"Berlian kamu udah bawa coklatnya belum? Hari ini kan kita harus bawa coklat sama surat yang mau dikasih ke Kakak OSIS?" Yuli bertanya kepada Berlian.
"Udah aku udah bawa, cuma ya gitu deh nggak tahu juga semoga benar! Enggak tahu juga kan, OSIS kan suka kayak gitu nyuruh sesuatu yang sulit kita dapetin!" Berlian menjawab sekenanya.
"Emang kamu bawa coklat apa sampai nggak yakin kayak gitu?" Asih menyela pembicaraan mereka.
"Aku bawa coklat yang biasa aja yang rp2.000-an terserah mereka mau apa nggak! Yang jelas kan aku udah bawa." Berlian menjawab dengan cuek.
Percakapan mereka terhenti ketika bel tanda berkumpul dimulai semua peserta MOS melakukan upacara di lapangan dengan seluruh siswa lainnya. Saat pembubaran peserta upacara kembali peserta MOS berkumpul di tempat yang lebih teduh untuk perkenalan panitia Mos yang terdiri dari OSIS.
Pembagian kelas dimulai untuk kegiatan sementara MOS kebetulan Berlian satu kelas dengan Asih, Darsa, dan Susli mereka berteman dari SD. Saat pertama kelas dimulai semua anak-anak mendapat tempat duduk masing-masing.
Kebetulan Berlian dapat tempat duduk di urutan depan karena dia memiliki tubuh yang mungil jadi mau tidak mau dia harus duduk di depan.
"Pagi semua!" Seorang pria dengan wajah tampan dan ramah memulai kelas.
"Pagi kak....!!!" Semua siswa kompak menjawab.
"Oke semua perkenalkan nama saya Bara dari kelas 9A saya adalah salah satu OSIS yang memegang kelas kalian dan yang di sebelah kanan saya namanya Kak Nita dan yang di sebelah kiri saya bernama kak Agung." Kakak OSIS itu tersenyum sangat manis memperlihatkan lesung pipinya.
"Oke untuk hari ini kita mulai dengan perkenalan nama kalian masing-masing. Jadi kalian semua perkenalkan diri kalian masing-masing dengan berdiri satu-satu. Sebutkan nama kalian dan hobi kalian!" Kak Nita memberi arahan kepada semua siswa.
"Maaf semua saya telat!" Dari pintu masuk seorang pria dengan rahang tegas, matanya yang setajam elang dia masuk dengan gaya coolnya.
Berdiri di sebelah selatan pria yang memperkenalkan diri dengan nama Bara.
"Kamu dari mana Gus? kenalin diri kamu!" Bara memberi arahan kepada lelaki tersebut.
"Kenalin nama aku Agus Anjar kalian bisa memanggil aku dengan sebutan Kak Agus cukup."
"Kalau aku manggil kamu dengan nama Kak Anjar boleh nggak?" Tiba-tiba Berlian nyeletuk.
Pria itu menatap ke arah Berlian dengan menaikkan sebelah alisnya. "Terserah kamu saja!" Anjar menjawab dengan wajah datar.
"Oke sesuai dengan arahan tadi, kalian perkenalkan nama kalian masing-masing sertakan dengan hobi kalian. Dimulai dari kamu yang di depan pojokan!"
Berlian berdiri dari tempat duduknya dan memperkenalkan dirinya. "Kenalin nama aku Berlian Maharani yang biasa dipanggil Berlian. Hobi aku simple tidur." Berlian menjawab dengan sangat percaya diri.
"Hai itu bukan hobi itu namanya kebiasaan buruk!" Anjar menjawab tanpa menoleh ke arah Berlian.
"Setahu aku hobi itu adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidup kita dan menurut aku ya simple. Aku paling suka tidur jadi nggak masalah bukan?" Berlian menjawab dengan berani tanpa ada rasa takut sedikit pun.
"Heeemmm..." Bara berdehem menghilangkan kecanggungan. "Oke lanjutkan kepada kalian semua."
Sementara perkenalan dimulai berlian terus menatap Anjar, ada rasa yang bergetar tapi entahlah. Karena melihat Anjar yang begitu cuek membuat keinginan Berlian untuk mendapatkan perhatian dari Anjar.
Setelah acara perkenalan selesai para siswa diberikan tugas mencatat nama OSIS lengkap dengan tanda tangannya. Dan yang harus diutamakan itu adalah tanda tangan ketua OSIS dan wakil nya.
Kantin sekolah adalah tempat berlian dan teman-temannya berkumpul di saat jam istirahat berlangsung. Mereka sedang membicarakan tugas mereka untuk mendapatkan tanda tangan OSIS yang jumlahnya sekitar 42 orang.
40 member OSIS, satu ketua OSIS serta satu wakil OSIS yang menjadi target mereka.
"Aku bingung gimana caranya kita dapet semuanya. Sedangkan kita nggak tahu yang mana aja orangnya." Darsa menghela nafas.
"Setiap kelas ada 4 OSIS, untuk sisa yang lain kita minta bantuan kepada teman-teman yang ada di kelas berbeda-beda. Nanti untuk masalah ketua dan wakil ketua kita minta bantuan ke OSIS yang sudah kita dapat tanda tangannya!
Yuli memberi ide.
Kira-kira kamu minta bantuan ke siapa?" Asih melirik Berlian yang hanya mengaduk-aduk minuman sambil melamun.
"Kalau aku minta bantuan ke Anjar gimana?" Berlian memberi saran yang mustahil.
"Yakin tuh kamu minta bantuan ke dia? Orang dia kayak gitu, cuek banget udah dingin. Kayaknya saran aku sih lebih baik kita tanya ke kak Bara aja deh! Soalnya kak Bara itu orangnya lebih welcome dan tentunya tampan." Asih bicara sambil senyum-senyum.
"Kalau tampan nomor satu dasar!" Darsa menoyor kepala Asih.
"Emang ada yang salah? Aku jujur kalau Bara itu emang ganteng pokoknya sempurna deh!" Asih memuja-muja Bara di depan Darsa dan kawan-kawan.
Tanpa tahu bahwa hati Darsa perih mendengar kalau Asih mengagumi Bara. Karena Darsa memiliki rasa lebih kepada Asih.
"Udah ah ngapain juga kali ribut? Oke kalau gitu kita sama-sama cari tanda tangan semua OSIS. Untuk masalah ketua dan wakil ketua aku yang ngurus!" Berlian memberi saran.
Mereka meninggalkan kantin sekolah saat semua rencana telah disepakati. Sepulang sekolah mereka berkumpul menunggu angkutan umum untuk pulang berlian duduk di halte depan sekolahnya.
Anjar tiba-tiba melintas di depan Berlian. Reflek tangan berlian mencekal tangan Anjar saat Anjar melintasi depannya. Gerakan berlian yang spontan membuat Anjar menoleh dan menaikkan sebelah alisnya tanda dia bertanya "Ada apa?"
"Kak aku mau ngomong boleh?" Berlian bicara tanpa melepas tangan Anjar.
Siswa-siswa yang ada di sekitar halte melihat intraksi keduanya dengan pikiran masing-masing. Anjar yang memahami situasi segera melepaskan tangan Berlian dari tangannya.
"Bicara aja aku lagi ada urusan. Kalau nggak penting aku tinggal!" Anjar melipat kedua tangannya ke depan dada.
"Iiihhh belum juga ngomong! Jangan cuek gitu napa awas lo jatuh cinta sama aku!" Berlian bicara dengan percaya dirinya.
"Jatuh cinta sama kamu! Perasaan kamu nggak ada menarik-nariknya yang ada itu dalam penglihatan aku kamu tuh berisik, cerewet!" Anjar bicara dengan melihat penampilan Berlian dari atas ke bawah kembali dari bawah ke atas seolah ilfil dengan penampilan Berlian.
"Iiihhh gimana sih aku serius pengen nanya sesuatu. Bukan nanya sih lebih ke minta bantuan!"
"Hei siapa kamu minta bantuan ke aku! Perasaan kita nggak saling kenal deh!" Anjar melihat malas ke Berlian.
"Yakin nggak kenal sama aku? Oke kalau nggak kenal mari kita kenalan!" Berlian menyodorkan tangannya ke arah Anjar.