Seorang gadis berusia 16th yang disukai seorang Ceo. "Ih kok om mulu sih?" "Emangnya salah?" "Ya salahlah, saya tu bosan liat wajah om" "Tapi saya gakbosan liat wajah kamu" ▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎ Start: 31 Mei 2022
Seorang gadis berusia 16th yang disukai seorang Ceo. "Ih kok om mulu sih?" "Emangnya salah?" "Ya salahlah, saya tu bosan liat wajah om" "Tapi saya gakbosan liat wajah kamu" ▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎ Start: 31 Mei 2022
Drreett... Drreett
Nawa terbangun dari tidurnya dan mematikan alarm paginya, bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Cukup lama bersiap siap akhirnya nawa selesai dan berangkat kesekolah.
Sampainya diseberang sekolah, nawa turun dari bus dan langsung menyebrangi jalan tanpa melihat kearah kiri dan kanan.
Tiba tiba dari arah kanan
TIINTT... TINNTT
Membuat Nawa terkejut berdiam diri ditempat, jarak Nawa dengan mobil hanya menyisakan beberapa Cm, Lalu Nawa menoleh ke arah mobil dengan penuh emosi dan memukul bagian depan mobil.
"WOII TURUN LO!!!" Seru Nawa dengan menunjuk orang didalam mobil. "Lo gak liat ha? Gue nyebrang?" Sambungnya dengan penuh kesal.
Pengemudi mobil itu turun "Maaf, tapi saya emang gak liat kamu tadi"
"Gak liat apanya? Gue segede ini" ketus Nawa
"Tapi benar saya gak liat kamu"
"Aggkkhh udahlah, ribet amat ngomong sama om om kayak lo" lalu pergi meninggalkan pria itu.
Gue? Om om? Masa gue setua itu? Pria berkata didalam hati, sambil memandangi nawa masuk kesekolahnya.
drrtt drrtt
Pria itu mengangkat teleponnya "Ya No, Gue bentar lagi sampe dikantor nih" lalu mengakhiri panggilan.
Pria itu kembali kedalam mobilnya dan melaju pergi
~🌱~
Sampainya dikelas Nawa masih emosi melihat pria tadi.
"Ihh, Awas aja kalau gue ketemu lagi sama tu om om" ucap nya sendiri dan didengar oleh temannya yang datang entah darimana.
"Om om siapa?" Hanni yang nongol di samping nawa.
"Woii!!! ngagetin gue aja lo"
"Gue denger lo bilang om om, om siapa sih?"
"Siapa yang bahas om om anjir" merebahkan kepalanya dimeja
~🌱~
Bell sekolah berdering...
Seluruh siswa siswi mengakhiri pelajaran akhir dan pulang.
"Eh hann, temanin gue bisa gak?"
"Bisa dong, Kemana?"
"Ke perpus sekolah ini doang"
"Oh kirain lo mau pergi keluar, tapi nanti temanin gue ya"
"Sipp" ujar Nawa mengacungkan jari jempol nya.
Mereka berdua keluar kelas dan menuju perpustakaan sekolah, sampainya didalam Nawa mengembalikan buku yang telah ia pinjam.
Saat berbalik Nawa yang tidak memperhatikan jalan lalu bertabrakan dengan seorang pria.
"Aduh maaf gue gak sengaja" lalu mengambil buku yang jatuh.
"Gak apa apa santai aja" menerima buku dari tangan nawa
Nawa lalu melihat ke arah pria itu dan meminta maaf sekali lagi atas ketidaksengajaannya.
"Maaf ya gue gak sengaja, maaf banget" ujar Nawa.
"Gak apa apa santai aja" ucap pria itu menahan tawa nya melihat ekspresi Nawa. "Gue gak pernah liat lo, Lo anak baru?" Sambungnya.
"Engga, Gue gak anak baru, cuma yaa baru kali ini gue masuk perpus"
"Oh pantesan gue gak pernah liat lo"
Nawa hanya tersenyum "Oh ya gue duluan ya" sahut Nawa dan berlalu pergi.
"Lo dikelas apa" teriak pria itu.
Nawa menoleh ke arah pria itu "kelas 11A" dan berlalu pergi.
Pria itu tersenyum melihat Nawa 'Gue baru tau kalau ada cewek secantik dia, Aiisshh hayolah apa gue pikirin sih' gerutu pria itu didalam hatinya dan tersenyum
"Bodoh banget gue anj, masa nanyain kelasnya bukan nama ataupun no telepon nya sih" kesal melihat kebodohannya sendiri.
"Ihh wa, lo lama banget sih? Ngapain coba?" Hanni mendengus kesal.
"Lama apaan monyet? Gue rasa bentar tadi loh" sahut Nawa.
"Yaudah deh ayo temanin gue" lalu mengandeng pergelangan tangan Nawa.
Selama diperjalanan, Nawa melihat ke kiri dan kekanan, "Ih Hanni, Lo mau kemana sih tujuannya"
"Kita ke cafe" ucap Hanni yang sedang mengendarai motor matic nya.
Nawa hanya mengangguk angguk saja mengikuti kemana tujuan sahabatnya satu itu.
Setelah 25menit berlalu akhirnya nawa dan hanni sampai di cafe starlight
Mereka berdua turun dari motor lalu memasuki cafe tersebut dan memilih tempat duduk bagian pinggir
"Lo mau minum apa wa?" Ujar Hanni yang melihat buku menu
"Gue mau frappucino"
"Oke, gue pesan dulu lo tunggu disini okee"
Nawa memainkan ponsel nya seraya menunggu Hanni dan pesanannya.
Nawa tidak sadar bahwa ada sepasang mata mengamatinya sambil tersenyum.
"Duhh, lama amat si Hanni" merebahkan kepalanya di meja cafe dan melihat ke arah pria yang menatapnya, awalnya Nawa tidak menyadari nya lama kelamaan Nawa teringat bahwa pria itu yang hampir menabraknya pagi tadi.
Pria itu terus menatap Nawa sambil meminum minumannya. Pandangannya selalu tertuju kepada Nawa, membuat Nawa ingin sekali memarahinya namun dicafe sangat ramai pengunjung.
Nawa pun mengurungkan niatnya, Dan hanya memalingkan wajahnya dari pria itu.
"Ish, Gue rasanya ingin pukul tu wajah om om" mendengus kesal.
Hanni datang dengan membawa pesanan mereka berdua "Ini minuman lo" memberikan minuman pesanan Nawa.
"Hann, kita minum ditempat lain aja yuk"
"Eh? Kenapa sih?" Ujar Hanni bingung "Tempatnya gakbagus ya?" sambungnya.
"Aduhh bukan masalah itu, t-tapii" perkataan nawa terhenti karna pria itu menghampiri mereka berdua.
Hanni pun melihat ke arah pria itu, "aduhh ada cowok ganteng wa" spontannya. Nawa yang malu melihat temannya langsung menutup mulut hanni dengan tangannya.
"Apa?" Ucap Nawa datar kepada pria itu.
Pria itu tersenyum dan tertawa kecil
"Aneh ini om om, ditanya malah ketawa lo" ketus Nawa.
"Om om apanya anjir? Jelas-jelas muda begitu" bisik Hanni ketelingan Nawa.
"Apaansih lo han" ujar Nawa lalu berjalan keluar meninggalkan hanni.
"Eh wa tungguin gue" siap siap ingin melangkah pergi.
"Hei tunggu" ucap pria itu kepada Hanni.
Hanni kembali menoleh ke arah pria itu, "iya ada apa?" Tersenyum manis.
"Siapa nama teman kamu tadi?"
"Oh yang tadi?" Menunjuk keluar, "itu namanya Nawa, biasalah kak bocil 16tahun mah gitu kelakuanya" sambungnya.
"Oh Nawa" tersenyum setelah mengetahui namanya.
"Oh iya saya hanni" memberi tangannya yang hendak berkenalan, "nama kakak siapa?"
"Saya Maven Williams" menerima jabat tangan Hanni.
"Oh tunggu, jangan jangan kakak ini Maven Williams robert kan?" Jawab Hanni antusias.
Maven hanya mengangguk berarti iya, Hanni pun langsung takpercaya bahwa ia bersalaman dengan ceo tampan.
Saat sedang bersalaman nawa meneriaki Hanni dari pintu luar, "WOII LO GAK PULANG HA? GUE TINGGALIN NIH"
"eh iya gue pulang, tungguin lah" sahut Hanni lalu berpamitan pulang dengan Maven.
Hanni menuju ke arah Nawa "Lama anjir, Bisa telat gue kerja nanti" cetus Nawa.
Mereka pun pergi dari cafe tersebut. Di perjalanan Nawa menikmati minuman nya.
"Eh wa, Lo ditanyain loh sama cogan tadi" ucap Hanni membuka pembicaraan
Nawa hanya diam berarti tak menanggapi perkataan hanni.
"Dia nanyain nama lo, Jadi yaaa gue kasih tau lah"
"Anj, kenapa lo kasih tau monyettt" kesal Nawa terhadap temannya yang caper itu
"Anjir lo gaktau siapa dia?"
"Gak, Lagian gue gak peduli" ucapnya dan meminum minumannya kembali.
"Dia itu CEO di perusahaan sandbox, monyettt" celetuk Hanni dengan nada yang agak kesal melihat sahabatnya ini gak tau apa apa.
"Oh" respon yang terdengar dari mulut Nawa
Sampainya di depan rumah Nawa, ia pun turun dari motornya Hanni "Oke thanks han"
"Cie ciee ciee, ditanyain CEO ganteng"
"Lo kalau mau dia ambil anjir, jangan ledekin gue mulu"
"Gue mau, cuma kayaknya dia suka lo" jawab Hanni berpura pura sedang memikir.
Nawa geli melihat tingkah sahabatnya itu "Udah sana lo balik"
"Dahh, Sahabatku semangat kerjanya nanti" menyalakan motornya dan melaju pergi dari sana.
•
•
•
To be continued

Nawa kallandra
Berusia 16tahun
Kelas 11A
Bekerja paruh waktu

Maven williams robert
Pendiri dan ceo sandbox
Berusia 27tahun
Baik, pintar, tampan, kaya raya
Cuek, anti cewek kecuali dengan nawa

Hanni aninda
17tahun
Kelas 11A
Sahabat setia nawa
Anak orang kaya
Jangan lupa di vote dan comment ya❤️
Dengan sangat rapinya, ia menyembunyikan segalanya di hadapan semua orang sehingga seorang pria menghampirinya dan berbisik lembut... "Sesakit inikah, sayangku ?"
Sinta butuh tiga tahun penuh untuk menyadari bahwa suaminya, Trisna, tidak punya hati. Dia adalah pria terdingin dan paling acuh tak acuh yang pernah dia temui. Pria itu tidak pernah tersenyum padanya, apalagi memperlakukannya seperti istrinya. Lebih buruk lagi, kembalinya wanita yang menjadi cinta pertamanya tidak membawa apa-apa bagi Sinta selain surat cerai. Hati Sinta hancur. Berharap bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki pernikahan mereka, dia bertanya, "Pertanyaan cepat, Trisna. Apakah kamu masih akan menceraikanku jika aku memberitahumu bahwa aku hamil?" "Tentu saja!" jawabnya. Menyadari bahwa dia tidak bermaksud jahat padanya, Sinta memutuskan untuk melepaskannya. Dia menandatangani perjanjian perceraian sambil berbaring di tempat tidur sakitnya dengan hati yang hancur. Anehnya, itu bukan akhir bagi pasangan itu. Seolah-olah ada penghalang jatuh dari mata Trisna setelah dia menandatangani perjanjian perceraian. Pria yang dulu begitu tidak berperasaan itu merendahkan diri di samping tempat tidurnya dan memohon, "Sinta, aku membuat kesalahan besar. Tolong jangan ceraikan aku. Aku berjanji untuk berubah." Sinta tersenyum lemah, tidak tahu harus berbuat apa ....
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Bella menggeliat di bawah tubuh Bram, kedua tangannya mencengkeram erat sprei yang sudah kusut. Nafasnya terengah, bibirnya tak berhenti mengeluarkan desahan. "Ahh... Bram... ahhh... lebih dalam..." suara itu pecah, bercampur antara kenikmatan dan keputusasaan. Tubuhnya bergetar setiap kali Bram menghantam, membuatnya semakin terhanyut. "Ahh... enak sekali... jangan berhenti..." rintih Bella, matanya terpejam, wajahnya memerah diliputi panas yang semakin membakar. Bram hanya terkekeh rendah, melihat bagaimana istrinya tenggelam dalam permainan mereka. Semakin Bella mendesah, semakin cepat gerakannya, membuat kamar itu penuh dengan suara ranjang yang berderit, bercampur dengan panggilan dan rintihan Bella yang semakin tak terkendali.
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY