Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Luka Karena CINTA
Luka Karena CINTA

Luka Karena CINTA

5.0
28 Bab
778 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Diandra gadis desa yang sangat cantik, dia sangat tergila-gila terhadap kekasihnya yang bernama Robert. Diandra dan kekasihnya merupakan satu sekolah yang sama. Diandra harus menjalani hubungan Ldr dengan kekasihnya karena dia harus kuliah ke Jakarta. Sedangkan sang kekasih harus melanjutkan pendidikan AAU (Akademi Angkatan udara) di Djogjakarta. Selama menjalanin hubungan berjalan lancar, tetapi lambat laun sikap dan tingkah laku kekasihnya berubah karena berselingkuh dengan yang lain. Hingga akhirnya mereka berpisah, tetapi Diandra tetap mengejar dan mencoba meluluhkan hati Robert kembali. Namun upayanya rupanya nihil mereka tetap berpisah. Hingga akhirnya Diandra bertemu dengan pemuda tampan berkebangsaan Jerman yang bernama Louis. Louis yang telah jatuh hati kepada Diandra, berusaha dengan berbagai macam cara untuk meluluhkan hati Diandra. Walau pun Diandra selalu menolaknya tetapi Louis tak putus asa untuk mendapatkan cinta sang gadis pujaannya. Maukah Diandra menerima cinta Louis dan melupakan Robert? Blurb: Diandra adalah gadis desa yang sangat cantik dan manis, gadis tersebut sangat tergila-gila akan kekasihnya yang bernama Robert. Sayangnya, belakangan rasa cinta itu malah membawanya menuju kehancuran. Robert terlalu posesif dan nggak segan melontarkan kata-kata makian kepada Diandra. Mereka pun lalu berpisah. Robert meninggalkan Diandra, tetapi sakit hati dan kenangan tentang Robert masih membekas di hatinya. Malah, Diandra terobsesi mengejar cinta Robert kembali. Dalam pencarian cintanya, Diandra tanpa sengaja berkenalan dengan seorang laki-laki tampan. Laki-laki tampan berkebangsaan Jerman bernama Louis Louis adalah pemuda yang sangat baik dan lembut. Pemuda yang mengajarkan cinta itu lembut. Kekerasan apa pun tak layak bertamengkan cinta. Maukah Diandra melepaskan perasaan cintanya kepada Robert dan jatuh kedalam pelukan laki-laki lembut seperti Louis? Keseluruhan cerita : Diandra adalah gadis yang sangat cantik, Diandra memiliki seorang Bunda yang sangat otoriter, tetapi Ayahnya adalah seorang Ayah yang lembut dan sangat memanjakannya. Jadi jika ada masalah apa-apa Diandra lebih baik bercerita kepada Ayahnya di bandingkan bersama dengan Bundanya. Diandra akhirnya memiliki kekasih yang bernama Robert yang merupakan kawan sekolahnya. Mereka merupakan pasangan yang manis dan romantis. Namun sayangnya mereka berdua harus terpisahkan akibat mereka mau melanjutkan sekolah ke yang lebih tinggi lagi. Tadinya jarak antara Jakarta dan Djogjakarta bukan penghalang bagi mereka berdua. Tetapi lambat laun mereka harus berpisah karena Robert sering berlaku kasar dan selingkuh. Diandra dengan susah payah, tetap berusaha untuk mempertahankan hubungan mereka. Walau pun dengan berpura-pura hamil demi untuk bisa segera di nikahkan oleh Robert. Tetapi usahanya sia-sia Robert tetap memutuskan dan tak mau bertanggung jawab kepada Diandra. Mereka berpisah, Diandra mencoba melanjutkan kehidupannya. Walau pun berat, dia berusaha untuk bangkit melupakan Robert. Walau pun sangat sulit. Diandra berusaha untuk melupakan Robert walau pun sampai depresi hingga di rawat ke rumah sakit. Diandra tetap bangkit, lambat laun dia berkenalan dengan pemuda tampan berkebangsaan Jerman bernama Louis. Louis sangat baik dan sangat lembut, yang mengajarkan jika cinta itu penuh kelembutan tanpa ada kekerasan. Mungkin karena rasa cinta terhadap Robert terlalu besar, Diandra belum bisa menerima cinta dari pemuda tampan tersebut. Di kota lain terlihat Robert sangat menyesal, dia hanya memandangi potret bingkai photo dirinya bersama Diandra terdahulu. Nasib Robert rupanya sangat tragis, dia harus bercerai dan kehilangan anak di dalam kandungan istrinya. Bahkan dia harus di pecat di kesatuannya Angkata Udara yang selama ini selalu di bangga-banggakannya. Mungkin inilah karma yang harus dia perbuat, karena telah menyakiti hati dan perasaan wanita baik seperti Diandra. Kebahagiaan akhirnya mengelilingi Diandra, Diandra akhirnya luluh kepada sosok pemuda tampan yang mau menerima dirinya. Mau berdamai dengan masa lalunya tanpa membahas masa lalunya seperti apa. Diandra dan Louis akhirnya menikah dan hidup bahagia untuk selamanya. The end.

Bab 1 PULANG KE BANDUNG

Ketika pertama kali menampaki kampung halaman, hati gadis cantik ini gamang. Seribu satu macam perasaan campur aduk. Sudah benarkah langkah yang ditempuhnya saat ini? Ia kembali ke masa lalunya. Bandung. Yang merupakan tempat kelahirannya, tempat dia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan dewasa. Tempat yang membawa duka yang tak berkesudahan. Lima tahun berlalu. Tiba-tiba Diandra merasa deras waktu menyeretnya kembali.

Pesawat telah sedari tadi lepas landas. Aktifitas di bandara juga sudah semakin berkurang. Dua, tiga orang terlihat masih mondar-mandir mendorong kereta barang. Diandra masih termanggu di ruang tunggu. Entah apa yang gadis cantik ini pikirkan? Air matanya tiba-tiba menetes, Ia berusaha menghapus bulir air matanya yang masih membasahi wajah cantiknya.

Sejak tadi matanya berkeliling, mengamati setiap sudut bandara. Sudah banyak yang berubah. Diandra meneliti setiap orang yang berlalu-lalang. Tak ada satu pun orang yang ia kenali atau mengenalinya. Semua terasa sangat asing.

“Taksi, Mbak?” tegur Bapak supir taksi tersebut dengan sangat ramahnya.

Diandra memandangi sekilas supir taksi tersebut, mungkin Bapak supir taksi ini merupakan supir taksi yang keduapuluh yang menghampirinya. Karena Diandra yang tak tega, akhirnya dia mengangukan kepalanya. Supir taksi tersebut berkumis tebal, memiliki postur tubuh yang kurus. Apa lagi Bapak supir taksi tersebut sudah tua.

Ia lalu mengekori langkah kaki Bapak tersebut yang Nampak sekali kerepotan mengangkat barang belanjaannya. Diandra sengaja tak memberitahukan kepulangannya yang secara mendadak dari Bundanya.

Dia ingin membuat kejutan kecil. Sudah lama sang Bunda memintanya untuk pulang, tetapi Diandra selalu menolak dengan berbagai macam alasan. Padahal, semuanya hanya bermuara pada satu alasan saja : yaitu adalah Robert! Setelah peristiwa itu, Diandra masih belum mampu melupakan apa pun kenangan yang menyakitkan. Tiba-tiba hatinya merasakan sesak.

Taksi berjalan agak lambat. Gerimis jatuh satu persatu. Lewat kaca mobil yang buram, Diandra menikmati suasana di luar sana. Semua sudah Nampak berubah. Satu, dua gedung pencakar langkit tampak meramaikan kota. Jalanan yang dulu lengang, kini terlihat sangat padat. Macet mulai mengisi dimana-mana.

“Di depan belok kanan atau kiri mbak?” tanya supir taksi tersebut dengan ramahnya. Melirik Diandra melalui kaca spionnya.

“Kiri,Pak. Rumah yang gradasi hijau itu!”

Taksi berhenti di depan rumah bergadasi hijau dengan perkarangan yang sangat luas.

“Ini, Pak. Makasih, Diandra menyodorkan uang limapuluh ribuan.

Diandara melangkahi anak tangga dari batu. Dulu, ratusan kali sudah ia melangkahi anak tangga tiga tingkat itu. Bahkan, pernah saat dia buru-buru mau berangkat sekolah, dia hampir terjatuh di tangga itu. Semua begitu jelas, walau pun sudah lima tahun berlalu.

Diandra terpaku tepat di depan teras. Rumah di ha-dapannya juga sudah berubah. Di sampingnya, ada tamanan kecil penuh dengan bunga mawar aneka warna.

Teras itu sendiri menghadap ke halaman luas. Di halaman itu, Nampak ada pohon manga, pohon pisang dan pohon salak. Beberapa rumpun bunga kana menghiasi tepi pagar. Rimbunnya pepohonan yang menutupi teras, membuat suasana menjadi teduh dan nyaman.

“Nyari siapa, Mbak?” tanya seorang perempuan yang jauh lebih mu-da, kira-kira lebih muda darinya.

Dengan tersenyum, gadis muda tersebut menghampirinya.

Diandra mengerutkan keningnya. “ini rumahnya Ibu Nita, kan?”

“Mbak ini,….”

“Aku Diandra, putrinya.”

“Ohh, Mbak Diandra. Saya Santi pembantu baru di sini.”

“Bu…. Ibu…..!” teriak Santi, “Mbak Diandra pulang!”

Seorang wanita tua tergopoh-gopoh keluar. Diandra terpaku menatap wanita tua di hadapannya. Garis-garis tampak jelas di wajahnya. Membuatnya terlihat sangat tua. Diandra berlari menyongsong wanita itu. Mengecup punggung tangannya dan memeluknya erat.

“Kenapa nggak ngomong dulu Nak, kalo kamu mau pulang?” tanya wanita itu ketika pelukan terlepas.

“Kalau ngomong bukan surprise namanya.”

“Akhirnya, kamu pulang juga, Nak.”

Mata tuanya berkaca-kaca, “kalo tau bakalan pulang hari ini, kan, bisa di jemput.”

“Nggak apa-apa, Bunda.”

“Itu bawaanmu?” Bunda menunjuk koper dan barang-barang lain yang masih berserakan di teras, “banyak banget.”

“Saya bawa masuk ya, Mbak.” Santi yang tadi diam, kini bergerak menuju barang-barang Diandra.

“Berat, loh. Biarin aja. Nanti kita angkat sama-sama,” sahut Diandra.

“Jangan, Mbak,” Santi buru-buru mencegahnya, “Kebetulan, ada Mas Jamil. Biar dia saja yang mengakat bawaan Mbak Diandra.”

“Jamil?”

“Dia suami saya, Mbak” jelas Santi yang terlihat agak malu.

Diandra sedikit kaget. Perempuan muda seperti Santi rupanya sudah menikah. Padahal, jika di bandingkan dirinya usia Santi terbilang sangat belia. Namun, Diandra memaklumi semua itu. Para perempuan desa biasanys tidak terlalu banyak pertimbangan dalam memilih calon suami untuk kemudian menikah.

Di kalangan perempuan desa, biasanya ada mitos turun temurun yang diyakini. Misalnya jika perempuan tersebut menolak lamaran laki-laki yang datang melamarnya, dia akan menjadi perawan tua. Jadi, seperti apa pun laki-laki yang datang melamarnya, gadis tersebut wajib menerimanya. Perempuan tak berhak memilih atau mengambil keputusan sendiri pa-sangan hidupnya. Bagi perempuan desa, saat mengalami haid pertama, itu tandanya mereka harus menikah sesegera mungkin. Berbeda sekali dengan perempuan kota. Banyak pertimbangan sebelum memutus-kan mengikat diri dalam ikatan pernikahan. Masa penjajakan yang cukup, materi yang matang kecocokan latar belakang keluarga, dan tetek bengek lainnya. Belum lagi, ketakutan-ketakutan yang sangat beralasan dan terkesan dibuat-buat.

Seorang pemuda tanggung datang menghampiri mereka.

“ini suamimu?” Diandra memandangi Santi yang menganguk sungkan.

“ini barangnya, Mbak?” tanya Jamil sambil menunjuk barang-barang bawaan Diandra, “dibawa ke mana Mbak?”

“Ohh…, bawa ke kamarku yang dahulu saja.”

“Kamarnya Diandra yang di pojok ruang tengah itu,”jelas Bunda.

Diandra memperhatikan pemuda yang tampak gesit membawa barang-barangnya itu. Kira-kira usianya masih sangat belia sekali. Pasangan belia. Diandra merasa sangat tua sekali jika berhadapan dengan mereka berdua.

“Ayah di mana?”

“Masih di kantor. Mungkin, sebentar lagi pulang. Udah nggak usah nunggu Ayahmu. Kamu makan saja dulu Nak. Kebetulan, tadi Bunda memasak tumis pare dan oseng tempe. Kamu masih doyan kan?”

“Bunda, kok, rumahnya sepi? Mas Dellon mana?”

Tiba-tiba, wajah Bunda menjadi mendung.

“Kakak kamu nggak tinggal di sini lagi.”

“Kenapa?”

“Perusahaanya sudah berkembang, dia sudah membeli rumah sendiri Nak.Terus, baru seminggu ini dia pindah dari rumah. Di tambah lagi dia menjalin hubungan dengan gadis yang berbeda agama dengan kita. Karena Bunda marahi dia nggak terima. Dasar anak nggak tau diri, sudah dididik dan dibesarkan. Setelah jadi orang sukses, malah seperti ini balasannya,” gerutu Bunda .

Diandra terdiam, ternyata Bunda masih sama seperti dulu. Masih suka mengomel untuk menumpahkan kekesalannya. Sangat emosional sekali. Diandra ingat, Bunda memang sangat keras dalam hal mendidik anak-anaknya sehingga sangat terkesan otoriter.

Sejak dulu bukan hanya Mas Dellon, Mbak Dina, dan Dilla sering kali ingin minggat dari rumah.

Tiba-tiba Bunda menitikan air matanya, Diandra langsung memeluk dan menenangkan Bundanya.

“Bunda kenapa menangis?” tanya Diandra menatap Bundanya dengan penuh keheranan.

Bersambung.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY