/0/14568/coverbig.jpg?v=a7ab807fecc3bc53eded8f6f6eba41c4)
"Maaf pak, kamarnya sisa satu." "Apa kita bisa pindah ke penginapan lain?" "Sepertinya sulit, di luar masih hujan lebat." "Astaga! Apa itu artinya kami akan tidur sekamar?" . Apa jadinya jika asisten dan atasan harus berbagi kamar penginapan yang sama? Tentu saja hal ini menjadi beban perasaan bagi seorang Nita. Terlebih adanya larangan ketat soal hubungan asmara antar sesama karyawan di kantor. Namun gara-gara mahluk bernama ayam, kehidupan Nita seakan tidak lepas dari sang atasan yang bernama Kandar. Atas suatu kondisi mereka terpaksa melakukan hal yang terlarang. Bagaimana perjalanan kisah ini?
"Maaf pak, kamarnya sisa satu."
Jawaban yang meluncur dari bibir resepsionis penginapan membuat Nita kecewa. Ia dan atasannya baru saja terjebak dalam hujan yang sangat lebat. Hanya tempat ini satu-satunya penginapan yang berhasil mereka temui di sepanjang jalan.
Berbeda dengan Kandar, si atasan berstatus rangkap. Wajah pria di samping Nita itu terlihat datar nyaris tidak ada ekspresi. Mungkin sedang memikirkan cara penolakan yang tepat tanpa menyinggung perasaan. Sebab sebelumnya mereka sudah sepakat untuk tidur di kamar terpisah, apapun yang terjadi!
"Kebetulan kamar ini punya dua kasur terpisah. Ruangan cukup luas, bahkan bisa menampung sampai sepuluh orang dan juga..." Petugas resepsionis masih berusaha menawarkan keunggulan dari penginapan ini.
Ah, kelihatan sekali mereka tidak mau kehilangan pelanggan. Padahal sudah jelas dari awal calon penyewa menginginkan dua kamar. Kenapa malah menawarkan kasur terpisah? Begitulah rentetan kalimat yang bersarang di kepala Nita sekarang.
"Ya sudah yang adanya saja," sahut Kandar tanpa bersalah.
"Eh, Pak Kandar?" Nita yakin telinganya tidak salah dengar.
Apa mungkin mereka akan menginap disini? Berdua dan sekamar? Saat tubuhnya berbalik ingin memastikan, kunci kamar sudah berpindah di tangan Kandar. Yang benar saja! Padahal perempuan 25 tahun itu sudah bersiap-siap ingin beranjak pergi.
"Apa-apaan ini, kenapa dia tidak berdiskusi denganku lebih dulu?" batin Nita tak percaya.
"Ayo Nita, kita pergi ke kamar sekarang!" ajak Kandar sebelum Nita sempat protes.
Sial! Cepat sekali dia berjalan, seperti orang mau kebelet pipis saja. Padahal mulut Nita baru menganga beberapa mili. Tidak bisa begini! Mereka harus segera bicara.
"Anu pak...." Nita berusaha mensejajarkan posisi mereka.
"Kenapa anu, hm?" sahut Kandar cepat. Tatapan pria 27 tahun itu masih ke depan tanpa menghentikan langkah.
"Kita disini cuma sementara, kan?" Nita ingin memastikan kebenarannya.
"Kamu tertarik mau tinggal selamanya disini?" Kandar malah bertanya balik.
"Bukan seperti itu maksud saya!" protes Nita.
"Lalu?" Pria bertubuh jangkung itu masih dengan posisi yang sama. Tidak sedikitpun menoleh.
"Kita disini cuma istirahat sebentar, kan? Baru setelah itu cari penginapan lain." Nita berharap apa yang dipikirkannya sekarang tidaklah benar.
"Aku tidak begitu yakin. Nanti kita bicarakan lagi setelah mandi," ucap Kandar enteng.
Detik itu juga pupil mata Nita langsung melebar. Sungguh jawaban diluar ekspektasi. Tidak mengira bahwa hari ini akan datang untuknya.
"Astaga! Apa itu artinya kami akan tidur sekamar?" batin Nita menjerit, sambil mengikuti pria yang kini berjalan di depannya.
Mereka terus melangkah tanpa percakapan bahkan saat tiba di kamar penginapan sekalipun. Nita ingin sekali menyampaikan keluhan yang mengganjal di hati dan pikirannya namun Kandar seperti sibuk sendiri. Pria itu bahkan melengos saja pergi ke kamar mandi tanpa menoleh sedikitpun.
"Ah, tidak bisa begini! Kami harus bicara secepatnya sebelum hari terlalu gelap," pikir Nita frustasi.
Nita merasa tidak benar akan hal ini. Ia harus bicara dengan Kandar demi kenyamanan bersama. Setelah 10 menit berlalu, terdengar deritan suara pintu kamar mandi. Pertanda seseorang telah keluar dari sana.
Nita reflek mengalihkan tatapannya ke arah sumber bunyi. Terlihat Kandar muncul dari sana dengan tubuh setengah polos bersama lilitan handuk di pinggang. Berjalan dengan enteng bagaikan model pakaian dalam pria yang sedang beraksi di atas catwalk.
"Astaga, mataku ternoda!" Nita memekik dalam hati. Dengan cepat perempuan berkulit cerah itu menoleh ke arah lain.
Namun, sudut mata Nita masih bisa menangkap jelas bayangan tubuh setengah basah Kandar yang kian mendekat. Dengan tinggi 180 cm pria itu benar-benar memukau. Andai tidak ada batasan di antara mereka mungkin sekarang Nita sudah menyambar punggung milik Kandar sambil menghirup aroma sabun di tubuhnya. Tanpa sadar perempuan itu menelan ludah saat membayangkan sesuatu yang mesum.
"Kamu tidak ingin mandi?" tanya Kandar sambil mengusap rambut yang basah dengan handuk kecil. Pria itu tampak tidak canggung sedikitpun seperti sudah terbiasa saja.
Nita tercekat tapi tidak berani menoleh. "Tidak, saya ingin bicara empat mata dengan bapak."
"Masih masalah tadi?" tanya Kandar memastikan.
"Bukan, ini masalah lain." Nita berusaha menyangkal.
Mata pekat yang tajam itu sejenak menyipit seperti meragukan. "Apa itu?"
"Apa kita bisa pindah ke penginapan lain sebelum hari terlalu gelap?" Nita akhirnya berhasil mengeluarkan kegelisahan yang terpendam. Berharap Kandar bisa mempertimbangkannya.
Namun yang terjadi si atasan berstatus rangkap malah menghela nafas. Baginya usulan Nita sama saja dengan masalah yang mereka bahas tadi. Lantas, dimana letak perbedaanya? Mungkin pikiran perempuan itu mulai oleng akibat melihat pemandangan tubuh setengah polos pria setelah mandi.
"Sepertinya permintaanmu itu cukup sulit. Di luar masih hujan lebat," kata Kandar saat matanya tertuju pada rintik hujan dari balik jendela kaca.
"Kamu tidak suka sekamar denganku?" tanyanya lagi, terdengar seperti seseorang yang putus asa.
Nita menoleh cepat ke arah Kandar yang kini duduk di kursi sebelahnya. "Bukan begitu, saya khawatir jika ada orang kantor melihat kita."
"Lalu?" Kandar seperti ingin Nita bicara lebih lanjut.
"Kalau sampai ketahuan kita dalam masalah besar. Saya tidak khawatir jika mengalami dampaknya sendirian. Tapi bapak, jangan karena masalah seperti ini posisi dan karir anda dipertaruhkan," jelas Nita sungguh-sungguh.
Perempuan itu bahkan menatap dalam pada Kadar untuk meyakinkannya. Sesuatu yang sangat jarang ia lakukan pada pria tersebut. Nita sudah membayangkan bagaimana konsekuensinya jika hal itu sampai terjadi.
Kandar masih terlihat tenang. "Lalu apa masalahnya?"
Ah, pria ini seperti menganggapnya remeh. Dia tidak takut sama sekali kehilangan posisi di kantor. Bukankah aturan perusahan sudah jelas tidak menganjurkan para pekerjanya memiliki hubungan?
"Bapaaak, saya ini bicara serius loh." Nita merasa tidak terima telah diabaikan.
"Apa aku terlihat bercanda?" Wajah tenang Kandar berubah serius. "Bukankah suami istri wajar menginap di kamar bersama?"
Deg!
Memang, saat ini hubungan Nita dan Kandar adalah pasangan suami istri yang baru berjalan dalam satu bulan. Mereka menikah diam-diam karena sebuah kecelakaan yang tidak disengaja. Akibat peraturan kantor yang ikut mengatur masalah asmara, membuat Nita memilih merahasiakan pernikahan mereka.
"Iya, tapi..." Belum selesai Nita bicara, Kandar sudah menyela.
"Sudah, mandi sana!" Perintah pria itu.
Nita mencebik lalu bergerak dari posisinya untuk mengambil pakaian ganti. Ia tidak sepede Kandar yang berani memamerkan sebagian tubuh polosnya. Apalagi sampai detik ini mereka belum melakukan hubungan suami istri.
"Satu lagi..." Ucapan Kandar membuat aktivitas Nita sejenak terhenti. "Jangan memanggilku dengan sebutan bapak saat di luar kantor. Aku ini suamimu, bukan orang tuamu. Paham!"
"Iya, ya... Ngerti pak suami," sahut Nita setengah kesal. Lalu bergegas masuk ke kamar mandi.
Lantas, bagaimana kedua orang ini bisa terlibat dalam hubungan pernikahan?
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.