Sosok gadis cantik dan bertubuh bak gitar spanyol, sebut saja dia Alice. Balutan mini dress hitam di atas lutut berhasil membuat lekukan tubuhnya semakin terlihat. Beberapa pria berusaha memegang atau meraba tubuh Alice. Dua sosok bodyguard selalu sukses menangkis tangan-tangan jahil yang penuh dengan pikiran kotor.
"Nona, sudah malam sekali! Ayo, kita pulang! Jangan sampai Tuan Alfred nanti marah," ucap salah satu bodyguard, Deny.
Alice sama sekali tidak menggubris kata yang dilontarkan bodyguardnya. Ia terus menggoyangkan badannya hingga menjadi pusat perhatian banyak pria. Sebagian dari mereka tampak berbisik-bisik. Tak lama kemudian, Dua orang teman mendekat ke arah Alice.
"Alice, kamu sudah terlalu banyak minum! Ayo, istirahat di kamar ku!" ajak seorang perempuan seumuran Alice. Tampaknya gadis itu yang menjadi tuan rumah.
"Ah, aku masih mau di sini! Kamu urus saja mantan pacarmu itu! Kamu harusnya bisa lebih hebat melayani dia! Rasakan sekarang, haha... kamu dicampakkan!" celetuk Alice dengan sebotol bening di tangannya. Iya, bukan lagi gelas, tapi botol.
"Alice, maksud kamu apa? Kamu jangan ngaco! Kamu udah terlalu banyak minum, Alice!" temannya berusaha memapah Alice, tapi tidak berhasil. Akhirnya, mereka meninggalkan Alice.
"Gak papa kalau Alice kita tinggalin sendirian?" tanya salah satu teman Alice.
"Kamu gak lihat? Tuh ada mereka!" sahutnya mendelik ke arah dua bodyguard yang masih memantau Alice.
Dua bodyguard melirik ke teman-teman Alice yang tega meninggalkannya. Mereka kompak menghela napas panjang lalu menggelengkan kepala heran.
"Leo, kita harus segera membawa Nona Alice pulang!" usul Deny dengan suara keras.
"A-apa? Aku tidak bisa mendengar suara kamu! Agak keras lagi!" teriak Leo kesal dengan suara musik yang semakin keras.
Deny ikut kesal lalu mendekati Leo. Sorot netra mereka tetap terfokus pada Alice. Sekali saja mereka lalai, entah apa yang terjadi pada Alice.
"Leo, ayo kita pulang! Nona Alice sudah tidak terkontrol!" teriak Deny keras. Padahal mulutnya sudah di dekat telinga Leo.
"Kita tidak mungkin membawa Nona pulang dalam keadaan seperti itu!" sahut Leo semakin kesal.
"Sial! Selalu saja dia bikin masalah! Pasti nanti aku dan Deny kena omelan Tuan Alfred," umpat Leo mengepalkan tangan.
Tak lama kemudian, teman Alice mendekati Leo. " Kak, Alice dibawa aja ke kamar ku! Kalau pulang dalam keadaan seperti itu, nanti Om Alfred bisa marah besar," saran dari putri rekan bisnis Tuan Alfred.
Benar. Salah satu teman Alice adalah tuan rumah yang mengadakan pesta kepergiannya melanjutkan studi ke luar negeri. Dara, teman Alice sejak lulus SMA hingga sekarang. Dia selalu mngaku ke semua orang kalau dieinya teman baik Alice. Tapi, kedua bodyguard yang tahu betul Dara seperti apa. Alice, terlalu polos.
"Iya, Nona. Kamarnya ada di sebelah mana?" tanya Deny dengan senyuman.
"Ayo, saya antar! Tapi, malam ini saya tidak ada di sini. Saya harus ke tempat Papi," ucap Dara melirik Alice yang mulai lemas dipapah Leo.
Kedua bodyguard mengikuti Dara dari belakang. Ruangan di sudut lantai atas menjadi kamar Alice malam itu. Kamar yang sering digunakan untuk tamu yang menginap. Dara membukakan pintu lalu meninggalkan Alice untuk turun ke bawah menyudahi pesta. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
Dara berani meninggalkan Alice karena dia percaya pada dua bodyguard Alice.
Leo dan Deny merebahkan Alice di atas ranjang yang sekilas terlihat mewah. Deny melepas sepatu Alice perlahan lalu menaikkan kedua kaki Alice sejajar dengan tubuhnya. Leo menyelimuti tubuh Alice dengan selimut tebal lalu memadamkan lampu.
"Leo, besok pagi kita harus jawab apa?" tanya Deny dengan tatapan iba lurus ke Alice.
"Kita jawab saja kalau Nona menginap di rumah temannya!" sahut Leo jengkel.
***
Deny masuk ke dalam kamar lalu membuka tirai besar di kamar. Sinar mentari masuk menerpa wajah Alice. Hingga membuatnya bangun. Ia tidak bisa membuka mata, sinar matahari terlalu silau. Tapi, dia bisa sedikit melihat Deny dari sudut netranya. Bodyguard bertubuh kekar itu berdiri di sisi jendela.
"Deny, tutup lagi! Aku tidak bisa melihat!" protesnya dengan teriak.
"Ada apa, Nona?" Leo terkesiap mendengar jeritan Alice.
"Iya, Nona. Maafkan saya? Saya tutup lagi!" sahut Deny bergegas menutup kembali tirai.
Alice mulai membuka mata pelan. Kepalanya masih terasa berputar-putar. Badannya juga terasa sangat lemas. Tapi, Alice tiba-tiba merebahkan badan lagi.
"Aneh sekali, kenapa seluruh tubuhku rasanya sakit sekali. Semua bagian sensitifku kenapa perih dan sakit?" batin Alice dengan memegang bagian atas area sensitif.
"Nona, ada apa? Apa kamu sakit?" tanya Deny khawatir. Leo masih berdiri di depan pintu dengan raut wajah khawatir.
"A-aku gak papa. Aku mandi dulu, ya? Lalu kita pulang!" ajak Alice seraya turun perlahan dari ranjang. Namun, langkah kakinya terhenti diiringi dengan raut wajah menahan sakit.
Dua bodyguard terkejut mendekat perlahan. Kening mereka mengerut merasa heran dengan perubahan sikap Alice.
"Kenapa bagian bawahku sakit sekali untuk jalan? Aku serasa tak bisa melangkahkan kaki ini," batin Alice menunduk ke bawah.
"Nona, apa kamu sakit?" tanya Leo.
"Aku sedikit pusing. Aku mandi dulu," sahut Alice dengan merintih kesakitan jalan ke kamar mandi.
Alice menutup pintu kamar mandi lalu menyalakan shower. Leo dan Deny saling berpandangan lalu kompak menunduk penuh dengan pertanyaan di otaknya.
"Deny, sepertinya Nona Alice kesakitan," kata Leo melirik pintu kamar mandi.
Deny masih tetap menunduk tidak merespon Leo. Dalam hatinya berkecamuk banyak perasaan yang tidak jelas. Leo menyadari jika kawan baiknya sedang melamun. Ia sedikit menepuk pundak Deny.
"Deny, aku khawatir sekali dengan Nona Alice," bisiknya.
"Leo, apa tadi malam kita lalai menjaga Nona Alice?" pertanyaan cemas dan takut dari Deny ke Leo. Keduanya melebarkan netra dengan kucuran keringat dingin. Lalu menoleh ke Alice yang membuka pintu kamar mandi. Tatapan mereka berkaca-kaca dan tajam membuat Alice ketakutan.
"Kalian kenapa menatap aku seperti itu?" tanya Alice heran.
Kedua bodyguard masih menatap Alice tanpa menjawab. Alice meraba dan melihat bagian tubuhnya dari ujung rambut ke ujung kaki tidak ada yang aneh. Lalu juga menoleh ke belakang berkali-kali.
"Jangan lihat aku dengan tatapan seperti itu! Aku tidak suka!" teriaknya marah. Kedua bodyguard menelan salivanya lalu menunduk. Tanpa sadar mereka sudah membuat Nona Alice marah.
"Sebenarnya mereka kenapa? A-aku sendiri juga merasa kalau tubuhku mendadak sakit. Terutama bagian sensitifku," batin Alice bingung.
"Nona, saya permisi keluar sebentar?" kata Deny agak membungkuk lalu keluar dari kamar.
Leo mendekati Alice perlahan lalu memeluknya dari belakang. Alice terperanjat kaget khawatir kalu Deny melihat mereka.
"Sayang, apa kamu melupakan kejadian tadi malam?" tanya Leo mengusap pipi Alice.