus di mana dia mengajar. Cewek petakilan yang paling sulit di arahkan. Gemar tauran dan membuat masalah di mana-mana. Di usia Aina yang jauh lebih muda, tentu Hariz pikir tidak akan sulit menjalani pernikahannya nanti. Aina pasti tidak akan banyak menuntut apapun. Aina yang sempat menolak, tiba-tiba saja setuju karena Hariz menawarkan pembagian harta waris yang tidak sedikit. Pernikahan karena kesepakatan itu terjadi. Namun semuanya berubah saat sang Oma mengetahui rencana mereka. Pernikahan yang awalnya hanya sebuah kesepakatan bisa saja membuat keduanya saling jatuh hati, atau malah mengakibatkan bencana di kemudian hari. Sesuatu yang di awali dengan niat yang tidak baik, akankah bisa berakhir dengan baik?
"Aina, mari menikah."
"APA!!"
Hariz terjingkat kaget mendengar suara Aina yang melengking. "Kecilin suara lo, bego!"
"Apa Aina gak salah denger?" gadis itu bertanya dengan bingung sembari menjilat kembali es krim yang dia pegang.
"Dasar budeg! Gue serius," sautnya kesal.
"Pak Hariz stress, ya? Apa emang sengaja, menjadikan Aina sebagai pelarian? Aina nggak mau!" Aina menaikan dagunya dengan angkuh. Mengingat pria ini baru saja di tinggal menikah oleh kekasihnya.
Anjir ni bocah!
"Jangan sok jual mahal! Saya tahu kalo kamu suka sama Saya."
Tentu saja Aina kaget mendengarnya. Meski ucapan Hariz tidak sepenuhnya salah. Namun Aina tidak suka caranya yang arogan saat berbicara. Seakan Aina tidak punya hak untuk memilih.
"Cih, pede banget sih! Emang atas dasar apa Aina setuju menikah dengan Pak Hariz? Aina nggak ngerasa punya hutang!"
"Tapi Saya banyak duit. Dan juga ganteng, pastinya.
Dan kalau Saya minta sama cewek lain, mereka pasti bahagia bukan main."
"Yaudah, kalo gitu minta aja sama cewek lain. Aina nggak mau punya suami tua bangka kayak Pak Hariz."
Tanpa Aina sadari, ada seringai iblis terukir diwajah Hariz saat dia mengatakan hal itu. Dan satu-satunya orang yang berani padanya hanya gadis ini. Wanita yang telah lama memiliki hubungan baik dengan keluarganya. Hariz memilih Aina menjadi istri sebab keinginan dari sang Oma. Yang meminta agar dia segera menikah.
"Kamu bilang Saya tua bangka? Jangan harap nilai kamu bagus. Bahkan saya pastikan kamu nggak akan lulus tahun ini."
Astaga, nih dosen emang gak ada ahklak!
"Bapak pikir Aina takut? Bodo amat, Pak! dari pada Aina nyesel seumur hidup nikah sama Pak Hariz."
Mendengar hal itu, tentu saja membuat Hariz geram. Baru kali ini ada yang menolaknya mentah-mentah.
Mana bocah lagi.
"Saya tahu semua kelakuan kamu, Aina. Nggak akan ada orang yang mau nikahin cewek petakilan kayak kamu. Tukang buat masalah di mana-mana. Seharusnya kamu bersyukur, saya mau nikahin kamu."
Mendengar hal itu membuat Aina tersenyum sinis. "Dih, najis! Mending Aina jadi perawan tua dari pada nikah sama kulkas!"
"Apa katamu?"
Aina mundur secara perlahan saat Hariz tiba-tiba mendekatinya dengan seringai aneh. Bahkan Aina kesulitan menelan salivanya.
"Ba-bapak mau ngapain?"
Oh tidak.
Dia baru sadar, bahwa disana tidak ada siapapun. Syma selaku kakak angkatnya sedang sibuk dengan suaminya. Sementara Ceyda dan Mina sedang sibuk dengan anak-anak Syma.
Dan para pegawai telah pulang, karena jam kerja sudah habis.
Kini tinggal mereka berdua disana. Suasana seketika berubah horor bagi Aina.
'Ya Allah...
Selamatkan hamba dari iblis laknatullah ini!' gumam Aina yang masih bisa didengar oleh Hariz.
Pria itu langsung menyergapnya hingga Aina tidak bisa berkutik. Hariz mengunci tubuh Aina dengan menarik kedua tangannya keatas kepala Aina. Sementara kakinya dikunci.
"Astagfirullah, istighfar Pak!"
"Mau menikah denganku, atau terpaksa menikah denganku karena aku akan membuat kamu hamil?"
"Apa nggak ada pilihan lain?" Aina menatapnya takut kali ini. Bahkan untuk melawan saja dia tidak mampu.
"Pilihan ketiga, menikah denganku!"
"Itu sama aja, bego!"
"Kamu bilang apa!!" Hariz semakin menempelkan tubuhnya. Membuat Aina tidak punya pilihan lain selain menerimanya. Aina sangat takut jika Hariz benar-benar nekat melakukan perbuatan keji itu.
"Oke fine. Aina mau. Sekarang lepasin Pak!"
"Bagus." Hariz tersenyum senang mendengar keputusan Aina.
Aina bernafas lega saat Hariz melepaskannya. Biarlah apa yang akan terjadi nanti, yang terpenting sekarang dia setuju dulu. Dari pada menjadi santapan harimau lapar, batinnya.
Setidaknya setelah ini dia bisa kabur. Dan meminta perlindungan dari Syma.
'Dasar nggak ingat umur! Sudah bau tanah seharusnya memperbanyak ibadah!' sayangnya umpatan Aina kembali didengar oleh Hariz.
PLETAK
AW
Hariz menyentil dahi Aina dengan kesal. "Nggak usah lebay, Aina. Umur kita hanya terpaut sepuluh tahun. Saya masih sangat muda dan segar. Kamu aja yang masih keliatan bocil."
"Terus kenapa harus Aina? Seharusnya Bapak menikah saja dengan wanita dewasa seumuran Bapak. Jangan menjadikan Aina tumbal kayak gini!" Aina mencibir kesal.
Diluar dugaannya, Hariz malah terkekeh. "Karena Saya lebih suka daun muda yang masih segar sepertimu. Dan nggak punya pengalaman tentunya. Itu jauh lebih menantang." Hariz berucap sembari mengedipkan sebelah matanya.
Menggoda Aina.
"Dasar pedofil!" hardiknya.
"Mulut kamu tuh ya! Mau saya kunci! Dasar bocah ingusan! Harusnya kamu bersyukur Saya mau menikahi kamu. Memangnya pria waras mana yang mau menikah denganmu? Selain aku, tentunya."
"Ya, Bapak memang nggak waras. Pak Hariz sakit jiwa! Jangan mimpi mau menikah denganku!!"
Aina segera berlari meninggalkan Hariz yang sudah sangat kesal, akibat ulahnya. Bahkan dari kejauhan dia masih sempat menjulurkan lidahnya, seakan sengaja mengejek Hariz agar semakin kesal.
"HEY AINA...
JANGAN COBA-COBA KABUR! KAMU AKAN TAHU AKIBATNYA... "
Sayangnya Aina tidak perduli dengan teriakkan Hariz. Dipikirannya hanya ada satu tujuan, yaitu kabur dari pria mengerikan seperti Hariz. Dia tidak ingin berurusan dengan pria itu.
"Dasar psikopat sinting! Nikah aja sana, sama biawak. Aina nggak mau dijadikan pelarian."
***
Masih teringat dengan jelas pada waktu itu.
Saat Hariz kembali ke kampung halaman dengan membawa cincin untuk meminang sang kekasih. Namun sayang, semuanya sudah terlambat.
Alih-alih ingin membuat kejutan, malah justru dialah yang terkejut. Seiring dengan perasaan yang bagaikan di tikam ribuan pedang.
Belum sempat dia menemui kekasihnya, sebuah undangan bertuliskan nama itu sampai ke tangannya. Membuat jantungnya seakan ingin terlepas.
Lima tahun menjalin hubungan, tidak menjamin bisa sampai ke jenjang pernikahan. Begitulah yang di alami oleh Hariz dan kekasihnya. Hanya karena Hariz belum cukup mapan untuk menikah. Dia di tinggal menikah oleh wanita yang sangat dia cintai.
Cukup miris memang.
Merasakan sakitnya menjaga jodoh orang. Dan kini hanya bisa menyaksikan bagaimana kedua mempelai sedang duduk di pelaminan. Sedangkan Hariz hanya menatap miris dari kejauhan.
Tidak ada air mata yang menetes. Namun rasa kecewa tentu ada dan terlihat jelas dari wajahnya.
"Yang sabar ya Pak... " suara yang cukup familiar membuat Hariz tiba-tiba menoleh ke arah samping. Sosok gadis kecil yang juga menjadi tamu undangan.
Gadis yang dia anggap bocah nakal karena kerap kali membuat ulah.
Gadis penjual kue bernama Aina. Sering datang ke rumah Hariz untuk mengantar kue kesukaan Oma. Kakak angkat Aina bernama Syma adalah teman baik Hariz semasa sekolah hingga kini.
"Diem lu, bocah!"
"Dih... Malah galak. Padahal niat Aina baik. Cuma mau ngucapin bela sungkawa." Aina menyahut dengan wajah tanpa dosa. Membuat Hariz mengatup mulutnya menahan kesal.
"Dasar bocah lucnut. Kamu pikir ada keluarga saya yang meninggal."
"Bukan keluarga, tapi hati Bapak."
"Sok tahu!"
"Yaudah Pak. Aina pulang dulu. Oh iya... kalo mau update status jangan lupa tag Aina, ya. Jangan nangis sendirian, Pak. Malu..."
Aina segera pergi. Meninggalkan Hariz dengan segala kekesalannya. Gadis yang selalu mengganggunya. Dengan celoteh dan tingkah yang membuat darahnya naik.
"Awas kamu, Aina."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."