/0/13179/coverbig.jpg?v=09d13ef6716a3aeb1f8a9f5278617e10)
Arga meminta ijin untuk menikah lagi dengan mantan tunangannya yang sempat hilang dan kini telah kembali lagi. Sebagai syarat, Naima istri Arga hanya meminta waktu tiga puluh hari. Seharusnya Arga bahagia dan senang, karena Naima memberinya ijin untuk menikah lagi, namun justru sebaliknya. Dalam waktu tiga puluh hari, banyak sesuatu yang tak pernah Arga ketahui tiba-tiba terungkap satu demi satu. Ada rahasia apa yang selama ini Naima sembunyikan, akankah Arga melanjutkan pernikahannya dengan mantan tunangannya setelah mengetahui rahasia tersebut.
"Tiga puluh hari saja, mas. Setelah Alifah genap tujuh tahun, aku siap untuk bercerai denganmu." Hanya itu permintaan Naima sebelum berpisah dengan suaminya. Mendengar hal tersebut Arga menghela napas.
"Tidak ada permintaan lain, selain itu." Arga menatap mata sendu istrinya. Wanita yang ia nikahi delapan tahun lalu.
"Tidak ada, hanya itu saja." Naima menggeleng. Setiap ucapan yang keluar terasa begitu ringan tanpa ada beban. Arga pikir dengan ia meminta ijin untuk menikah lagi, Naima akan marah dan berteriak histeris. Tapi ternyata Arga salah, justru sang istri memberinya ijin, dan hanya meminta waktu tiga puluh hari. Entah apa yang akan Naima lakukan selama tiga puluh hari itu.
Arga masih teringat ketika meminta ijin untuk menikah lagi, saat itu Naima hanya tersenyum lalu berkata. Akan menjawabnya tiga hari kemudian, dan ini adalah dari istrinya. Memberinya ijin untuk menikah, tetapi Naima meminta waktu tiga puluh hari sampai putri mereka genap tujuh tahun.
"Naima, mas mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Arga. Lelaki berkemeja putih itu melangkah menuju ranjang, lalu menjatuhkan bobotnya di sana. Malam itu Arga baru saja pulang dari kantor.
"Mau ngomong apa, mas? Ngomong aja." Naima mengikuti langkah suaminya, ia pun ikut menjatuhkan bobotnya di sebelah Arga.
"Naima, mas meminta ijin untuk menikah lagi. Apa kamu akan mengijinkan." Ucapan yang terlontar dari mulut suaminya mampu membuat Naima terdiam sejenak. Lalu wanita itu tersenyum, dan hal tersebut membuat Arga merasa heran.
"Tolong beri aku waktu tiga hari untuk menjawabnya, mas." Naima berkata dengan tenang dan juga senyum tetap menghiasi bibirnya. Sungguh Arga merasa bingung dan juga heran dengan sikap istrinya yang begitu tenang. Ia pikir Naima akan marah, memaki dirinya dan mungkin menangis histeris.
Tapi ternyata dugaan Arga salah, Naima begitu tenang dan juga tegar, bahkan wanita itu masih bisa tersenyum padahal suaminya meminta ijin untuk menikah lagi. Jika perempuan lain mungkin sudah berteriak dan juga mengamuk, namun tidak dengan Naima. Entah terbuat dari apa hati istrinya itu, sehingga tetap bersikap tenang meski badai tengah menerpa rumah tangganya.
"Mas, sarapan dulu. Katanya hari ini ada meeting." Ucapan yang terlontar dari mulut Naima mampu membuat Arga tersadar dari lamunannya. Seketika lelaki itu menoleh, pandangan mata keduanya saling bertemu.
"Iya, sebentar lagi mas turun." Arga mengangguk. Lalu bergegas turun ke bawah, di mana istri dan putrinya sudah menunggu.
Suasana meja makan begitu hening, kehangatan yang biasa Arga rasakan sebelumnya seketika lenyap bak diterpa oleh angin. Naima memilih untuk diam dan menikmati sarapannya, namun tidak dengan Arga. Justru rasa lapar yang sedari tadi ia rasakan seketika hilang.
***
Dua hari telah berlalu, sejak Naima memberikan jawaban jika Arga boleh menikah lagi. Lelaki itu merasa ada yang kurang, meski sang istri masih melakukan kewajibannya seperti biasanya. Namun tetap saja ada yang kurang, entahlah Arga seperti menyesali akan keputusannya. Tapi semua itu harus Arga lakukan karena suatu hal.
"Sini, mas aku bantu." Naima mengambil dasi dari tangan suaminya. Lalu dengan cekatan wanita itu memasangnya di leher suaminya, Arga menggunakan kesempatan ini untuk memandang wajah ayu sang istri.
"Sudah selesai, sarapannya di bawah sudah siap. Em, hari ini aku ijin untuk berangkat lebih awal ya, kasihan Alifah kalau kesiangan," ungkap Naima seraya membantu sang suami memakai jasnya.
"Kamu enggak sarapan dulu." Arga mencekal pergelangan tangan Naima ketika wanita itu hendak melangkah.
Naima tersenyum. "Aku belum lapar, mas. Ya sudah aku juga mau siap-siap."
Arga terus memandangi istrinya yang tengah bersiap-siap untuk pergi bersama dengan putrinya. Hari ini adalah jadwal Alifah untuk melakukan kemoterapi, bocah yang usianya belum genap tujuh tahun itu harus berjuang melawan penyakitnya.
"Mas aku pergi sekarang ya, assalamu'alaikum." Naima mencium punggung tangan suaminya.
"Wa'alaikumsalaam, hati-hati di jalan. Maaf karena mas tidak bisa menemani kalian," ucap Arga.
Naima tersenyum. "Tidak apa, bukankah kami sering pergi berdua. Lagi pula hari ini kamu dan Arin akan fitting baju kan. Ya sudah aku pergi sekarang."
"Bisa-bisanya Naima tersenyum seperti itu. Padahal hari demi hari yang terlewati ini, akan terus berkurang. Dan itu artinya hanya waktu yang tersisa saja, di mana kami masih bisa bersama," gumamnya. Arga benar-benar dibuat bingung oleh sikap istrinya sendiri.
Setelah itu Arga memutuskan untuk segera bersiap dan pergi. Namun tiba-tiba matanya tidak sengaja melihat ada sebuah buku yang tergeletak di lantai, tepatnya di depan lemari pakaian milik istrinya. Karena penasaran Arga mengambil buku tersebut, lalu membukanya.
Arga cukup terkejut ketika melihat isinya, dalam buku tersebut tertulis sebuah daftar. Mulai dari biaya operasi caecar, biaya operasi pengangkatan rahim, lalu biaya nafkah selama lima tahun. Dan itu sudah termasuk biaya sekolah Alifah. Sejujurnya Arga cukup bingung dengan daftar itu, tapi dari tulisannya tertera jika itu tulisan sang istri.
Please be awise. Mature Content. Harap bijak saat membacanya. "Regina Meizura Carlton sebenarnya sudah mati. Namun, tuhan memberikannya kesempatan kedua untuk membalas dendam* Bagaimana rasanya dikhianati oleh suami, adik, ibu tiri dan juga ayah yang selalu memihak pada mereka. Hingga kematian merenggut Regina dan kesempatan kedua kali ini dia tidak akan melewatkan kasih sayang dari Axel Witsel Witzelm.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Rubby sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.
Tessa Willson dan Leonil Scoth telah menikah hampir dua tahun lamanya. Kesibukan Leo membuat Tessa merasa kesepian. Apa lagi akhir-akhir ini Leo tak pernah membuatnya puas di atas ranjang. Akibatnya Tessa sangat kecewa. Sampai akhirnya Arnold Caldwell datang di kehidupan Tessa dan Leo. Arnold adalah ayah sambung Leo. Arnold datang ke kota New York tadinya untuk urusan bisnis. Namun siapa sangka justru Arnold malah tertarik pada pesona Tessa. Keduanya pun berselingkuh di belakang Leo. Arnold memberikan apa yang tidak Tessa dapatkan dari Leo. Tessa merasakan gairahnya lagi bersama Arnold. Namun di saat Tessa ingin mengakhiri semuanya, dirinya justru malah terjebak dalam permainan licik Arnold. Mampukah Tessa terlepas dari cengkeraman gairah Arnold, dan mempertahankan pernikahannya dengan Leo?