Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Gairah Sang Bodyguard
Gairah Sang Bodyguard

Gairah Sang Bodyguard

5.0
159 Bab
2.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

“Mas, jangan pergi!” suara Venus nyaris berbisik dengan mata berkaca-kaca penuh cinta. Dan yang dilakukan Dion hanya memandang lekat seakan tubuhnya terus ditarik oleh Venus ke dalam pelukannya. “Aku sudah terikat janji ...” balas Dion sama sendunya. Hatinya ingin berteriak mendekap Venus. “Lalu aku? Bagaimana dengan hatiku?” *** Venus Harristian adalah penyanyi pop wanita yang sedang berada di puncak kariernya. Ia sempurna bagai namanya. Lembut dan penyayang. Setia dan penyabar. Sosok wanita yang menjadi impian semua pria, termasuk Gareth Moultens yang menjadi calon suaminya. Namun sebuah ancaman pembunuhan dan teror membuat keselamatan Venus jadi riskan. Pasalnya, ia tak sengaja menjadi satu-satunya saksi mata sebuah kejahatan pada pesta di sebuah hotel. Oleh sebab itu, Kakaknya Rei dan ayahnya Arjoona sepakat mempekerjakan seorang kepala pengawal baru yang memimpin tim keamanan khusus melindungi Venus sampai tiba saat ia memberikan kesaksian di pengadilan. Arjoona bahkan pulang ke Indonesia demi menjemput pria bernama Dion Elang Juliandra yang berprofesi sebagai polisi untuk menjadi pengawal pribadi putrinya. Apa yang akan terjadi saat benih cinta muncul kala Dion dan Venus semakin sering bersama? Di saat bersamaan, Dion dan Venus sama-sama telah memiliki pasangan yang menanti untuk mengikat janji di altar pernikahan. Mampukah kesetiaan dipertahankan dan menjadi jawaban? Rasakan cinta yang menggelora namun terlarang serta tertahan dari Venus dan Dion dalam kisah ini!

Bab 1 Saksi Mata Dan Pesta

“HAPPY BIRTHDAY!” pekik keras dari wajah-wajah ceria bercampur tawa dan canda, bunyi musik dari semu pengunjung di sebuah klub malam hotel Carlington. Malam yang telah larut jadi makin meriah. Seluruh jam tidur sudah terlewati dengan pesta ulang tahun seorang istri miliuner pemilik jaringan supermarket terbesar di US saat ini.

“Oh, terima kasih kalian sudah datang!” sahut sang istri milyuner sambil menaikkan gelas sampanyenya ke udara.

Sang istri yang masih cukup muda, sedang menghabiskan uang suaminya yang kaya raya dengan menyewa klub malam hotel Carlington demi merayakan ulang tahunnya.

Tak tanggung-tanggung, ia menyewa beberapa DJ sekaligus untuk membuat pesta terus hidup selama 48 jam non stop. Selama dua hari, ratusan botol minuman keras dari bir sampai vodka, dihabiskan dalam pesta tersebut. Musik berdentum tanpa jeda dan terus menerus para tamu datang silih berganti.

“Nikmati pestanya! Sebentar lagi tamu spesial akan datang menghibur!” sahutnya lagi menyambut para tamu. Beberapa selebriti dari aktor, penulis buku terkenal sampai penyanyi, lalu olahragawan, sosialita dan undangan dari kalangan jet set itu datang menjadi tamu.

Suasana tak kalah riuh dengan meja-meja poker yang membuat pengunjung makin betah. Proses potong kue dan melakukan toast dilakukan di hari kedua. Sang suami begitu memanjakan istrinya yang memang gila pesta. Dan istrinya mengundang siapa pun termasuk putri presiden. Tak hanya itu, salah satu tamu spesial adalah seorang penyanyi yang tengah naik daun dengan paras seperti seorang dewi.

“Jadi apa Venus Harristian benar akan datang?” tanya sang suami separuh berbisik pada istrinya.

“Tentu saja, dia akan tiba!” jawab sang istri tersenyum.

Di luar, seorang doorman membuka pintu sambil menunduk pada seorang dewi yang berjalan anggun keluar dari mobilnya. Seorang staf lalu membantunya melewati jalan yang diperuntukkan untuk tamu-tamu VIP.

“Silahkan, Nona Harristian!”

Senyuman manis dari bibir merah padam itu menyihir semua mata tak terkecuali suami si empunya pesta.

Akan tetapi, pria-pria itu hanya bisa menunduk memberikannya jalan. Layaknya pedang, kala ia berjalan, ia seperti membelah kerumunan. Semua orang akan menyingkir memberikannya jalan.

Dewi itu memakai dress malam sequin berwarna keperakan dengan belahan dada rendah. Sebelah pahanya juga begitu cantik memperlihatkan tubuh dengan sempurna. Tak ada yang lebih indah dari kakinya yang jenjang dan kulit mulus tanpa cela.

“Selamat ulang tahun!” sapa Venus Harristian sambil membawakan buket bunga dan kado ulang tahun yang sudah dibawa lebih dulu.

“Kamu datang sendiri?” tanya si istri konglomerat usai memeluknya hangat. Venus mengangguk ramah sambil mengulum senyuman.

“Kenalkan ini suamiku, Edgar Luther,” ucap si istri lagi memperkenalkan suaminya. Edgar mendekat dengan pandangan nakal menyelidik pada Venus yang masih ramah. Tapi Venus membalasnya dengan tatapan sopan dan cenderung menunduk.

“Senang bertemu denganmu, Tuan Luther. Aku sudah banyak mendengar tentangmu,” ucapnya dengan ramah. Pria itu terkekeh dengan sikap angkuh pada Venus.

“Aku rasa yang kamu dengar itu belum seberapa, Nona Harristian. Ah, aku sangat senang bisa berkenalan dengan wanita secantik dirimu. Kamu benar-benar memesona, Venus Harristian. Sama seperti namamu,” puji Edgar lalu mengangkat sebelah tangan Venus dan mengecup punggung tangannya sambil terus memandang matanya.

Istrinya lantas mengernyit melihat perilaku suaminya yang terlalu manis pada Venus. Ia sedikit menyikut untuk memperingati suaminya agar tak bertingkah aneh.

“Maaf, Nona Harristian. Suamiku memang terlalu ramah! Hahaha ... ayo, aku kenalkan pada yang lain. Uhm, kamu akan tampil kan?” istri sang konglomerat langsung menarik lengan Venus agar menjauh dari suaminya yang memang punya sifat playboy. Venus hanya bersikap biasa saja dan masih seperti di awal. Sebagai penyanyi, ia telah terbiasa menghadapi banyaknya hal-hal yang mungkin tak tertebak dari para fans.

Venus pun menjadi salah satu pengisi acara utama pada acara ulang tahun itu. Ia bernyanyi untuk para tamu yang hadir sesuai kontrak kerja yang telah ia sepakati. Suara yang merdu serta fisiknya yang sangat cantik, membuat Venus begitu memanjakan mata.

Sayang, di jari manisnya telah melingkar sebuah cincin berlian 40 karat yang menandakan jika ia telah memiliki calon pendamping hidup. Namun rasa kecewa itu langsung menguap kala menonton pertunjukan dan nyanyian Venus di atas panggung.

Tepuk tangan dan pujian bersahutan bergema untuk Venus Harristian, si penyanyi muda yang sedang merajai tangga lagu. Beberapa bunga turut diberikan untuk Venus dari beberapa pria. Venus menerimanya dengan senang hati.

Acara pun berlanjut dan pesta masih terus berlangsung sampai pagi. Venus lantas ikut menikmati pesta dengan mengobrol bersama beberapa kenalan serta teman. Ia ikut minum meskipun membatasi diri agar tak mabuk.

“Aku ke toilet sebentar!” Venus meminta ijin untuk keluar sesaat. Ia ingin mencuci tangan dan menghubungi tunangannya. Rasa rindu tiba-tiba muncul dan Venus ingin mendengar suara pria yang ia cintai itu. Namun sebelum sampai ke toilet wanita, Venus merasa diikuti. Ia menoleh ke belakang dan cukup kaget melihat Edgar mengikutinya.

“Tuan Luther? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Venus sedikit curiga. Edgar tersenyum dan mendekat.

“Oh, kebetulan aku lewat dan melihatmu jadi aku mengikutimu. Bisakan kita mengobrol sebentar?” Venus langsung mengernyit tak mengerti. Ia agak sedikit tak nyaman pada perilaku Edgar padanya.

“Maaf Tuan Luther ...”

“Edgar, panggil saja aku dengan nama depanku. Biar kita lebih akrab.” Sebelah tangan Edgar mencoba membelai lengan Venus. Venus perlahan mundur agar tangan itu tak menyentuh kulitnya.

“Maaf Tuan Luther. Aku rasa Anda salah paham.” Edgar sedikit memiringkan wajahnya dan ujung bibirnya terangkat menyeringai. Ia masih belum menyerah untuk mencoba mendekat lagi.

“Tidak, aku ingin mengenalmu lebih dekat. Bolehkan? Kita bisa mengobrol ...” Venus makin mundur dan tersenyum tipis.

“Aku tidak mau bermasalah dengan istrimu. Maaf, permisi!” tolak Venus lalu berbalik dan tetap berjalan ke rest room untuk wanita meninggalkan Edgar. Edgar masih memandang Venus dengan dagu terangkat. Ia kurang suka jika ada yang menolaknya, tapi buka tipenya menunggu wanita di dekat toilet. Tak lama, Edgar pun pergi.

Setelah mencuci tangan, ia mengambil tas tangannya dan merogoh ponsel. Sambil tersenyum Venus menghubungi Gareth Moultens, tunangannya.

Sekali sampai empat kali dering, kekasihnya itu tak mengangkat. Venus menghubunginya sekali lagi dan masih sama. Rasa kecewa membuat Venus akhirnya memilih untuk menyimpan saja ponselnya dan keluar dari kamar kecil untuk kembali ke pesta.

Venus berjalan kembali ke arah tangga yang menghubungkan dengan klub namun sebuah tanda di lantai membuatnya mengurungkan niat.

‘Lantai licin, baru dibersihkan!’ Venus mendengus melihat tanda itu dan terpaksa berbalik untuk naik menggunakan lift. Kebetulan ia hanya sendirian di dalam lift menuju lantai 10. Namun entah mengapa, lift malah berhenti di lantai 8 dan terbuka. Venus yang keheranan mengira jika lift mungkin sedang eror. Maka ia keluar hendak mengecek.

Mata Venus seketika membesar saat melihat seorang pria berhoodie tengah menikam seorang pria. Pria itu adalah Edgar Luther.

“Aaahkkk!” Venus berteriak di ujung koridor dan penikam itu berbalik menoleh pada Venus. Venus yang panik lalu berbalik dengan cepat kembali ke dalam lift untuk menyelamatkan diri. Sementara pria yang dilihat wajahnya oleh Venus itu berbalik mengejarnya ke dalam lift.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY