"Loving you, just leaving the scars." Berjuang membuang bayang-bayang gelap di masa lalu, tidak mudah bagi Nicole Tristan. Gadis cantik itu telah jatuh cinta sedalam-dalamnya, pada pria yang telah mempermainkannya. Pria yang menjadi cinta pertamanya, hanya menjadikannya sebuah permainan. Layaknya boneka yang sudah tak layak lagi digunakan. Rasa putus asa menyerang. Nicole berjuang berdiri dengan kedua kakinya, melupakan bayang-bayang gelap yang menghancurkannya. Namun, siapa sangka takdir mengajaknya bercanda. Beberapa tahun kemudian, Nicole harus bertemu dengan Oliver Maxton-cinta pertamanya yang menorehkan luka padanya. Semua belum berakhir, Nicole harus mendapatkan fakta di mana Oliver akan menikah dengan adik tirinya. Semesta seakan ingin kembali menyiksa hidupnya. Rasa benci dan cinta melebur menjadi satu. Pemisah benci dan cinta seperti dinding kokoh, tapi kenyataannya itu adalah dinding tipis. Lantas bagaimana kelanjutan kisah Oliver dan Nicole? Permainan ini harusnya telah berakhir, tapi semesta seolah ingin permainan tetap berlanjut. Cinta dan benci yang telah menyatu bertahun-tahun kembali harus menghadapi badai. *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
"Nicole, kau sendirian?"
Dua orang pemuda asing menghampiri seorang gadis cantik bernama Nicole. Mereka berdiri di sisi kanan dan kiri Nicole-seakan memblokir jalan gadis itu. Terlihat jelas tatapan mata Nicole menatap dingin dua pemuda asing yang mendekatinya.
"Siapa kalian? Kenapa kalian bisa tahu namaku?" tanya Nicole sedikit bingung. Dia merasa dua laki-laki asing ini bukanlah teman sekelasnya, juga bukan kakak kelasnya. Gadis cantik itu berada di tengah-tengah pesta ulang tahun teman sekolahnya, namun tak menyangka ada banyak orang yang hadir.
"Well, kami jelas saja tahu namamu, Nicole. Para laki-laki di sini banyak yang membicarakanmu. Mereka mengagumi kecantikanmu," bisik salah satu pemuda itu.
Nicole menatap tajam dua pemuda itu. "Tolong jangan ganggu aku. Aku tidak ingin diganggu." Lalu, gadis itu memilih beranjak dan hendak pergi meninggalkan pesta, namun tangan Nicole dicengkram kuat oleh salah satu laki-laki di sisi kanannya.
"Come on, Nicole. Kau bisa habiskan pesta bersama dengan kami," ucap pemuda itu sedikit kesal mendapatkan penolakan Nicole.
"Lepaskan aku!" Nicole mencoba melepaskan cengkraman tangan pemuda itu, namun sulit karena pemuda itu mencengkram tangannya dengan kuat.
"Nicole, ayolah. Jangan naif." Dua pemuda itu memaksa Nicole.
"Lepaskan dia!" bentak seorang pemuda tampan dengan postur tubuh tinggi dan rahang tegas, menatap tajam dua pemuda yang mengganggu Nicole.
Nicole mengalihkan pandangannya, menatap Oliver Maxton-kakak kelasnya di sekolah tengah ada di hadapannya. Beberapa detik Nicole diam terpaku di kala Oliver mendekat padanya. Pahatan sempurna wajah Oliver membuat Nicole terhipnotis.
"Jangan ganggu dia," ucap Oliver mengusir dua pemuda yang sepantaran dengannya, ingin mengganggu Nicole.
"Kau siapa?" tanya salah satu pemuda itu.
"Aku kekasihnya. Kau masih berani mengganggunya?" Oliver merengkuh bahu Nicole, membawa masuk gadis itu ke dalam pelukannya. Tampak raut wajah Nicole memucat terkejut kala berada di dalam pelukan Oliver.
Dua pemuda asing itu mendekat, dan menatap tajam Oliver. "Kau jangan berbohong!"
Oliver tersenyum sinis. "Apa wajahku menunjukkan aku berbohong?! Pergilah, Bodoh! Jangan ganggu kekasihku!"
Dua pemuda asing itu terpancing emosi di kala Oliver menghina mereka dengan kata 'Bodoh'. Salah satu pemuda asing itu tak bisa mengendalikan emosinya, dia hendak menyerang Oliver, namun temannya segera menahannya agar tak bertindak gegabah. Mereka tak mungkin tak mengenal Oliver Maxton. Lahir bukan dari keluarga sembarangan, membuat dua pemuda itu tak bisa bermain-main dengan sosok Oliver.
"Get the fuck out of here," desis Oliver penuh ancaman.
Tanpa mengatakan sepatah kata pun, dua pemuda asing itu akhirnya, memilih pergi meninggalkan Nicole dan Oliver. Samar-samar terdengar cibiran dari dua pemuda itu. Namun, Oliver memilih untuk tak menggubris cibiran itu.
"Duduklah, mereka sudah pergi. Tidak ada lagi yang mengganggumu," ucap Oliver seraya menatap Nicole yang masih memucat.
"T-terima kasih." Nicole segera menjauh dari Oliver, dan kembali duduk di tempatnya.
Oliver tersenyum mendengar ucapan terima kasih Nicole. Pemuda itu menggelengkan kepalanya sebentar, kepada dua orang yang berada di seberang, mengabaikan mereka, dan menatap Nicole kembali.
"Kenapa kau hanya sendirian datang ke pesta?" tanya Oliver ingin tahu.
"Aku hanya sebentar saja di sini karena undangan temanku. Sebentar lagi aku juga akan pulang," ucap Nicole pelan. Kegugupan sedikit terlihat di wajahnya, di kala gadis itu berbicara berdua dengan Oliver.
"Harusnya kau tidak pergi sendiri ke pesta. Kau lihat tadi, Kan? Dua laki-laki asing mencoba mendekatimu."
"Jika aku tidak pergi sendiri, aku harus pergi dengan siapa? Teman dekatku hari ini tidak bisa ikut."
"Di mana kekasihmu?" Sebelah alis Oliver terangkat.
"Aku belum memiliki kekasih," ucap Nicole jujur dengan pipi sedikit merona malu.
Oliver menundukkan kepalanya, mendekat pada wajah Nicole. "Jadi tadi aku tidak salah mengaku-aku sebagai kekasihmu, kan?"
Jantung Nicole berdebar tak karuan kala wajah Oliver mendekat padanya. Buru-buru Nicole menjauh dari Oliver, namun tepat ketika Nicole menjauh, gadis itu nyari terjatuh dari kursi. Refleks, Oliver memeluk pinggang Nicole, merapatkan tubuh Nicole ke tubuhnya.
Raut wajah Nicole memucat akibat rasa gugup yang melandanya. Kedua tangan Nicole berkeringat dingin. Ditambah aroma parfume maskulin di tubuh Oliver membuat seluruh saraf di tubuh Nicole seolah tak lagi berfungsi.
"T-terima kasih," ucap Nicole gugup. Gadis itu segera membenarkan posisi duduknya agar menjauh dari Oliver. Tentu, pemuda itu turut membantu guna menjaga keseimbangan tubuh Nicole.
"Hati-hati. Kau bisa terjatuh, Nicole." Oliver membelai pipi Nicole lembut, menatap dalam manik mata silver gadis itu.
Nicole menelan salivanya susah payah. Bulu kuduknya meremang merasakan sentuhan Oliver di pipinya. Manik mata cokelat gelap Oliver begitu menghipnotis Nicole, namun dengan cepat Nicole membuang pandangannya pada Oliver. Gadis itu enggan bertatapan dengan kakak kelasnya di sekolah.
"O-Oliver, kenapa kau di sini? Harusnya kau bergabung dengan temanmu yang lain," ucap Nicole pelan, dan tersirat meminta Oliver menjauh darinya. Pun Nicole menghindari percakapan Oliver yang membahas tentang 'Kekasih'
Oliver tersenyum samar. "Aku lebih suka di sini, Nicole." Lalu, Oliver mengambil vodka yang diantar oleh pelayan dan menyesap vodka itu perlahan.
Nicole sedikit mendongak, menatap Oliver yang tengah minum Vodka. Tak menampik bahwa, gadis itu terpesona dengan ketampanan Oliver. Tubuh tinggi tegap. Wajah rupawan. Kulit bersih. Oliver layaknya tercipta untuk menggoda para kaum hawa.
"Kau ingin mencoba minumanku, Nicole?" Oliver menawarkan vodka di tangannya.
"Maaf, aku tidak minum alkohol, Oliver," ucap Nicole pelan.
"Kau sedang tidak ingin minum atau memang tidak pernah minum alkohol?" tanya Oliver seraya menatap lekat Nicole.
"Aku belum pernah mencoba minum alkohol," jawab Nicole jujur.
Oliver tersenyum penuh arti. "Ah begitu. Kau tidak ingin mencobanya? Lagi pula kita di pesta. Sayang sekali jika kau tidak minum. Minumlah sedikit saja."
Nicole menatap gelas yang disodorkan Oliver. Terlihat, gadis itu sedikit penasaran. Selama ini memang dia belum pernah mencoba minu-minuman berlakohol. Entah kenapa pikirannya berkata mendorongnya tak masalah mencoba sekali-kali.
Perlahan, Nicole mulai mencoba vodka milik Oliver. Dia memejamkan matanya saat rasa pahit dari minuman beralkohol menyentuh tenggorokannya. Senyuman di wajah Oliver terus terlukis, melihat Nicole mulai mencoba vodka miliknya.
"Oliver, rasanya pahit sekali," ucap Nicole dengan kening yang mengerut.
"Tegaklah langsung. Kau akan merasa tubuhmu menjadi hangat." Oliver kembali menyodorkan satu gelas vodka lagi pada Nicole.
Nicole menurut dan menenggak vodka yang Oliver berikan. "Tubuhku terasa hangat minum ini, Oliver."
Oliver tersenyum samar. "Aku sudah bilang tadi padamu, Nicole."
Nicole terus menenggak vodka yang disodorkan oleh Oliver. Gadis itu tak menyadari sudah berapa banyak vodka yang telah dia habiskan. Kepala Nicole sedikit memberat. Matanya berkunang-kunang. Tubuhnya ambruk, dan dengan sigap Oliver membekap tubuh Nicole. Pemuda itu, menangkup kedua pipi Nicole yang memerah.
"Kau rupanya benar-benar lemah alkohol, Nicole," bisik Oliver tepat di depan bibir Nicole.
"Oliver kepalaku pusing sekali." Nicole menyentuh kepalanya.
Oliver membopong tubuh Nicole, memindahkan ke atas meja. Tangan pemuda itu memijat kening gadis itu, berusaha membantu dari rasa pusingnya. "Masih pusing, hm?" bisiknya serak menggoda.
"A-aku masih sedikit pusing." Nicole pusing, tapi berada di dekat Oliver ini membuat energy dalam tubuhnya tersedot.
Oliver menarik tengkuk leher Nicole, dan membenamkan bibirnya ke bibir gadis itu. Dia melumat bibir manis Nicole sambil berbisik, "Bagaiamana? Apa masih pusing?"
"A-aku-" Pagutan bibir Oliver telah melumpuhkan seluruh saraf tubuh Nicole.
"Bibirmu manis, Nicole." Oliver membelai bibir Nicole dengan jemarinya. Lantas, pemuda itu kembali melumat bibirnya. Tanpa sadar, gadis itu melingkarkan tangannya di leher Oliver, dan memejamkan mata kala Oliver mencium bibirnya.
Oliver tersenyum senang melihat Nicole menikmati pagutan bibirnya. Pemuda itu mengecup lembut bibir Nicole seraya berbisik, "Ikutlah denganku."
Mata Nicole sayu berkabut penuh hasrat. Alkohol telah menguasai dirinya. "I-ikut ke mana?" tanyanya dengan tubuh yang begitu lemas.
"Nanti kau akan tahu. Ikutlah denganku, Nicole. Temani aku," bisik Oliver seraya meremas pelan lengan Nicole.
Nicole mengangguk lemah merespon ucapan Oliver. Tak lama, tubuhnya kehilangan tenaga, gadis itu nyaris terjatuh, namun Oliver langsung menahan tubuh mungil itu dengan sigap.
Oliver membawa Nicole di sebuah hotel. Pemuda tampan itu melepaskan jaketnya, menatap lekat kulit putih porselen Nicole membuat dirinya semakin bereaksi. Oliver menundukkan kepalanya, mencium leher Nicole meninggalkan banyak jejak kemerahan di sana.
Oliver membawa tangannya, membelai bagian bawah Nicole, hingga membuat tubuh Nicole menggelinjang-dan seketika meloloskan desahan. Dirasakan bagian bawah di sana sudah basah, tak bisa ditahan lagi olehnya, Oliver langsung menerjang Nicole dengan pusakanya.
"Akh, sakit..." Dengan jemarinya, Nicole mencengkram punggung Oliver, menandakan betapa hal ini sungguh menyakitkan untuknya.
Raut wajah Oliver berubah. "Kau ... masih perawan?"
Seperti mimpi buruk, Belva yang merupakan sosok perempuan kuno, terjebak cinta satu malam dengan Ares Ducan-pria angkuh dan dingin. Sialnya, hubungan satu malam itu membuat Belva mengandung anak Ares Ducan. Hubungan rumit membentang, ditambah dengan status sosial yang berbeda. Lantas, bagaimana kelanjutan kisah Belva dan Ares?
Trauma membuat Jovie Montgomery untuk tidak ingin menikah. Ayahnya pergi meninggalkan ibunya begitu saja, menyisakan luka yang amat dalam untuk Jovie. Baginya semua pria sama. Pria akan pergi di kala rasa cinta sudah hilang dan kejenuhan melanda. Hal tersebut membuat Jovie memagari dirinya agar tak jatuh cinta pada pria mana pun di dunia ini. Sampai suatu ketika takdir mempertemukan Jovie dengan Jace Sherwood-Casanova tampan-yang banyak digilai wanita. Jace merasa tertantang dengan segala penolakan Jovie. Hingga pada suatu saat, Jace bertaruh dengan teman-temannya mendapatkan Jovie. Namun, sayangnya pertaruhan itu terbongkar. Jovie yang tadinya mulai jatuh hati pada Jace, menjadi menjauh pergi. Ini adalah kisah rumit antara Jovie dan Jace. Jovie yang tak percaya pada pria manapun, malah terjebak jatuh cinta pada sosok Casanova yang meninggalkan luka padanya. Lantas bagaimana kelanjutan kisah Jovie dan Jace? Mampukah Jace mendapatkan Jovie kembali? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Follow me on IG: abigail_kusuma95 *** Dunia dan semua orang hanya tahu kalau Briella Moretti sangat beruntung karena putra sulung keluarga Maven menikahinya. Tidak ada yang tahu kalau Adrian Maven menikahi Briella hanya untuk membalas dendam. Adrian bermaksud menyiksa Briella, menghancurkan dan merusak kehidupan gadis itu. Tapi bisakah dendam Adrian terbalaskan tuntas, sementara kebaikan dan ketulusan Briella membuat hatinya goyah? Akankah cinta atau dendam yang menang dalam permainan kali ini?
Melihat secara langsung sang kekasih berselingkuh, membuat dunia Dakota Spencer runtuh. Wanita cantik itu dihancurkan oleh cinta pertamanya sendiri. Dia selalu memegang prinsip cinta pertama akan menjadi cinta terakhir. Namun sayang, kisah cintanya tidak seperti dongeng yang dia dengar di masa kecil. Dalam keadaan hancur berkeping-keping, sosok pria tampan bernama Dylan muncul. Dylan sudah lama mengagumi Dakota. Hanya saja jiwa petualang pria itu tidak pernah berhenti. Dia mengagumi sosok Dakota, tapi tidak henti bermain-main dengan para jalang. Sampai suatu ketika, di kala Dylan tahu Dakota sudah sendiri, dia mengejar cinta Dakota. Pria tampan itu tidak pernah bosan mengejar sosok Dakota. Hingga akhirnya Dakota luluh akan sosok Dylan. Namun semua tidak berhenti di situ. Masalah menghantam mereka. Badai menerpa hubungan mereka yang sudah sangat kuat. Bagaikan di ambang jurang, mampukah Dakota berdamai dengan kenyataan? Ataukah Dakota harus mundur dan hancur seperti di awal? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Hal tergila Milly adalah bertemu dengan Zayn, pengacara senior yang angkuh dan merasa paling pintar. Hidupnya mulai merasakan kesialan sejak di mana harus dibimbing oleh sosok Zayn. Ingin rasanya menghindar, tapi dia telah terjebak. Zayn membenci pertemuannya dengan Milly. Menurut Zayn, sosok Milly adalah sosok ceroboh dan paling merasa benar dalam segala hal. Sialnya dia harus membimbing gadis menyebalkan itu. Semua bermula dari sini. Dua orang pengacara cerdas, tapi saling membenci itu terjerat dalam sebuah rasa yang tidak biasa. Lantas bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Akankah takdir menyatukan? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Vintari terpaksa menerima perjodohan yang telah diatur oleh kedua orang tuanya. Gadis berusia 19 tahun itu terpaksa mengubur impiannya menikah dengan lelaki yang dia cintai. Bagi Vintari, menikah dengan sosok pria dewasa bernama Zeus Ducan merupakan mimpi buruk, sedangkan bagi Zeus menikah dengan gadis ceroboh seperti Vintari bagaikan kesialan bertubi-tubi. Sampai suatu waktu ketika Vintari mulai nyaman berada di dekat Zeus, fakta baru telah menghampiri. Fakta di mana membuat Vintari terkejut. Zayn—lelaki yang dicintai Vintari—adalah adik tiri Zeus. Bagaikan tersambar petir, Vintari merasa terjebak akan dua rasa yang ada di hatinya. Lantas siapa yang pada akhirnya yang dipilih Vintari? Apakah Vintari memilih Zeus? Atau malah Vintari lebih memilih Zayn? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."