Unduh Aplikasi panas
Beranda / Miliarder / My Possessive Husband Book 1
My Possessive Husband Book 1

My Possessive Husband Book 1

4.9
61 Bab
2.9K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Aleina Xavinzo merasa sebal, karena selalu dihantui oleh Richard Alfredo Thomas, sang mantan kekasih. Mereka sudah lama putus, tapi lelaki itu terus mengejar, sehingga membuat si gadis jengah. Hingga terjadilah suatu peristiwa, yang membuat mereka malah semakin terikat, meski tidak kembali menjalin hubungan. Hidup Aleina berubah, setelah bertemu dengan Adrianus James Verona. Saat itu, ia tak sengaja minum sampai mabuk di club, karena gundah akan kisah rumit dengan mantan kekasih, sehingga di sana tak sengaja menabrak pria asing, dan berakhir bercinta di kamar hotel. Satu bulan setelah kejadian, mereka bertemu kembali. Aleina terkejut, ketika mengetahui pria yang pernah one night stand dengannya, ternyata adalah calon suami yang dipilihkan oleh orang tua. Bagaimana nasib Adrian dan Aleina? Apakah rumah tangga yang dibangun atas dasar perjodohan akan berjalan lancar? Mungkinkah tumbuh cinta di antara mereka?

Bab 1 Meet Up With The Ex-Boyfriend

Di sebuah restoran di hotel bintang lima, terdapat seorang pria dan wanita yang tengah duduk di pojok, dengan view kota, menimbulkan kesan private. Tak ada percakapan terjadi di antara mereka, sehingga hanya keheningan dan kecanggungan, seolah ada sesuatu yang mengganjal.

Seorang pelayan datang, lalu menghidangkan minuman yang dipesan untuk kedua tamu yang sudah menunggu. Tanpa pikir panjang, si lelaki memilih menyesap terlebih dahulu, sementara perempuan cantik tak mengatakan apa pun, dan memilih melihat sekilas, seakan tak perduli.

"Bagaimana kabarmu, Aleina? Maaf, jika aku tidak berbicara formal, karena ini jam makan siang dan pertemuan kita bukan untuk masalah pekerjaan,” ucap seorang pria berambut coklat. Ia telah meletakkan gelas yang berisi mojito di atas meja.

Wanita yang diajak bicara, tengah meminum mineral water, langsung terdiam. Ia menatap lawan bicara dengan seksama. Sementara, sepasang mata emerald milik sang lelaki tak berkedip, seolah menunggu jawaban.

"Kabarku baik, Richard. It is okay. You are right, this is lunch time and we can talk informal.” Perempuan berambut pirang menjawab dengan lembut.

Pria tampan berhidung mancung tersebut, tak bisa berkata apa-apa. Aku sudah lama merindukan mantan kekasih yang satu ini. Jujur saja, selain untuk urusan bisnis, memang lebih dia, supaya bisa setiap saat bertemu. What should I do now? batin Richard.

"Aleina—” Lidah si lelaki terasa kelu. Ia mendadak membisu, seolah ada yang membungkam.

Haruskah kukatakan, bahwa ingin kembali menjalin kasih dengannya? Aleina, walau sudah putus tiga tahun yang lalu, tetap saja hati ini merindukan saat-saat dulu. Tuhan, bagaimana jika dikatakan sekarang? Sungguh, tak kuat menahan rasa rindu! pekik pria bertubuh kekar di dalam hati.

"Ya?” tanya si wanita, yang merasa heran, sehingga menaikkan salah satu alis.

Gelas yang berisi minuman, sudah diletakkan di atas meja, tepatnya di sebelah kanan. Ia menatap sang mantan dengan pertanyaan besar di dalam hati, karena melihat gelagat tak biasa dari pria yang sama-sama duduk di satu meja.

"Kau ... sudah ada kekasih baru?” Richard menjawab, sekaligus melemparkan pertanyaan baru.

"Tumben bertanya seperti itu. Ada apa sebenarnya?” Aleina tak menjawab, karena pertanyaan yang diajukan semakin tak masuk akal.

"Aku ....”

"Katakan saja. Do not worry, because I will not judge you. I promise.”

Pria bermata emerald, menatap ke arah perempuan bertubuh langsing yang ada di hadapan, dengan tatapan tak percaya. Aleina sudah mengatakan hal itu dan aku tahu bahwa dia pasti serius. Apakah ini berarti adalah saat yang tepat? Brave yourself, Richard or you will lose her forever, hati kecil menegur si lelaki.

"Maukah kau menjadi kekasihku, Aleina? Jujur saja, tak mudah melupakan semua kenangan yang dulu pernah ada. I knew that I was suck and always made you angry, but could you please give me a second chance?”

Suasana menjadi hening seketika.

Richard masih merasa gugup, bahkan tidak berani berkata lebih jauh, karena menunggu jawaban dari wanita yang sempat menjadi kekasih terlama di dalam hidup. Sementara itu, Aleina yang terkenal cerdas sekaligus rupawan, terlihat sedang menimbang-nimbang, apakah jawaban yang tepat dari pertanyaan sang mantan? Bila dikatakan cinta, perasaan abstrak tersebut sudah menguap entah ke mana.

"Richard, are you serious? Kau tahu, ‘kan alasanku memilih untuk mengakhiri hubungan?” tanya Aleina.

Pria tampan itu mengangguk. Ia tak pernah melupakan apa yang telah terjadi, namun sudah bertekad akan memperbaiki semua. Perasaan rindu kian lama bertambah besar, sehingga menyebabkan Richard merana.

"I am serious, Aleina. Aku tidak pernah menafikan semua kesalahan di masa lalu, but please give me one more chance to prove all,” jawab Richard meyakinkan.

"Bagaimana bisa kau berubah, padahal hanya satu yang sungguh mengganggu: sifat posesif berlebihan. Tiga tahun kita hidup bersama, tapi selalu terulang. Aku terganggu dengan semua perilakumu, Richard.” Aleina berkata dengan dengan nada tertahan.

Kilasan peristiwa masa lampau, masih terbayang jelas di dalam benak. Pertengkaran kerap terjadi, semua karena hal-hal kecil, membuat perempuan bertubuh langsing itu kesal dan kecewa.

"Baby—”

"Kalau sifat itu tak bisa dikurangi, berarti sia-sia ajakan untuk kembali menjalin hubungan. Dulu, mana pernah aku membatasi pergaulanmu, kecuali yang buruk saja? Sedangkan kau, malah selalu marah tanpa alasan, sehingga membuat kita bertengkar.”

Ucapan Aleina, sukses menusuk sanubari pria yang memiliki tinggi seratus sembilan puluh centimeter itu. Ia tak bisa mengatakan apa pun, karena memang begitulah yang selalu terjadi, ketika mereka masih bersama.

"Jadi, jawabannya tetap tidak?” Richard bertanya dengan suara pelan.

"Betul. Kalau kau masih tetap posesif, over protektif, maka sudah tentu tak bisa kembali denganmu, meskipun dulu pernah tinggal bersama cukup lama. Aku mementingkan kesehatan mental, supaya tetap bahagia, dan tidak tertekan,” jawab Aleina tegas.

"Manusia selalu ada kelebihan dan kekurangan, termasuk aku. Tak pernah sekalipun selingkuh, setia, perhatian, dan romantis. Apakah semua itu tak cukup untukmu, Sayang?” Richard mencoba melakukan negosiasi.

Semoga saja mantan pacar masih mau menerima. Cemburu adalah tanda cinta. Aleina seharusnya bersyukur, bila aku melakukan hal itu, karena bila tak ada perasaan spesial, mengapa harus bersusah payah cerewet? Wanita memang aneh! gerutu Richard di dalam hati.

Aleina ingin sekali protes, namun dia ingat, jika masih berkeinginan debat, tidak akan menghasikan apa pun, karena pria kekar nan kritis itu akan memanjangkan ucapan yang dilontarkan, sehingga melelahkan batin saja.

"Kalau aku yang berbuat demikian, apakah kamu menyukainya? Ruang gerak dibatasi, wajib laporan tanpa kenal waktu, meeting dengan client dicurigai, saat bersama teman-teman suka datang mendadak, bahkan memaksa pindah tempat duduk. You made me ashamed!” Aleina menukas tajam.

Ucapan tersebut, sukses membungkam pria yang memiliki posisi penting di hotel. Ia terperangah, karena mendengarkan pertanyaan tak terduga sama sekali. Wajah sang mantan kekasih berubah menjadi lebih dingin, sinis, dan tampak kesal.

"Aku tidak bermaksud membuatmu malu, Aleina. Semua itu dilakukan, karena perduli, dan takut kehilangan,” ungkap pria bermata emerald jujur.

Aleina mendengkus. Huh, sungguh sudah bosan dengan semua alasan yang dikemukakan oleh laki-laki sialan ini! Selalu saja kata-kata klasik ‘aku sayang’, ‘takut kehilangan’, ‘semua yang dilakukan karena perduli padamu’. Pernahkah sekali saja berpikir tentang diriku yang menahan malu, kesal, marah, dan sakit hati akibat ulah tak bertanggungjawab tersebut? Pasti tidak! rutuk si perempuan dalam hati.

Pria berambut coklat dengan hidung mancung itu masih tak bisa menjawab, sehingga kesunyian kembali menguar di antara Richard dan Aleina. Yang wanita masih menunggu, sedangkan si lelaki kehabisan kata-kata.

"Aleina, aku—”

Belum sempat pria tampan menyelesaikan perkataan, datanglah dua orang pelayan, dengan membawa tray dan makanan yang telah dipesan, namun tak berani mendekat, karena takut mengganggu percakapan. Aleina menatap ke arah mereka, sehingga membuat Richard menjadi sungkan.

"Silakan dihidangkan makanannya.” Perempuan cantik bermata biru itu berkata kepada salah satu waiter.

"Baik, Nona.”

***

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY