"Dua hal yang harus kamu tahu. Satu, jangan panggil aku Pak. Panggil aku Kakak biarpun itu di kantor. Dua ..." Bryan mendekat di telinga Nisa berbisik. "Jangan gigit bibir bawah kamu di depan Kakak. Kamu akan kena masalah besar nanti!". Bryan Alexander, seorang playboy tampan, kaya raya, pemilik perusahaan multi internasional yang berubah karena jatuh cinta pada adik tirinya sendiri, Deanisa Melody. Karena tak bisa memiliki, Bryan memilih pergi ke New York dan menjalani kehidupan sebagai Fuckboy. Gadis itu adalah candu baginya. Ia berusaha seperti orang gila melepaskan candu itu selama 12 tahun dan hasilnya ia malah bertemu lagi dengannya. Apa yang terjadi jika ia harus kembali dan bertemu Nisa yang malah jadi asisten pribadinya atas perintah sang Ayah?
"Cinta itu tak berbentuk. Hanya bisa dirasa, bahkan tak bisa digenggam. Saat aku melihatnya, aku ingin menggengamnya. Tapi tak bisa... cinta itu begitu menyakitkan. Ia menghancurkan diriku yang sebenarnya lalu menancapkan tombak berancunnya di hatiku. Kubawa cinta itu sampai dewasa... hingga aku bertemu lagi dengannya. Gadis yang menggenggam hatiku."
***
Pagi yang cerah adalah saat hari pertama masuk sekolah. Seorang anak dengan wajah bayi namun sayangnya dia sudah 14 tahun sedang berdiri di depan cermin dengan seragam baru. Ia baru saja naik kelas dua SMP di salah satu sekolah swasta ternama di Jakarta. Sambil memperbaiki kerah baju tiba tiba pintu kamarnya diketuk dari luar.
"Bry, kamu udah siap?" ujar kakak perempuan tertuanya, Alisha sambil mengintip dari balik pintu dengan sebelah kepalanya melongok ke arah anak itu. Sambil tersenyum anak remaja itu mengangguk.
"Ayo, kamu bakal diantar Daddy," lanjutnya sambil menutup pintu. Remaja itu hanya menghela nafas, ia harus jadi anak baik. Di depan cermin ia tersenyum sinis. Mungkin hanya cermin yang tau siapa dirinya.
Seperti biasa setiap pagi, Ayahnya sudah menunggu di depan pintu depan sebelum tersenyum mengajaknya masuk ke dalam mobil. Ayahnya dan supir pribadinya, Pak Rahman menurunkan remaja itu di depan gerbang sekolah. Sebelum membuka pintu, Ayahnya memegang tangan remaja itu.
"Bryan, kamu udah besar dan kamu selalu buat Dad sama mom bangga. Suatu saat kamu akan jadi pewaris perusahaan Daddy. Rajin belajar dan jadi anak baik. I love you, my Babyboy," ujar Ayahnya sambil tersenyum memegang bahu remaja itu. Ia hanya bisa tersenyum ramah dan mengangguk pelan.
"See you at home. my Boy." Kalimat itu adalah kalimat yang sering sering di dengarnya ketika Ayahnya mengantar. Pintu mobil ditutup dan ia melangkahkan kaki masuk ke halaman sekolah.
"Tuan muda Bryan akan jadi penerus yang Tuan inginkan, saya yakin, dia anak baik," ujar Pak Rahman sambil tersenyum dari kaca mobil.
"Ya, dia selalu buat kami bangga. Kami tidak salah pilih, dia memang anak baik." ...
Sementara itu di sekolah
"Ampun...lepasin...aku janji gak akan ingkar janji lagi. Tolong jangan pukulin lagi, Kak." tangis seorang anak sambil memohon memeluk kaki anak laki laki didepannya.
"Heh...udah berapa kali gua bilang, bayar utang lo!" ujar anak seumurannya yang kaki nya dipegang dengan sekali hentak menendang perut anak lelaki yang sudah memar dipukuli.
"Janji, aku bayar minggu depan. Minggu ini aku gak dikasih uang sama mama karena uangnya habis buat taruhan kemarin."
"Itu urusan lo, urusan gue..." dia berhenti bicara ketika matanya memandang ke arah depan setelah temannya menyikut cukup keras untuk melihat siapa yang datang. Anak laki laki yang dipandangi oleh lima orang anak laki laki lain dan satu anak yang masih meringkuk tadi sambil ikut mendongakkan kepalanya. Semua mereka melihat ia mulai berjalan santai ke arah mereka.
Tidak ada yang bicara atau pun melakukan sesuatu ketika dia sedang berjalan dan akhirnya berhenti tepat di depan si anak yang sedang meringkuk kesakitan. Dia melihat ke bawah tanpa ekspresi lalu mengalihkan matanya menatap wajah anak yang memukuli tadi.
"Dia udah bayar?" dia bertanya tanpa ekspresi.
"Belum, Bry," jawabnya singkat. Anak itu menunduk lagi melihat anak laki laki yang meringkuk tadi. Dia berjongkok dan melihat ke arah mata anak laki laki itu.
"Aku benci pembohong dan penipu."
"Aku janji, Kak. Aku pasti bayar minggu depan," jawabnya pucat.
"Dua hari, aku kasih waktu dua hari. Karena kalo gak, aku akan membuat kamu dikeluarkan dari sekolah ini. Tau kenapa, karena pacar kamu Stella kemarin mengirimkan fotonya setengah telanjang padaku. Dan foto itu akan aku taro di handphone kamu dan akan dicari kepala sekolah. Orang tua kamu pasti kecewa." Anak itu bicara tanpa rasa berdosa.
"K-kenapa Stella bisa kirim gambar seperti itu ke Kak Bryan?" tanya anak itu dengan wajah terkejut dan bibir yang bergetar.
"Huh, kamu pikir kenapa dia mau pacaran sama kamu? Karena dia pikir kamu temanku dan dia bisa mendekatiku lewat kamu," jawab anak itu sambil tersenyum sinis. Anak laki laki itu hanya tertunduk dan tidak lagi bicara. Dia tau bahwa semua hampir semua siswi perempuan di sekolah ini menyukai remaja bernama Bryan dan itu tak terkecuali Stella pacarnya.
"Dua hari mulai besok, dia gak bayar sebarin foto Stella yang dari handphonenya juga." Bryan melangkah santai ke arah kelas. Anak anak yang memukul tadi tersenyum menang sambil berkata
"Beres Bry, lo tenang aja!".
Bryan masuk kelas dengan santai dan melemparkan tasnya ke atas meja belajarnya. Seluruh kelas terdiam ketika Bryan masuk. Ada yang mengganggu mood Bryan pagi pagi. Teman kelas laki laki langsung menyingkir sedangkan yang perempuan malah berbisik-bisik sambil mencuri pandang pada Bryan. Bryan selalu kelihatan tampan apapun keadaanya. Biarpun dalam keadaan marah, ia selalu bisa menarik perhatia banyak orang. Dua menit kemudian seorang anak laki laki dan siswi paling cantik di sekolah masuk kelas yang sama dengan Bryan. Siswa laki laki itu langsung duduk di depan Bryan dan tersenyum lebar. Sedangkan siswi yang satunya lagi menyandarkan punggung di meja sebelah kanan Bryan dengan santai.
"Pagi-pagi udah jelek aja mood lo, ada apa?"ujarnya sambil melipat tangan di depan Bryan. Bryan tidak menjawab dan cuma mengangkat bahu.
"Jangan bilang karena ada yang gak bayar taruhan," tambahnya lagi.
"Aku benci orang yang gak berpikir sebelum bertaruh dan ketika kalah dia gak bayar," semprot Bryan dengan kesal. Akhirnya Brian buka suara di depan temannya itu dan temannya, cuma bisa tersenyum.
"Tapi bukan itu masalah yang bikin aku kesal pagi-pagi. Daddy bilang akan mewariskan perusahaannya ke aku."
"Bukannya bagus? bukannya itu yang kamu mau," celetuk teman perempuannya ikut menanggapi. Meski ia tak mengertibenar apa yang dimaksudkan oleh Bryan. Bryan menoleh tanpa senyum, lalu berpaling lagi ke teman di depannya.
"Arya, kamu tau siapa aku?"
"Bryan, kita bicara nanti. Untuk sekarang stop pukulin orang, I mean it!" Anak yang dipanggil Arya itu pun bangun dari kursi sambil menunjuk ke arah Bryan. Bryan malah mengangkat tangannya ke udara dengan tatapan 'maksud lo'. Dengan tersenyum yang masih menggantung, Arya langsung keluar dari kelas Bryan menuju kelasnya di sebelah kelas Bryan. Mereka tidak sekelas, Bryan dan Arya tapi siswi perempuan tadi kemudian duduk di bangkunya yang berjarak dua meja di depan Bryan. Tak lama, guru pun masuk dan memulai hari pertama di kelas dua.
Darsh Bryan Alexander adalah bintang sekolah. Semua serba sempurna, wajahnya, tampilan fisik, kecerdasan hingga latar belakang keluarga. Bryan Alexander adalah anak kedua dari pengusaha terkenal asal Belanda yang sudah menetap di Indonesia. Ayah Bryan, Hans Valiente Alexander dikenal sebagai taipan pemilik perusahan konstruksi, perkapalan hingga otomotif salah satu yang terbesar di Asia. Bahkan sang ayah dinobatkan sebagai orang terkaya ketiga di Asia setelah pemilik e commerce terbesar asal Tiongkok. Ayahnya Hans bukanlah keturunan Indonesia tapi dia telah mendapatkan kewarganegaraan Indonesia setelah menikah dengan almarhumah Ibu Bryan, Sri Handayani. Ya, Ibu Bryan sudah meninggal ketika Bryan berumur 8 tahun dan kakak perempuannya yang berumur 10 tahun. Kakaknya kini sudah masuk SMA kelas satu, ia bernam Alisha Handayani Alexander.
Sejak kecil, Bryan memang bukanlah anak yang periang, dia lebih banyak diam jika tidak ditanya. Berbeda dengan kakaknya yang selalu tersenyum dan banyak bicara walaupun sedang sakit. Alisha menderita talasemia, dia harus ikut program cuci darah setiap minggu. Biarpun begitu, Alisha tetap ceria seperti tidak ada yang membebaninya.
Setelah jam pelajaran kedua berakhir dan saatnya istirahat. Bryan keluar dari kelas dengan santai. Tiba di depan pintu kelas, Arya temannya langsung merangkul.
"Gimana, masih belum enak mood lo? Kita makan biar lo gak kepikiran terus," sahut Arya sambil tersenyum.
"Males...ga selera!" jawab Bryan singkat.
"Alah, ikut aja. Lo juga kan Dira?"
"Ya iyalah, gue mau temenin Bryan makan," sahut siswi perempuan yang dari tadi menempel pada Bryan dan Arya. Bryan hanya ikut teman-temannya dengan wajah sekenanya. Tanpa ekspresi. Setelah selesai memesan makanan di kantin mereka duduk bertiga di sudut biasa mereka berkumpul. Itu spot khusus yang tidak satupun siswa berani duduk disana. Sepenuh apapun kantinnya, spot mereka tetap kosong.
Tidak ada yang berani melawan Bryan, anak itu punya dua kepribadian. Jika seseorang tak begitu mengenalanya maka akan salah mengira jika ia adalah remaja baik hati seperti malaikat. Memiliki wajah polos dan rupawan namun tak membuat perilaku Bryan yang sebenarnya sesempurna fisiknya. Semua siswa di sekolah itu tau siapa Bryan Alexander yang sebenarnya.
"Bentar ya gua ke toilet dulu," ujar Dira pada Bryan dan Arya. Arya mengangguk sambil tersenyum, Bryan bahkan tidak menoleh. Setelah Dira pergi, barulah Arya bicara.
"Jadi bokap lo nikah lagi?" Bryan mengangguk
"Lo uda kenal calon Mama baru lo?"
"She's not my mom, and I don't care!" sahut Bryan ketus.
"Biar gimanapun dia bakaln nikah sama Daddy lo, lo harus tau dia."
"Jadi aku harus gimana? Aku harus jadi pewaris sementara Daddy akan senang-senang sama istri barunya!" Bryan membuang pandangannya ke arah lain. Beberapa siswi perempuan mencoba tersenyum pada Bryan. Dia hanya mendengus saja membalas tatapan itu.
"Bry, dia bokap lo dan dia uda lama sendiri jadi wajar kalo dia nikah lagi," sahut Arya memberi tanggapannya. Bryan tergelak dengan nada sinis.
"Jadi aku harus terima gitu aja!" suara Bryan mulai meninggi.
"No, just give them chance. Lagi pula cepat atau lambat cuma lo yang akan diangkat jadi pewaris VanAlex."
"Seharusnya kak Alisha yang berhak memegang semua itu bukan aku, I am not an Alexander." Bryan mulai menunduk sambil menghela nafas berat.
"Jangan pernah bicara seperti itu lagi! Lo adalah seorang Alexander. Kakek lo adalah pengusaha Herman Van Alexander dan Daddy lo adalah Hans Alexander, dan lo adalah Darsh Bryan Alexander. Lo adalah Alexander, darah lo tetap darah Alexander. Jangan lupa itu, Bryan," ujar Arya memandang dan berkata tegas pada Bryan.
Arya Mahendra adalah teman Bryan dari kecil tepatnya mereka bertemu saat masih di taman kanak-kanak. Ayahnya salah satu partner bisnis Hans Alexander, Ayah Bryan. Arya Mahendra adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Anak dari pengusaha asal Solo, Surya Mahendra. Hingga kini baik Surya maupun Hans masih bekerja sama dengan baik. Rumah Arya sudah seperti rumah kedua bagi Bryan. Setelah Ibunya meninggal Bryan senang menginap di rumah Arya, Ibunya Arya pintar membuat kue dan Bryan selalu dimanjakan dengan berbagai macam kue buatannya.
"But I don't know who's my father is," ujar Bryan lemah sambil menungkup kan kedua tangannya di dahinya.
"Itu gak penting, Ibu lo Alexander, artinya lo tetap seorang Alexander. Dan setelah Kakek lo meninggal bukannya dia udah ninggalin wasiat kalo hanya lo satu-satunya penerus. Jadi apa lagi yang lo cemasin?"
"It's just too much!" Bryan masih menunduk
"Bry, gak usah pikirin perusahaan sekarang, umur kita baru 15 tahun. Kita masih punya banyak waktu. Dira udah balik jangan tunjukin muka sedih lo." Bryan pun langsung mengangkat wajahnya. Seolah tak terjadi apa apa mereka mengobrol seperti biasa.
Sebelum pelajaran terakhir berakhir, Bryan pamit sebentar ke toilet. Belum sampai di pintu toilet laki laki, ia mendengar sayup-sayup suara tangis anak perempuan sambil memohon.
"Jangan Kak, itu buku-ku satu-satunya." suara anak perempuan itu kecil sambil terisak.
"Hah, miskin amat lo buku jelek begini. Makanya kalo gak punya duit gak usah sekolah disini. Anak kampung aja belagu!" Bryan merngnyitkan kening mendengar suara ribut-ribut itu lalu mendekat perlahan sambil mengintip dari balik tembok dekat toilet siswa laki laki. Ada tiga siswi mengelilingi satu anak perempuan kecil yang sudah terduduk dan roknya basah. Bryan awalnya hanya menonton sambil menyandarkan bahunya pada tembok.
Matanya kemudian memperhatikan anak perempuan tak melawan sama sekali saat dibully. Rambutnya dikepang dua dan dia tak mengangkat wajahnya sama sekali. Kulitnya putih bersih dengan rambut agak kecoklatan.
Kayaknya siswa kelas 1 ya, badannya kecil sekali' pikir Bryan.
Selesai membully, mereka bertiga terkejut melihat Bryan menyandarkan bahunya di tembok berdiri beberapa meter dari mereka dengan santai memilin-milin jemarinya.
"Aku paling gak suka liat cewek suka membully. Kesannya gak cantik sama sekali!" ujar Bryan menyindir lalu menatap kemudian menatap sekilas lagi pada siswa yang masih terduduk itu.
"Nngg dia...d-dia..k-kami c-cuma..." salah satu dari tiga siswi mencoba membela diri namuan dengan kalimat yang terbata-bata.
"Go...now!" Bryan terdengar seperti mendesis geram. Ketiga lalu berpandangan dan tak lama langsung pergi karena takut pada Bryan.
Setelah siswi siswi itu pergi, Bryan hanya menatap beberapa detik ke arah siswi yang sudah ditolongnya itu. Anak itu yang masih menunduk ketakutan. Bryan tidak mau ambil pusing, dia langsung membalikkan badan dan masuk ke toilet. Sekitar 5 menit di toilet Bryan keluar dan dia tersentak saat melihat seorang gadis berdiri di depan pintu. Ternyata itu adalah gadis yang ditolong beberapa saat lalu..
Bryan akhirnya bisa melihat wajah gadis yang menunduk tadi. Wajah imut dengan hidung kecil yang lucu dengan rambut yang dikepang. Mata Bryan langsung menatap mata bulat dan bibirya yang begitu mungil, sangat menarik perhatian.
"Terima kasih Kakak sudah menolong saya." beberapa detik Bryan seolah tidak sadar, mata gadis itu menghipnotisnya. Bryan hanya sempat menelan ludah dan lupa untuk bernapas.
"A-aku gak menolong kamu, aku cuma gak suka perempuan kasar," ujar Bryan ketika tersadar kemudian.
"Iya, Kak. Terima kasih sekali lagi." Gadis itu tersenyum manis dan pergi meninggalkan Bryan di depan pintu toilet laki laki. Bryan tidak bicara dia cuma bengong menahan nafas. Tidak sadar dia melepaskan nafas yang dari tadi ditahannya.
Apa yang sudah terjadi padaku?
“Kamu harus tidur denganku atau bayar utang suamimu sekarang. Jika tidak, jangan salahkan aku jika kamu tidak akan pernah bisa pulang!” Cindy Andriana Halim rasanya tidak bisa berpikir jernih saat mengetahui suaminya menjadikannya jaminan di meja judi. Parahnya lagi, suaminya kalah, sehingga Cindy dipaksa melayani birahi Sebastian Arson, mantan bosnya yang ternyata memenangkan pertaruhan tersebut. Pria itu tampaknya kembali ke Indonesia untuk mendapatkan Cindy, sumber obsesi tergelapnya. Lantas, bagaimana caranya Cindy dapat melepaskan dirinya dari Sebastian?
Cassidy Belgenza tidak sengaja menolong seorang wanita mabuk bernama Sophie Marigold dari tindakan pelecehan yang akan dilakukan oleh seorang pria. Namun ternyata bantuan itu malah membuat salah paham. Cass yang awalnya ingin memohon maaf dan menjelaskan diri, belakangan mengetahui jika Sophie ternyata adalah selingkuhan suami Angelica, mantan kekasihnya. Angelica lalu meminta bantuan Cassidy atas pernikahannya yang tidak bahagia karena orang ketiga. Ia memohon pada Cassidy agar menjauhkan Sophie dari suaminya. Cassidy yang masih tergila-gila pada Angelica berusaha membalas Sophie atas perbuatannya pada wanita yang ia cintai. Berhasilkah Cass menipu Sophie? Atau Sophie yang berhasil menipu Cassidy?
"Dengarkan aku, Angel! Aku tidak peduli siapa keluargamu, saat aku menginginkanmu maka kamu adalah milikku!" desisnya menatap mata polos Vanylla. "Aku membencimu, Mars. Berhentilah menghancurkan hidupku, tolong biarkan aku pergi!" Vanylla tidak punya suara lagi untuk berteriak atau meneriakinya. Mars menjebaknya di bawah tubuh kekarnya. Sementara tubuh mungil Vanylla tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan miliknya. Mars lalu meraih dagunya mendesis di bawah hidungnya. "Aku tidak akan berhenti mengejarmu jika itu satu-satunya cara untuk memilikimu!" Mars mencium aroma vanila yang memenuhi lubang hidungnya. Wanginya membuatnya ketagihan dan tergoda. *** Mars Callesthene King adalah personifikasi dewa Hades dan Ares dalam diri seseorang. Dia kejam, jahat, tanpa belas kasihan, kuat tapi tampan seperti kuda jantan yang menguasai dunia bawah tanah sebagai Iblis dan Raja, di mana media menggambarkannya sebagai pengusaha paling sukses tahun ini. Sebaliknya, Vanylla Emerald Wright adalah sosok gadis lugu yang cantik dan layaknya seorang malaikat untuk keluarganya. Kakak laki-lakinya Jared Klaus Wright selalu melindunginya dari semua ancaman Sejak keluarga Wright berkonflik dengan keluarga King dalam perang bisnis, ayahnya memindahkan Vanylla ke Inggris, tempat dia belajar menjadi seorang arsitek dan seniman. Suatu malam, Mars bertemu dengan putri musuhnya yang cantik dan polos, dan kebencian itu menghilang menjadi nafsu yang tak terkendali. Mars terobsesi dan menghancurkan kepolosannya tetapi akhirnya malah terjebak. Sayangnya, Vanylla malah membenci pria kejam itu. Mars bukanlah Romeo melainkan iblis yang dibenci semua orang. Akankah Tuhan menunjukkan belas kasihannya ketika dia jatuh cinta pada Malaikat seperti Vanylla?
“Mas, jangan pergi!” suara Venus nyaris berbisik dengan mata berkaca-kaca penuh cinta. Dan yang dilakukan Dion hanya memandang lekat seakan tubuhnya terus ditarik oleh Venus ke dalam pelukannya. “Aku sudah terikat janji ...” balas Dion sama sendunya. Hatinya ingin berteriak mendekap Venus. “Lalu aku? Bagaimana dengan hatiku?” *** Venus Harristian adalah penyanyi pop wanita yang sedang berada di puncak kariernya. Ia sempurna bagai namanya. Lembut dan penyayang. Setia dan penyabar. Sosok wanita yang menjadi impian semua pria, termasuk Gareth Moultens yang menjadi calon suaminya. Namun sebuah ancaman pembunuhan dan teror membuat keselamatan Venus jadi riskan. Pasalnya, ia tak sengaja menjadi satu-satunya saksi mata sebuah kejahatan pada pesta di sebuah hotel. Oleh sebab itu, Kakaknya Rei dan ayahnya Arjoona sepakat mempekerjakan seorang kepala pengawal baru yang memimpin tim keamanan khusus melindungi Venus sampai tiba saat ia memberikan kesaksian di pengadilan. Arjoona bahkan pulang ke Indonesia demi menjemput pria bernama Dion Elang Juliandra yang berprofesi sebagai polisi untuk menjadi pengawal pribadi putrinya. Apa yang akan terjadi saat benih cinta muncul kala Dion dan Venus semakin sering bersama? Di saat bersamaan, Dion dan Venus sama-sama telah memiliki pasangan yang menanti untuk mengikat janji di altar pernikahan. Mampukah kesetiaan dipertahankan dan menjadi jawaban? Rasakan cinta yang menggelora namun terlarang serta tertahan dari Venus dan Dion dalam kisah ini!
Area 21+, awas ada adegan dewasa! "Siapa wanita itu? Aku tak pernah melihat dia.” "Dia adalah Kiran Kanishka, wanita yang menikah denganmu, Admiral." Shawn terkejut dan menoleh seketika ke arah pintu keluar saat Kiran baru berlalu. Shawn Miller merupakan seorang Admiral (Laksamana) angkatan laut Amerika Serikat yang memimpin sebuah pangkalan angkatan laut dan merupakan Jenderal bintang satu termuda dalam sejarah. Kebiasaan seks Shawn lantas membawanya pada sebuah perjanjian dengan mafia kelas atas bernama Yousef Kanishka. Ia diberi jaminan seorang wanita yang merupakan anak perempuan Kanishka yang ditukar dengan daftar rahasia negara. Syaratnya, ia tak boleh menyentuh Kiran yang dinikahkan dengannya diam-diam. Shawn tak pernah kenal dan melihat wajah Kiran sampai suatu hari, ia berhadapan dengan jaksa penuntut yang sangat cantik di pengadilan militer.
"Hai ... Malikha Swan. Apa kamu masih ingat aku?" tanya Aidan membuat Malikha tersenyum. Ia membelai dada Aidan agar ia bisa mendekat tapi Aidan kemudian mundur dan melempar jasnya. "Oh, aku menunggu sekian lama untuk melakukan hal ini padamu. Aku ingin lihat ekspresimu ketika aku mengatakan padamu siapa aku sebenarnya," ujar Aidan dengan senyuman jahat. "Aku ... adalah si gendut jelek yang kamu jebak 12 tahun lalu di Hope Park Cemetry." Tak ada masa yang lebih indah dari masa SMA. Sayangnya, kalimat itu tak berlaku bagi Aidan Orlando Caesar. Aidan dibesarkan oleh seorang Ibu tunggal yang baru menikah lagi setelah ia berusia 17 tahun. Masa-masa SMA yang seharusnya diisi dengan kegembiraan tapi bagi Aidan adalah sebuah penderitaan. Aidan adalah sasaran bully terempuk para siswa SMA Woodstone Private di LA. Tubuhnya yang tambun, pipi chubby dan potongan rambut bowl cut membuatnya kerap dipukuli, dihina dan dijahili setiap hari. Sampai suatu hari ia menyukai seorang gadis yang merupakan kekasih Quarterback tim football Eagle Wood di sekolahnya bernama Malikha Swan. Sayangnya, Malikha ikut dalam kelompok yang menjahili Aidan hingga ia trauma berat. Setelah diselamatnya oleh sahabatnya Arjoona, Mars dan Caleb, Aidan berubah total. Ia kembali mencari semua orang yang membuatnya sangat trauma dan membalas dendam pada mereka, itu termasuk Malikha Swan yang tidak lagi mengenali Aidan setelah belasan tahun berselang.
Hatinya yang tulus, retak seribu bagaikan cermin usang tidak terpakai. Ketika perempuan muda itu mendengar dari bibir kekasih jiwanya. Meminta izin untuk menghalalkan sahabatnya sendiri menjadi madu di dalam biduk cintanya. Aisyah membulatkan tekad di atas sajadah sepertiga malam. Tidak akan mundur. Bahkan, mengizinkan imamnya untuk menikah lagi. Meski dia harus menelan pil pahit sepanjang waktu akan tingkah lelaki yang memberikan permata hati. Selama biduk perahu cintanya berlayar di samudera kehidupan. Sang imam tidak pernah menyayanginya, mencintainya. Bahkan, meneguk nikmatnya gula jiwa pun enggan diberikannya. Hanya diksi sembilu yang hampir sepanjang waktu diuntai untuk perempuan muda itu. Sampai kapan perempuan berparas keibuan itu akan bertahan? Mampukah Aisyah menggenggam keutuhan cintanya? Ataukah harus rela di madu bersama sang sahabat baiknya?
Bagi lelaki lain, menikahi gadis muda adalah keinginan besar mereka, tapi tidak dengan Rayyan, duda berumur 32 tahun yang di paksa oleh ibunya supaya menikahi Mayra. Mayra gadis berumur 19 tahun dan bekerja sebagai guru PAUD sekaligus pengasuh anaknya Rayyan, Asyifa yang berumur 4 tahun. Asyifa, tidak mau belajar dengan guru mana pun, hingga akhirnya bertemu dengan Mayra yang sangat menyukai anak-anak, hingga akhirnya mereka sangat dekat. Melihat kedekatan Mayra dan Asyifa, Ibunya Rayyan meminta Rayyan supaya menikahi Mayra sebagai ibu sambungnya Asyifa, akankah permintaan ibunya Rayyan terwujud?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. “Berhentilah menggangguku!” kata mantan pacarnya. “Hatiku hanya milik Jenni.” “Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?” kata seorang tokoh besar misterius.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.