Hilda tidak tau kalau ternyata Rian telah menipunya. Semua terungkap secara tidak sengaja lewat status Whatsapp!
Hilda tidak tau kalau ternyata Rian telah menipunya. Semua terungkap secara tidak sengaja lewat status Whatsapp!
Aku dan Mas Rian baru saja menikah tiga bulan lalu. Seperti pengantin baru pada umumnya, kami pasangan yang sangat bahagia. Apalagi kami juga baru saja berbulan madu. Setelah beberapa bulan lalu terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Mas Rian bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar. Sedangkan aku mempunyai sebuah usaha konveksi yang masih berkembang.
Kami berbulan madu di pulau Bali dengan menyewa hotel yang lumayan mewah. Meski Mas Rian harus merogoh kocek agak dalam, tetapi itu tak masalah demi bisa memiliki waktu berdua yang berkualitas.
Senja ini kami menghabiskan waktu di pantai Sanur. Kami duduk berdua beralaskan pasir putih. Kami saling bercerita, sesekali mengungkapkan rasa cinta yang menggema di dada.
"Kamu bahagia, Dek?" tanya Mas Rian sambil memandangku penuh cinta.
"Sangat. Mas sendiri?"
"Enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata," sahutnya. "Terima kasih, ya, Dek. Terima kasih sudah melengkapi hidupku."
Mas Rian meraih jemariku dan menciumnya mesra. Angin sepoi seolah ikut merayakan kebahagiaan yang tercipta di antara kami. Diantara manusia-manusia yang sedang menghabiskan waktu di bibir pantai ini seolah kami berdualah yang paling bahagia.
Melihat matahari yang hendak kembali keperaduan, aku meminta Mas Rian mengambil potretku. Berbagai pose dengan berlatar belakang sunset pun diabadikan melalui ponsel pintar yang kami bawa.
Tak terasa matahari telah usai melaksanakan tugasnya hari ini. Mas Rian mendekatiku kemudian mengajakku meninggalkan pantai.
"Udah mulai gelap, nih, Dek. Kita mau makan di kafe atau di hotel aja?" tawar Mas Rian saat aku melihat-lihat hasil jepretannya di ponselnya.
"Emmm. Kita makan di kafe aja deh, Mas. Mumpung kita liburan di Bali, jarang-jarang loh kita bisa liburan di sini," jawabku dengan sumringah.
"Iya juga, ya. Ya udah, ayo kita makan di kafe itu!" ajak Mas Rian sambil menunjuk kafe yang menjual makanan laut.
Setiba di kafe sana, aku memutuskan untuk makan makanan kesukaanku yaitu kepiting jumbo asam manis. Sedangkan Mas Rian memilih menu cumi udang tepung porsi besar. Kami makan dengan lahap di temani es kelapa muda yang segar.
Setelah kenyang kami memutuskan untuk kembali ke kamar hotel.
"Mas mau mandi nih, udah gerah," kata Mas Rian sambil mengambil handuk yang di gantung di balik pintu.
"Iya, Mas. Kalau begitu kamu mandi duluan saja, ya!" jawabku sambil melepas hijabku.
"Kenapa kita nggak mandi berdua aja, Hil? Mas kangen nih mandi berdua dengan kamu," goda Mas Rian.
"Ah, Mas! Kan, kita sudah sering melakukannya di rumah. Hehe," balasku malu-malu.
"Ya udah. Kalau begitu, aku mandi duluan, ya?" Mas Rian mengeringkan matanya dengan manja kepadaku.
Aku kembali mengambil ponsel Mas Rian karena aku ingin mengirim foto-foto tadi ke ponselku. Muncul keinginanku untuk mengupload salah satu foto tadi. Selama ini Mas Rian jarang memasang foto kami berdua. Baik sewaktu masih pacaran dulu maupun sekarang kami telah menikah. Alasannya karena katanya kurang nyaman memamerkan hal-hal bersifat pribadi kepada publik.
Aku pun memasang fotoku sebagai status di WA Mas Rian. Kuberi judul, "kecantikanmu seperti indahnya senja di hari ini." Terkesan berlebihan memang, tetapi sekali-kali, kan, tidak apa-apa.
Beberapa menit kemudian sebuah pesan muncul. Tertera nama Anita sebagai pengirimnya. Sepertinya Anita ini temannya Mas Rian. Karena sebelumnya Mas Rian pernah bercerita tentang Anita.
Dengan penasaran kubuka pesan itu. Biasanya aku tak pernah mau membuka pesan dari teman Mas Rian karna menurutku itu privasi masing-masing tetapi entah mengapa hatiku tergerak untuk membuka pesan dari Anita.
Kuusapkan jariku pada layar ponsel Mas Rian. Kubuka pesan dari Anita.
[Loh, ini yang namanya Hilda ya, Yan?]
[Iya, emang kenapa, Nit?] Aku membalas pesan dari Anita berpura-pura seolah Mas Rian yang membalas.
Karena penasaran aku tak langsung menutup chat Anita. Aku malah menggeser chat Anita dan Mas Rian ke atas karena ingin tahu apa saja yang mereka bicarakan lewat WA.
Aku pun membaca satu persatu chat mereka dari awal. Dadaku dibuat panas oleh pesan-pesan yang Mas Rian kirim pada Anita. Mas Rian membahas usiaku yang terpaut beberapa tahun darinya. Malukan dia?
Ia juga membahas tentang uang yang ia berikan padaku. Bukankah memang seorang suami wajib menafkahi istrinya?
Lalu uang untuk kedua orang tuaku pun diungkit juga. Dadaku benar-benar terbakar membacanya. Apa maksudnya Mas Rian membahas semua ini pada Anita?
Sampai akhirnya mataku terpaku pada sebuah nama disebut Mas Rian dalam percakapan itu. Sekar. Hatiku benar-benar terbakar.
Benarkah? Benarkah Mas Rian telah menipuku?
Ponsel di tangan akhirnya terjatuh memecah keheningan kamar ini.
***
Suamiku tidak pernah memberikan nafkah dan kerjanya hanya nongkrong saja dengan teman-temannya. Hingga suatu hari, suamiku memintaku untuk membelikannya mobil dengan berutang di Bank. Aku pun menurutinya, namun ternyata ia malah selingkuh dengan wanita lain. Akankah rumah tanggaku berakhir?
21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"
PEMUAS TANPA BATAS (21+) Tak pernah ada kata mundur untuk tigas mulia yang sangat menikmatkan ini.
Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.
21+ "Pantas belum jalan, ada maunya ternyata" Ujar Fany "hehehehe... Yuk..." Ujar Alvin sambil mencium tengkuk istrinya. Fany segera membuka handuknya. Buah dadanya menggantung indah, perutnya yang rata dan mulus, serta area kemaluannya yang ditutupi rambut hitam langsung muncul. Alvin segera memeluk Fany dan melumat buah dadanya dengan rakus. "Pintu sudah dikunci? " Tanya Fany "Sudah...." Jawab Alvin disela mulatnya sedang mengenyot puting pink milik Fany "nyalain Ac dulu" suruh Fany lagi Sambil melepas sedotannya, Alvin mencomot remote AC lalu memencet tombol ON. Kembali dia melumat buah dada Fany bergantian kiri dan kanan, buah dada yang putih dan terlihat urat-urat merah dan biru di buah dada putihnya, membuat Alvin makin rakus melumatnya. Sambil menrunkan celana pendek dan celana dalamnya, dia membuka kaosnya, lalu merenggangkan paha Fany, ujung kontolnya yang belum tegak sempurna diberi ludah lewat jari tengahnya di bagian kepala, lalu menggosok gosok pelan di bibir vagina Fany. Fany mendesah dan merasakan mulai ada rangsangan di bibir kemaluannya, lalu tiba-tiba masuk batang berurat milik Alvin di vagina Fany yg belum begitu siap dan basah, pelan2 lelehan cairan membasahi dinding vaginanya, Alvin mulai menggoyang dan naik turun, Fanny memeluk bagian pinggul suaminya, pahanya dibuka lebar. Tidak lama kemudian.....
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY