/0/12740/coverbig.jpg?v=60d7f26d617178a492a95e397671654a)
Dihina dan dicampakkan oleh keluarga sendiri membuat Angkara seakan kehilangan semangat hidupnya. Angkara yang sebelumnya menjabat sebagai manager sebuah bank swasta harus menelan pil pahit kenyataan jika dirinya di phk secara sepihak. Mengetahui fakta tersebut ibu kandung dan juga calon mertuanya murka. Hingga pernikahan yang tinggal menghitung hari harus batal. Kenaasan hidup Angkara tak hanya berhenti di sana. Ketika pria itu berusaha membangun kembali perekonomiannya, ia kembali diterpa masalah dengan pedagang lain yang tak menyukai kehadiran pria itu. Berkat kebakaran yang terjadi di rukonya, kehidupan Angkara berubah drastis. Namun, cobaan kembali datang ketika dia dihadapkan antara kekayaan, keluarga atau asmara. Hope you like it, Guys.
Bisik-bisik tetangga yang menelusup ke indra pendengaran Angkara seakan tak lagi ada artinya. Sudah seminggu pria itu hanya luntang lantung keliling gang di kampungnya. "Eh Mas Angkara mau ke mana mas? Pagi-pagi gini, memangnya sudah dapat kerjaan baru?" sapa salah seorang ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur.
Mendengar pertanyaan dari salah satu tetangganya, membuat angkara mengingat kembali kejadian yang membuatnya down minggu lalu. Angkara hanya melemparkan senyum tipis, pria itu tetap berjalan lurus dan menulikan pendengarannya. Langkah pria itu berhenti tepat di depan sebuah rumah bergaya minimalis dengan nuansa coklat muda. Bangunan itu tampak lebih mewah jika dibandingkan bangunan lainnya.
Belum sempat Angkara menekan bell, pagar besi berwarna hitam itu terbuka lebar menampilkan dua orang wanita berbeda generasi. "Bu, Diah." Angkara mengangguk sopan.
"Loh kamu pagi-pagi sudah di sini, memang gak berangkat kerja?" tanya wanita berusia 50an.
Angkara menelan salivanya susah payah, ia pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Itu bu, saya sedang libur."
"Oh cuti nikahan ya? Sudah cuti to? Ibu kira kalau kerja di bank tuh cutinya sulit. Ternyata mudah ya," sahut wanita itu denga senyum ramah yang menghiasi wajah dengan keriput alus.
"Iya bu, sudah diberikan cuti." Selamanya, imbuh Angkara dalam hati.
Wanita paruh baya itu pun mempersilakan Angkara masuk ke dalam rumah, ia bahkan menyuruh putrinya menyiapkan sarapan untuk pria yang sebentar lagi aakan menjadi menantunya.
Angkara mengikuti langkah wanita ayu di depannya, sepanjang jalan pria itu tak berhenti menganggumi kecantikan Diah, wanita yang dalam hitungan hari akan menjadi istrinya.
"Duduk dulu mas, biar Diah siapkan kopinya." Angkara hanya mengangguk dan menempatkan dirinya pada sofa panjang berwarna cream yang memenuhi ruangan berukuran 4x3 itu.
Angkara terdiam kala melihat kekayaan yang dimiliki keluarga calon istrinya, kegelisahan mulai mengerayap di benak pria itu. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya anak dari pensiunan pns dan ibu yang berjualan cattering.
"Mas, kok melamun?" ujar Diah seraya menepuk pelan bahu pria berkaos oblong itu.
"Hah? Iya enggak aduh maksudnya enggak papa."
Diah tersenyum menatap sikap lucu pria di depannya. "Gak kerasa ya mas, sebentar lagi perjuangan cinta kita akan berbuah manis. Selama 7 tahun kita berusaha meluluhkan hati ibu aku, dan alhamdullilah sebentar lagi kita akan resmi menjadi suami istri."
Angkara meletakkan cangkir yang baru saja ia sesap isinya. "Iya dik, alhamdullilah. Tetapi dik, kalau semisal mas gak kerja bank apa kamu tetap mau sama mas?"
"Maksud mas?" tanya Diah seraya menoleh menatap penuh selidik.
Hati Angkara meringis ngilu melihat respon dan nada bicara Diah padanya. "Enggak kok, mas cuman iseng aja. Ya siapa tahu nanti mas gak kerja lagi di bank."
"Mas lagi gak serius 'kan?" tanya Diah yang sedari tadi disibukkan dengan undangan pernikahan. Angkara hanya tersenyum, pria itu enggan menjawab pertanyaan wanitanya.
Angkara hanya diam mengamati wanita yang sedang sibuk dengan undangan dan beberapa souvernir lainnya. "Mas, ini nanti hantarannya aku mau merk ini ya?"
Angkara menelan salivanya susah payah, kala melihat deretana huruf yang tertulis rapi di secarik kertas. "Ini?"
Diah pun mengangguk dengan senyum manis, senyum yang selalu berhasil meluluhkan hati Angkara. Pria itu mengerutkan kening bingung. Membaca nama brandnya saja Angkara tak pernah, sekarang pria itu harus membelikannya untuk kekasihnya.
"Dik, ini gak kemahalan ya? Maksud mas, kamu kan sudah punya brand ini kenapa kita gak coba brand lain? Brand lokal mungkin?"
"Lokal? Duh mas, masak lokal sih? Kemarin aja Ratih lamaran brandnya di atas ini loh mas. Masak sih mas gak mau beliin buat aku? Katanya mas sayang sama aku? Ini cuman tas sama sepatu aja loh mas?" tutur Diah dengan puppy eyes.
Pria itu tak bisa lagi mengelak, apalagi Diah sudah mengeluarkan jurus andalannya. Mau tak mau Angkara pun mengangguk dengan hati yang gelisah. "Oh iya mas ke sini mau apa? Gak mungkin 'kan kangen?"
Angkara meringis, jika saja Diah tahu tujuannya datang pagi ini tentu wanita itu mungkin tak akan menyambutnya seramah ini. "Mas kita honeymoon ke mana? Luar negeri atau dalam negeri? Dalam juga gak papa sih mas, tapi ke Lombok atau ke Bali atau ke Batu?"
"Kayaknya kita gak honeymoon deh dek, mas 'kan harus –"
"Ih kok gitu, gak ya mas. Aku mau honeymoon, selama pacaran kita gak pernah jalan-jalan loh mas, masak jalannya seputar Semarang doang, gak mau ah."
Angkara menghela napas panjang, ia pun mejelaskan jika cuti yang ia dapat tidak banyak. Angkara pun mengajak Diah untuk menabung demi masa depannya. "Ya ampun mas, jalan gitu juga gak akan makan sebulan gaji mas 'kan? Masak mas gak mau punya waktu berdua sama aku terus kita bikin junior yang gemas."
Angkara hanya bisa menghela napas, sebenarnya pria itu masih memiliki sedikit tabungan tetapi ia harus mengunakan uang itu untuk membuka usaha agar urusan dapurnya tetap bisa ngebul.
Raut wajah Angkara terlihat masam, pria itu bahkan ogah-ogahan membantu Diah merapikan souvernir. Pikirannya melayang memikirkan banyak hal. Andai saja hari itu ia tak membiarkan rekan kerjanya mengambil alih tugas yang ia berikan tentu semua itu tak akan terjadi.
Tentu hari ini Angkara masih berangkat ke kantor dengan seragam khas pegawai bank, tentu saja ibunya masih bersikap seperti biasanya. Hidup Angkara bak ban kempes yang secara mendadak kehilangan daya dan kekuatan untuk bergelinding.
Sebenarnya Angkara juga ingin merasakan honeymoon namun apa boleh buat keadaan ekonominya sedang tidak baik-baik saja. Dengan sisa uang pesangon ia harus memutar otak agar tetap hidup tanpa merepotkan ayah dan ibunya.
"Aku pamit pulang dulu ya, gak papa kan?" tanya Angkara seraya beranjak dari kursinya.
"Kok buru-buru mas? Kamu gak mau ikut makan siang di sini saja? Ibu kayaknya mau masak besar deh." Angkara hanya menggeleng. Diah pun mengangguk dan mengantar Angkara ke teras rumahnya.
Mereka berjalan beriringan menuju pagar rumah, sepanjang jalan Diah terus saja bercerita tentang perasaannya yang sudah tak sabar ingin berbulan madu. Angkara pun hanya diam, pikirannya kalut dan tak bisa berpikir jernih.
"Mas kenapa diam saja?" tanya Diah setibanya di depan pagar.
"Hah? Enggak kok, mas mungkin tegang saja 'kan sebentar lagi mau mengucapkan ijab."
Diah pun mengangguk. Saat Angkara hendak menjauh dering singkat di ponselnya berbunyi. Dari tempatnya berdiri, Diah bisa sedikit mengintip isi pesan yang tercetak di layar ponsel berukuran 7in itu.
Gerak gerik pria itu juga tampak mencurigakan. Hingga Diah mengutarakan sebuah pertanyaan yang membuatnya harus menelan saliva susah payah.
"Mas beneran cuti 'kan?"
SESUAI JUDULNYA CERITA INI AKAN SANGAT PANAS DAN BERBAHAYA TIDAK HANYA SEKEDAR ROMAN DEWASA TAPI JUGA MISTERI YANG AKAN MERANGSANG PEMBACA UNTUK TERUS IKUT BERPIKIR MEMECAHKANYA! Berawal dari Geby yang terpaksa menikah dengan Jeremy Loghan seorang billionaire keji yang penuh dendam dan kebencian. Geby yang masih mencintai kakak laki-laki dari Jeremy membuat pria itu hanya ingin semakin membenci istrinya. Jeremy selalu kasar dalam menangani istrinya di atas ranjang. Sampai akhirnya sebuah rahasia besar perlahan-lahan terbongkar dan Jeremy sudah terlajur jatuh cinta pada Geby ketika seharusnya dia jadi wanita yang paling dia benci sebagaiman mestinya. Apa kira-kira yang akan dipilih Jeremy, dendam atau cintanya kepada Geby? Cerita ini akan pemuh kebencian, dendam, dan konspirasi yang licik dari keluarga bangsawan kaya raya! ADA TIGA SEASON YANG KUGABUNG JADI SATU DALAM CERITA INI KARENA ITU BABNYA TERLIHAT PANJANG, COBA BACA DULU DAN KUJAMIN TIDAK AKAN BISA BERHENTI. (seting cerita Yorkshire Inggris sejarah dan budaya akan menyesuaikan)
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.