Seluruh armada perang dari sekitar 25 negara akan berkumpul dan melakukan latihan perang bersama. Dan Shawn Miller menajdi salah satu Laksamana muda yang memimpin Navy (angkatan laut) US untuk latihan tahun ini di perairan Hawaii.
"Bidik!" perintah Shawn lagi pada salah satu perwira yang kemudian mengarahkan moncong meriam penghancur pada sebuah kapal.
"Kunci!"
"Aye, Sir!" (baik pak) perwira itu kemudian mengunci target sesuai perintah Shawn dan perintah dari sambungan radar menyatakan jika kapal tersebut sudah dihancurkan. Sesuai dengan syarat latihan, jika salah satu kapal penghancur sudah mengunci dianggap lawannya telah berhasil.
"Lepaskan... kita kembali!"
"Baik Pak!"
Shawn menarik napas pendek dengan wajah dingin tanpa senyuman, ia terkenal bukan perwira tinggi yang ramah. Jangan sampai berada di bawah tim-nya maka dipastikan pelaut itu hanya kan akan jadi bulan-bulanannya Shawn.
Ia dijuluki Komodor berdarah dingin. Oleh karena pangkatnya sama dengan Komodor, Shawn dijuluki seperti itu. Belum sempat Shawn berbalik hendak masuk ke kabinnya, seorang perwira memanggilnya.
Pak... ada sambungan telepon dari Admiral Stone," uajr perwira itu lalu memberikan telepon pada Shawn.
Admiral... ada misi untukmu. Bawa kapalmu ke dekat teluk di Oahu, ada penculikan yang melibatkan warga sipil. Bisakah kamu membantu penjaga pantai untuk mengatasinya?" perintah Laksamana bintang empat yang merupakan atasan Shawn.
"Apa tak ada polisi?"
"Mereka meminta bantuan kita. Ada anak Menteri Pertahanan yang berada di kapal itu!" Shawn mendengus kesal dan terpaksa mengangguk.
"Baik... aku akan kesana, Pak!"
"Perintah selesai!" Shawn kemudian menuntup dan berbalik pada pelaut yang memegang kendali kemudi kapal.
"Kita berbalik ke teluk Oahu!"
"Baik Pak!"
Shawn terpaksa berdiri lagi di posisinya seragam biru loreng kebesarannya dan topi pet Admiral bintang satu, kapal penghancur John Paul Jones membelah lautan menuju ke sebuah teluk. Shawn lantas keluar menuju haluan kapal dan mengambil binocular (teropong) untuk melihat sebuah Yacth yang menjadi targetnya.
Terdengar dan terlihat bunyi senjata api yang membuat seluruh penumpang kapal jadi berteriak ketakutan.
"Admiral, mereka bersenjata!" tegur salah satu perwira yang menyusul Shawn.
"Ambilkan senjataku!"
"Baik, Pak!" perwira itu pun masuk kembali ke dalam lalu berjalan ke salah satu kabin amunisi untuk mengambil senjata laras panjang milik Shawn. Senjata penembak jarak jauh itu adalah salah satu kesayangan Shawn dan sering ia gunakan.
"Bunyikan tanda peringatannya!" perintah Shawn pada perwira lain dan melihat lagi melalui teropongnya. Dari sudutnya ia bisa melihat seorang wanita berambut pirang yang ditarik keluar dek depan yatch itu lalu berteriak dan mulai mulai melawan.
HONK... HONK!- kapal yang dipimpin oleh Shawn membunyikan tanda peringatan yang biasa digunakan untuk memperingati musuh.
"Pak ini senjatamu!" Shawn mengambil senjata tersebut dan melihat lagi lewat teropongnya. Pria yang dianggap sebagai penculik itu menarik wanita berambut pirang tersebut dan mengancamnya dengan senjata.
Tak ada suara yang bisa didengar oleh Shawn karena jarak mereka tapi kapal itu makin mendekat ke Yacth. Seorang perwira lantas mengambil sebuah pengeras suara dan memberi peringatan dengan suara.
"SELURUH AWAK YANG BERADA DI SANA, ANGKAT TANGAN KALIAN SEMUA!" terdengar salah satu perwira memberikan perintah lewat pengeras suara dan terdengar sampai ke kapal di depannya.
Para gadis-gadis yang menjadi tawanan bahkan sudah mengangkat tangannya tapi pria-pria yang memegang senjata itu tidak. Mereka bahkan mengancam akan menembak si sandera.
Shawn menghela napas kesal dan mengangkat senjatanya lalu memberikan teropong yang tengah ia pegang.
"Peringati sekali lagi!"
"Baik, Pak!"
"BERIKAN PERINGATAN!" perwira yang bertugas memegang pengeras suara lalu mengatakan perintah mundur yang sama.
"PERINGATAN TERAKHIR, ANGKAT TANGAN KALIAN DAN BUANG SENJATA!"
Kapal mulai berhenti dan semakin tenang, sementara Shawn mulai mengarahkan senjatanya ke arah pria yang sedang mengancam wanita berambut pirang di atas haluan dek kapal yang menjadi sasarannya.
Napasnya tenang dan membidik dengan tepat. Dan ketika moncong senjata pria itu sudah menekan kening si wanita, Shawn melepaskan tembakannya. Peluru tepat mengenai pergelangan tangan dan senjata itu pun terlepas.
Belum sempat menolong temannya, Shawn melepaskan sekali lagi tembakannya dan menggores bahu salah satu penjahat lainnya. Wanita yang dijadikan sandera itu bahkan ikut menendang pria yang menodongkan moncong pistol padanya.
Petugas penjaga pantai langsung mengamankan situasi dan yacth itu lantas diamankan. Shawn hanya bisa menarik napas dan menurunkan senjatanya. Wanita yang disandera tadi kemudian melambaikan tangannya pada Shawn dan tak dibalasnya sama sekali.
Shawn memberi kode pada pelautnya untuk maju lebih dekat ke arah yacth tersebut. Seluruh penjahat dan penculik yang tadi mengancam kini telah diamankan.
Shawn lalu berjalan ke arah sek samping kapal dan matanya masih memandang pada wanita yang baru saja ia tolong. Wanita berambut pirang dan menyengir dengan santai dan menaikkan alisnya pada Shawn. Ia menegadah dan mengajak Admiral itu untuk turun.
"Hai Shawn... aku tidak tau kamu ada disini, hehehe!" sapa wanita itu dengan santainya. Shawn hanya mendengus kesal dan mengernyitkan keningnya.
Dia paling kesal jika harus bertemu dengan Amelia Baker. Tapi gadis itu malah sebaliknya. Ia selalu menyengir lebar dan suka sekali menggoda Shawn jika melihatnya. Terlebih jika Shawn menemui Ayahnya Christopher Baker, Menteri Pertahanan Amerika Serikat.
"Apa tidak bisa sehari saja tidak mencari masalah denganku!" rutuk Shawn pada Amy panggilan akrab Amelia. Amy menaikkan bahunya dengan gampang.
"Bukan salahku, mereka datang dan merusak pestaku!" sahut Amy tak mau kalah. Ia sama saja judesnya dengan Shawn, bedanya ekspresi Shawn dingin seperti es.
"Kamu merusak latihanku!" tunjuk Shawn benar-benar kesal.
"Ayolah, Shawn... apa salahnya menolongku, huh!" Shawn berdecak dan berkacak pinggang.
"Sekarang pergi dari sini. Urusanku sudah selesai!" Shawn hendak berbalik tapi suara Amelia yang memanggil nama kecil Shawn membuatnya berhenti.
"TERIMA KASIH, SHOOKY!" Shawn langsung berhenti dan mendengus kesal. Mia meneriakkan nama itu dan beberapa perwira mendengarnya. Ia mendelik dan berbalik pada Amy yang menyengir di deknya lalu melambaikan tangan. Ia pun berbalik dan masuk ke dalam kabinnya kembali bersama teman-teman wanitanya yang sama seksi dan cantik seperti dirinya.
Hidung Shawn kembang kempis mendengar nama itu diteriakkan Amy di depan semua perwira yang menjadi bawahannya. Shawn sampai mendelik pada perwira yang menjadi asitennya dan perwira itu langsung menyengir.
"Permisi, Pak!" Perwira itu langsung pergi dan meninggalkan Shawn di depan pintu. Shawn menoleh pada Yacth yang perlaha menjauh dari kapalnya dan menggeram kesal.