Unduh Aplikasi panas
Beranda / Modern / Sesakit Inikah, sayang ?
Sesakit Inikah, sayang ?

Sesakit Inikah, sayang ?

5.0
5 Bab
17 Penayangan
Baca Sekarang

Dengan sangat rapinya, ia menyembunyikan segalanya di hadapan semua orang sehingga seorang pria menghampirinya dan berbisik lembut... "Sesakit inikah, sayangku ?"

Konten

Bab 1 Sesakit Inikah, sayang

Berulang kali diucapkan bismillah hirohman nirohim di dalam hati. Malam makin larut, sendirian gadis Pakistan itu berjalan dengan kepala menunduk, menelusuri kota khimki salah satu kota di Russia. Dinginnya angin malam yang berhembus serasa sampai menembus ke tulang-tulang, tubuhnya benar-benar menggigil kedinginan. Kedua tangannya merapatkan jaket, kedua kakinya terus melangkah tiada henti meski langkahnya mulai gontai, kedua kaki terasa lelah gemetaran. Dirinya berhenti di ujung jalan yang sepi dan remang-remang, tubuhnya bersandar di dinding rumah kosong.

kedua matanya terpejam ini, tak dipedulikan darah yang merembes dari kedua lubang hidungnya. Terdengar denting lonceng jam di tengah taman kota menunjukkan tepat jam 9 malam.

"Yaa Alloh, jika aku di ijinkan bertanya pasti mulutku bertanya... Kenapa harus aku ?. Bagaimana caranya agar bisa kuhindari semua ini ?. Pertanyaan bodoh macam apa ini, yaa Alloh ?"

Desisnya lirih bernada sedih yang amat sangat. Sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara teriakan memanggil namanya..

"ADIBAAA ... ADIBAAA...".

Makin lama suara teriakan itu makin mendekat dan makin keras. Rowena perempuan cantik Russia sahabatnya itu terengah-engah....

"Masya ALLOH, Adiba.. aku mencarimu kemana-mana ternyata kamu berdiri di sini."

Semua kata tersekat di tenggorokan, ia hanya bisa diam memandang Rowena sahabatnya, dengan tatapan terluka.

"Adiba apa yang kamu lakukan di sini ?. Hidungmu berdarah, kamu tidak tahan dinginnya udara. Ayo kita ke kafe minum kopi agar badanmu hangat tidak kedinginan, Adiba ".

Rowena membantu merapatkan jaket sahabatnya dan menggandeng tangannya berjalan menuju ke kedai kopi yang letaknya tak jauh dari taman kota. Mereka berdua masuk ke dalam kedai kopi yang tidak terlalu banyak pengunjungnya dan memilih duduk di dekat jendela. Seorang pelayan menyambut dengan ramah, setelah memesan kopi krimer dan chicken sandwich. Rowena mengambil tissue dari dalam tasnya kemudian melap bekas darah di bawah hidung Adiba sahabatnya.

"Adiba, kamu tidak tahan udara dingin tapi bersikeras berdiri di luar. Kami orang Russia tidak senekat dirimu. Ada masalah apa ?".

Gadis Pakistan itu masih diam menunduk. Rowena berbisik..

"Adiba, aku Rowena sahabatmu sekaligus partner kerjamu di Russia, aku berhak tahu apa masalahmu. bukankah kamu selalu mau kita saling jujur. Mana kejujuran Adiba sahabatku ?"

perlahan-lahan Adiba mengangkat wajahnya lalu menatap wajah Rowena sahabatnya dan dengan lirih mulutnya menjawab ..

"Bismillah hirohman nirohim, Rowena ada seorang laki Indonesia yang tinggal di Indonesia menjanjikan kejujuran dan kesetiaan padaku selama aku di Russia ini, ternyata dibuangnya kejujuran dan kesetiaan ke sampah ".

Pelayan mengantar pesanan, mereka berdua melirik pelayan tersebut yang meletakkan dua piring berisi chicken sandwich dan dua cangkir kopi kreamer hangat di atas meja. Pelayan tersenyum ramah dan berjalan meninggalkan meja kami. Rowena menyesap kopinya, menatap mataku..

"Apa maksudmu, Adiba ?."

"Rowena, kami saling berjanji menjaga kesetiaan dan kejujuran di manapun kami berada, nyatanya dia sendiri yang mengingkari semua janjinya, padahal selama aku di Russia ini selalu menjaga kesetiaanku dan kejujuranku".

"Apa kamu punya bukti kuat, Adiba ?"

Gadis Pakistan itu memejamkan kedua mata,

"Semua perempuan selingkuhannya menunjukkan bukti-bukti .. semua screenshot mesengger juga chatting WhatsApp mereka bahkan menunjukkan rekaman phone sex juga sex video call mereka padaku, Rowena. Selama ini aku selalu berusaha tanya baik-baik tapi dia berkelit tak mau mengaku malah memojokkan aku sebagai perempuan posesif pencemburu. Kucoba mengalah dan menahan emosi tapi sikapnya semakin makin liar. Yaa Alloh, Rowena.... Aku benar-benar tidak kuat dengan semua perlakuannya terhadapku".

Lirih suaranya nyaris tidak terdengar. Rowena langsung memeluknya dan berbisik ..

"menangislah, adiba sahabatku ! jika kamu ingin menangis agar lega hatimu, Adiba".

Adiba menarik nafas dalam-dalam, perihnya hatinya...

"Kalau saja aku bisa menangis pasti aku sudah menangis dari kemarin, Rowena. Inilah kebodohanku menyayangi dan mencintai laki yang tak pernah sudi menyayangi dan mencintaiku, Rowena".

Adiba mengalihkan pandangannya ke luar jendela, tampak beberapa orang masih ada yang berlalu lalang di taman kota. Rowena menyentuh tangannya dan bertanya..

"Siapa nama laki itu, Adiba ?"

"Adit. Namanya Adit, Rowena ".

Rowena menyodorkan sandwich dan segelas kopi kopi krimer..

"Adiba, makanlah dulu sandwich dan minumlah kopi krimer. Setelah ini aku mengantarmu pulang ".

Adiba mengangguk dan tersenyum getir, baru menyadari jika dirinya belum makan sama sekali setelah mengikuti rapat di kantor tadi siang. Alhamdulillah, secangkir kopi krimer dan sepotong chicken sandwich sanggup mengisi perutnya. Seorang pelayan membersihkan beberapa meja, jam dinding menunjukkan jam 11 malam sepertinya kedai kopi ini mau tutup..

"Rowena, kedai kopi ini mau tutup. Kita pulang yuk !"

" yuppp ... kita pulang. Pakailah jaketmu, Adiba ! Menginaplah di rumahku , besok kita berangkat bersama ke kantor !"

"Ehm... Terima kasih, Rowena. Aku harus pulang dan besok pagi saja aku menjemputmu."

Mereka berdua berjalan keluar, pemilik kedai kopi tersenyum dan berteriak ...

"BE SMILE , LADIES !"

Mereka berdua tersenyum sambil melambaikan tangan. Tak bisa Adiba membohongi dirinya sendiri, Russia memang menyenangkan meski sangat dingin sekali angin malam berhembus. Rowena menoleh pada Adiba yang berjalan di sampingnya.

"Adiba , jangan memaksakan dirimu mempertahankan suatu hubungan jika hatimu dan pikiranmu tidak merasa nyaman karena itu pasti merugikan dirimu sendiri. Be yourself, Adiba ".

Adiba menarik nafas panjang, menjawab..

"Aku benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi, Rowena ? Adit sepertinya menganggap hal yang lumrah jika berganti - ganti perempuan sedangkan ia selalu menolak jika aku ingin memutuskan hubungan kami, Rowena".

Rowena tersenyum mendengar ucapan sahabatnya.

"Adiba, tidak ada solusi lain kecuali sholat. Alloh pasti menolongmu, Adiba".

"Ya, Rowena."

Tak terasa mereka berdua sudah sampai di depan rumah adiba. Di saat ia membuka pintu depan rumahnya dan mempersilahkan Rowena masuk ke dalam rumah, di saat yang bersamaan pula dari kejauhan tampak Morgan suami Rowena melambaikan tangannya..

"Hai Adiba tadi aku ke rumahmu menjemput Rowena istriku tapi rumahmu terkunci ternyata kalian berdua pergi.".

Rowena tertawa kecil, mendengar ucapan suaminya, cepat-cepat menimpali..

"Adiba, maaf aku tidak sempat mampir ke rumahmu. Insya Alloh, next time,, aku dan Morgan main ke rumahmu. Ingat, jangan lupa sholat ! Ok, aku pulang dulu".

Rowena memeluk dan mencium pipi sahabatnya kemudian suami istri Russia itu pulang seraya melambaikan tangan ..

"Assalam mualaykum, Adiba."

"Waalaykum salam, Rowena and morgan. thanks a lot."

Gadis Pakistan itu masuk rumah dan bergegas mengunci pintu ruang tamu. Cepat-cepat ia masuk ke kamar mandi yang letaknya di dalam kamar tidurnya.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY