/0/12638/coverbig.jpg?v=711feaf82eb1cde4854a522cdac5b57e)
Berawal dari dunia militer, empat pasukan khusus dibentuk dalam misi Operasi Tangkap Tangan, di kampung Sinadi. Kapten Ilex yang bertanggung jawab dalam misi, ternyata tidak sadar bahwa rumah yang ia tempati terdapat satu agen rahasia. Mandala, pemimpin pasukan yang terdahulu. Menjalani misi dalam watak berbeda bukan hal yang rumit. Beberapa bulan penugasan, terbongkar markas persembunyian dan rantai penyebaran bandar narkoba tersebut. Sempat kehilangan Dahli dalam misi, mengakses mereka ke titik terang. Setelah operasi dinyatakan sukses, kedua tim kembali ke kesatuan masing-masing. Ahli-ahli mendapatkan sanjungan. Rupanya mereka telah di deskriminasi sebagai prajurit dengan alibi pembelokan. Pergantian Jenderal yang mengakibatkan mereka harus menjadi pahlawan revolusi. Di balik itu semua, Jendral baru ternyata ada sangkut pautnya dengan misi kamerin. Kekecewaan yang di dapat membuat mereka putus asa. Demi tugas mereka berpisah dengan keluarga, rela mati kini hanya jadi solusi sebagai rasa pengabdian. Detik-detik menjelang eksekusi, kedelapan agen meminta satu syarat yaitu, sejahterakan keluarga mereka. Ternyata permintaan mereka di tolak mentah-mentah tanpa sepengetahuan para agen. Menjelang eksekusi berlangsung rahasia mulai terbongkar. Muncul sesesok wanita paruh bayah yang rupanya ibu yang menampung Mandala dan Ilex ketika misi berjalan. Terlihat biasa saja, namun ternyata ia telah mengetahui semuanya. Terpaksa Jenderal yang menjabat sekarang dituntut untuk mati Secara tidak hormat. Beberapa bulan telah berlalu siang itu, semua sedang berada di ruang makan. Tiba-tiba muncul notifikasi sms untuk segera ke kodim. Persis seperti yang mereka alami delapan bulannya yang lalu. Namun dalam kondisi yang berbeda, kaki melangkah maju satu-satu keluarga mereka dibantai. Rencana ini ternyata telah lama di rekayasa. Karena harapan untuk keluarga telah hilang, jalan satu-satunya adalah membelot ke negara lain, serta bergabung menjadi prajurit kesatuan resmi. Identitas mereka semua telah diganti dan yang tersisa hanyalah pembalasan dendam serta mencari siapa di balik dalang tersebut dan apa maksud tujuan dari misi kemarin.
BAB 1
"Bangun! Bangun! Bangun!" Ada seseorang yang mengetuk pintu kamar asrama dari luar. 'Buk buk buk buk buk langkah kaki saya menuju pintu. "Manusia yang berani membangunkan saya jam segini!" Saya langsung memberi hormat, ternyata yang ada di depan pintu adalah Mayor Jenderal Ivan Purnama.
"Siap untuk meminta izin! Ada perlu apa, Mayor Jenderal datang malam-malam begini!"
Tidak terlalu banyak bicara, tetapi lebih mengutamakan tindakan.
"Ikutlah dengan saya karena ada panggilan dari militer." Panggilan inilah yang terkadang membuat hati setiap prajurit menjadi tidak tenang.
Sesampainya di pusat komando, saya memberi hormat pada gerakan yang saya lakukan pada saat itu, "Kemarilah," kata seorang pria bertubuh kekar yang merupakan pemimpin pusat komando kami. Begitu masuk, saya pikir saya adalah satu-satunya. Tapi ternyata saya memang satu-satunya.
Di sebelah kanan, ada tiga gadis yang tidak asing lagi, belum tentu akrab tetapi mencoba berbaur dan mempelajari situasi. Malam itu adalah malam penugasan misi yang sangat sulit dan nyawa menjadi taruhannya.
Setelah menjelaskan visi dan misi penugasan ini. Sang Jenderal menepuk pundak kami dan berkata, "Lakukan yang terbaik seperti yang telah kalian janjikan kepada negara ini. Lebih baik pulang dengan nama tetapi kemenangan di depan mata daripada pulang dengan jiwa dan raga yang utuh tetapi sebagai pecundang."
"Siaaapppp!!!" kata kami berempat. Selain menjalankan misi, kami juga harus hidup layaknya masyarakat biasa dengan karakter yang sudah ditentukan oleh pihak militer.
"Malam ini persiapkan diri dan perlengkapan yang diperlukan untuk penugasan ini, ingatlah bahwa dalam waktu enam bulan, kalian harus mencapai misi yang sudah ditentukan," kata Mayjen Ivan.
"Siaaaappp!!!!" jawab kami. Segera kami mempersiapkan peralatan yang akan diturunkan.
Di kamar asrama. Tidak ada waktu perkenalan di sini, semuanya akan berbaur pada waktunya.
"Tino sepertinya tugas ini bukan hal yang sepele, tapi butuh ketelitian dan keseriusan dalam menjalankannya, selain itu saya rasa ada yang tidak beres," Tino langsung memberi isyarat agar hal ini tidak dibicarakan.
"Ya, saya rasa begitu." Tino menjawab perkataan Ilex dengan santuy seakan ingin membuka keakraban.
"Jujur saja, baru kali ini saya ditugaskan seperti ini, heheheh," kata Dahli sambil tersenyum malu. Arni yang terlihat terdiam di pojok dekat lemari, memaksa Ilex untuk memberinya kejutan.
"Woooy, apa yang sedang kamu lamunkan! Serius sekali." Di sini Ilex terlihat ingin mencairkan suasana. Arni menepuk pundak Ilex sambil berkata, "Eh, kamu kaget! Sedih sekali." Ilex mengerti bagaimana situasi yang sedang mereka rasakan. Dengan sedikit canggung.
"Sedih kenapa?" Tatapan Ilex mencoba membuat Arni merasa tidak sendirian.
"Kalau kita kembali dalam keadaan tidak bernyawa, entah apa yang akan dilakukan oleh orang tua saya, ditambah lagi saya belum menikah, heheheh." Suasana yang tadinya haru berubah menjadi canda ketika Arni mengatakan hal di atas.
"Sudah, ayo istirahat dan persiapkan diri untuk misi besok!" kata Ilex.
"Baiklah," jawab mereka bertiga.
~~~~Morning~~~~~
Semua peralatan kami ada di tangan kami, tidak ada yang tertinggal kecuali surat wasiat dari kami berempat untuk keluarga kami jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Arni, cepatlah, waktu kita tinggal lima menit lagi." Kataku.
Arni, yang mengenakan sepatunya, semakin mempercepat gerakannya. "Sekarang semuanya sudah siap. Ayo kita pergi ke markas militer untuk memberitahukan pengiriman ke tempat penugasan."
~tiba di pos komando~
Hormat, sikap yang biasa kami lakukan ketika berhadapan dengan Mayor Jenderal dan Jenderal.
"Pasukan 4326, apakah kalian siap untuk tugas ini!" ujar sang Mayor Jenderal dengan lantang.
"Siaaaaap," ada keheningan lagi, seakan-akan kematian sudah di depan mata.
"Yang bertanggung jawab atas pasukan 4326 adalah kapten Ilex."
"Ya, Pak!!!" Kata saya, dengan penuh wibawa. Sang Mayor Jenderal melanjutkan, "Ingat risiko mereka adalah tanggung jawabmu, posisikan dirimu sebagai kakak dari ketiga adikmu. Jangan pernah memikirkan diri sendiri, tapi pikirkanlah nasib mereka bertiga terlebih dahulu." Ternyata menjadi seorang ketua adalah mimpi buruk.
"Oke, sebelum Anda memulai misi ini! Sudahkah Anda menulis surat wasiat untuk keluarga Anda?" semua orang saling berpandangan dengan sedih.
"Siap!!!" MISI DIMULAI.
Awal dari sebuah kehidupan baru telah dimulai. Sesampainya di tempat tujuan, kami segera berganti pakaian sambil memerankan karakter yang diberikan oleh pihak militer. Langkah kaki pun mulai bergerak.
"Tim, pergerakan misi ini tidak boleh diketahui oleh siapa pun yang mengingatnya. Ini adalah misi negara, kita para prajurit dilarang keras membocorkannya!"
"Ya, kapten."
"Baiklah, mulai sekarang kita berpencar, kita akan tinggal di desa ini selama 6 bulan dengan target yang sudah ditentukan untuk tetap waspada dan saling menjaga satu sama lain."
"Siap kapten." Kata Dahli, Tino, dan Arni.
"Dan ingatlah kita tidak bisa tinggal di satu rumah, kita akan mencari tempat tinggal yang berbeda, pahami ini!"
"Mengerti."
"Jika ada apa-apa, segera berikan informasi agar pergerakan target dapat dipantau."
"Ya."
"Sebelum itu, mari kita berdoa agar setiap langkah kaki kita dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa, doa dimulai."
Perpisahan terjadi, salam satu Bravo!!!!!!
'Inilah saya kapten Ilex si bodoh yang jahil, berlagak seperti itu tapi sebenarnya tidak hehehehehe' gumam saya dalam hati.
Saya tinggal bersama seorang ibu di sebuah toko sekaligus kediamannya, pada awalnya ketika saya mulai menyamar dan memainkan karakter saya, seorang wanita yang sudah mulai tua muncul. Mungkin rasa iba di hatinya membuat dia mengadopsi saya meskipun dia tidak tahu bahwa keberadaan saya di sana bukan sebagai gelandangan yang berpenampilan seperti pengemis, tetapi sebagai agen mata-mata negara. Sedikit sombong.
Ketika saya memandangnya dia juga memandang saya, Ibu Tun adalah nama yang sering saya sapa alias nama pemberian saya meskipun dia bernama Ibu Silvi, tetapi untuk membuatnya tidak curiga dengan lagu saya seperti itu untuk mengelabui dia.
"Hay boy, siapa namamu?" Dia menyapa saya dengan nada lembut. Yah, seperti biasa watak saya yang suka merayu mulai muncul. Saya tidak menjawabnya dan dia akhirnya menjuluki saya Bohe, nama yang aneh tapi seperti orang bodoh, seperti karakter yang saya mainkan.
"Kasihan sekali, gadis malang. Orang tua macam apa mereka." Sambil mengusap-usap kepalaku. "Bohe! Ikutlah denganku, aku akan menjagamu."
Dengan senang hati saya mengikutinya, dengan cara ini pengintaian saya akan lebih mudah. Sambil mengikutinya, saya terus mengawasi keadaan di sekelilingnya, berharap mendapatkan petunjuk, tetapi semua masih berjalan lancar tanpa ada tanda-tanda yang mencurigakan.
Tepat di depan kami ada sebuah rumah tua dan restoran yang sederhana namun legendaris.
"Bohe, kemarilah, biar saya tunjukkan kamarmu." Ibu ini tanpa ragu-ragu langsung berani mengadopsi orang tanpa harus melihat ke arah saya.
"Iya Bu," Bu Tun menunjukkan kamarku yang berada di atap walaupun kamarnya cukup kecil untukku tapi apa boleh buat apa berkomentar di sini karena, mana ada bohe yang berlomba-lomba seperti itu, tapi ada untungnya juga berada di atap karena lebih bisa mengawasi dengan senang hati. Pikiran saya terhenti sejenak saat membayangkan bagaimana keadaan rekan-rekan satu tim saya, apakah mereka sudah menemukan tempat tinggal atau belum? Tapi entahlah, semoga saja mereka mendapatkan tempat yang lebih layak dari saya.
Saat malam tiba, Ibu Tun memanggil saya, "Bohe, ayo kita makan malam dulu."
"Ya, Bu." Saya turun seperti begok dengan hidung sedikit menjulur keluar dan rambut serta celana panjang saya berantakan, gaya rambut saya seperti seorang gadis yang tidak tahu cara merawat diri sendiri.
Di meja makan ~ Di meja makan ~
Ternyata ibu Tun memiliki anak laki-laki, mungkin sedikit lebih tua dariku, yang terlihat seperti orang kebingungan, hanya ada dua jawaban, yaitu melihatku sebagai gadis cantik atau bahkan seperti orang gila.
Dia adalah seorang pria yang membuat saya curiga karena tato di tangannya seperti menunjukkan simbol genk dari tato tersebut. Saya mulai mengamatinya, sesekali dia menatap wajah saya dengan penuh tanya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Niat untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh, karena membutuhkan pekerjaan tambahan demi menyambung hidup dan membiayai pengobatan ayahnya, justru mengantarkan Laura pada kegilaan Greyson yang merenggut kesuciannya, dan mengikat untuk menjadi pemuas nafsu. Akankah Laura bersedia menjadi budak pemuas Grey demi sejumlah uang untuk pengobatan ayahnya?
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."