Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Terpaksa Berbagi Ranjang
Terpaksa Berbagi Ranjang

Terpaksa Berbagi Ranjang

5.0
10 Bab
19K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Khusus Dewasa yang sudah punya ranjang

Bab 1 Pemuas Tetangga, 1

Namaku Gilang Pratama Mahardika. Remaja pria keturunan Arab, namun lahir dan dibesarkan di Panti Asuhan Kota Bogor, saat ini sudah berusia 22 tahun. Jangan ditanya siapa ayah dan ibu kandungku, karena aku juga tidk tahu. Yang pasti, sejak dulu ayah dan ibuku banyak banget, ya namanya juga anak panti. Alhamdulillah.

Saat ini aku kuliah di salah satu perguruan tinggi ngeri ternama di Indonesia, memasuki semester ke enam. Dan aku baru saja pindah kost ke tempat baru yang lebih dekat dengan kampus karena tugas kuliahku makin menumpuk sehingga membutuhkan akses lebih cepat ke kampus. Harga sewanya sedikit mahal tapi memang tempat dan fasilitasnya bikin asik dan mantap.

Sejak kecil aku sudah terlatih hidup mandiri, bahkan sejak kelas tiga SMP, sama sekali sudah tidak meminta uang dari orang tua panti, malah lebih sering memberi uang jajan buat adik-adik pantuku. Sejak SMA sudah punya penghasikan tetap yang lebih besar karena menjadi guru les private, jualan onlne, sesekali jadi konten kreator atau kerja apa saja yang bisa menghasilkan uang.

Apakah aku sudah mengenal dunia esek-esek?

Sejujurnya, keperjakaanku sudah hilang direnggut oleh mantan ibu kepala sekolah SMP-ku saat aku kelas dua SMA. Kok bisa? Nanti kalau ada waktu aku ceritakan keseruan dan ketegangannya. Sekarang kita lanjut petualanganku yang sudah terlanjur mendapat predikat ‘Pemuas Bini Tetangga.’ Wow sereeeem!

Kita kembali ke laptop.

Kontrakan yang saat ini aku tempati terdiri dari 10 rumah yang berbaris sebelah menyebelah. Kebetulan aku menempati posisi paling tengah. Hanya aku sendiri yang masih berstatus bujangan, selebihnya sudah berkeluarga dan tentu hanya aku yang setiap malam tidur sendirian. Sungguh sangat mengenaskan nasibku ini.

Penghuni yang tepat di sebelahku, pasangan pengantin yang baru menikah kurang lebih satu bulan yang lalu dan baru pindah ke kontrakan ini. Suaminya bernama Mas Gufron, lelaki berperawakan tinggi dan wajah lumayan tampan, usianya kira-kira 30 tahun. Dia seorang accounting salah satu perusahaan terkemuka. Istrinya bernama Nania, usianya kurang lebih 25 tahunan. Dia tidak bekerja, selalu perpenampilan anggun seksi dan wajahnya memang sangat cantik.

Tetangga yang sebelah kiri, pasangan suami istri yang sudah dikarunia seorang putra berusia dua setengah tahun. Suaminya bernama Faisal, berusia sekitar 35 tahun, security di sebuah bank pemerintah. Istrinya bernama Nuning, berusia sekitar 30 tahun. Ibu rumah tangga biasa, berwajah cantik khas mojang priangan Bandung yang keibuan.

Walau para penghuni berasal dari latar belakang budaya dan etnis yang berbeda-beda, namun kami semua soleh kompak saling memanggil dengan sapaan Mas dan Mbak, tak peduli usia dan keturuan.

Mbak Nuning tidak kalah cantiknya oleh Mbak Nania. Dia mempunyai kulit halus kuning langsat, walaupun sudah pernah melahirkan tapi bentuk tubuhnya sungguh menggiurkan buat setiap lelaki yang melihatnya. Tingginya pun sekitar 168 cm. Menurutku, antara Mbak Nania dan Mbak Nuning kurang lebih mempunyai nilai yang sama.

Sama-sama menarik dan menggiurkan. Cantik itu telatif, wanita itu yang terpenting harus menarik dan menggairahkan, titik!

Malam itu sekitar pukul sembilan, hujan turun dengan derasnya. Aku belum tidur karena masih mempunyai pekerjaan untuk melengkapi beberapa curriculum vitaeku. Kemarin siang Mas Gufron suaminya Mbak Nania menawariku pekerjaan freelane. Semoga keberuntungan berpihak padaku, tetapi kalau ditolak gak masalah.

Sedang asyiknya-asyikanya mengerjakan tugas, telingaku sedikit terganggu dengan suara-suara yang sedikit meresahkan. Seperti suara ranjang yang sedang bergejolak dan berderit derit. Aku sangat penasaran karena suara tersebut datang dari dinding sebelah kananku, sontak saja pikiran kotorku yang sudah lama bersih ini, mulai kembali keruh.

Dengan gerakan sederhana, aku pun mulai bermain dengan perasaan dan pikiran kotorku, lalu menempelkan telinga ke dinding kontrakan yang tidaklah terlalu tebal, aku bisa mendengar suara napas dua orang yang sedang berpacu menggapai nikmat di kamar sebelah. Aku terus menempelkan telingaku sampai suara-suara itu benar-benar terhenti.

Jujur saja aku serasa masuk dalam suasana de javu. Ini persis yang kualami pada saat baru awal-awal mengenal seks dengan bini orang, walau bukan yang pertama. Berawal dari tak sengaja mendengar desahan-desahan panas dari pasangan suami istri yang sedang wikwiw di dekat panti asuhan yang akhirnya aku sering dapat jatah karena katanya jauh lebih memuaskan dibanding para suami mereka atau selingkuhannya. Secara rudal made in Timur Tengah, walau baru SMA sudah bisa bersaing, hehehe.

Setelah suara-suara tetangga sebelah hilang, pikiraanku justru masih berkecamuk dan melayang-layang semakin liar. Membayangkan Mbak Nania yang cantik dan seksi itu sedang ditunggangi oleh Mas Gufron, suaminya yang ganteng dan gagah perkasa. Sementara di luar hujan masih turun dengan derasnya. Aku benar-benar menjadi sangat resah dan gelisah. Sebagai lelaki yang memiliki libido dan gairah sex yang tinggi, hal ini benar-benar sangat menyiksaku.

Dan entah dorongan dari mana, hingga aku mulai mencari celah di dalam kontrakanku untuk mengintip aktifitas pasangan tersebut. Walau sepertinya mereka sudah selesai bercinta, namun rasa penasaranku masih belum sirna, malah semakin menggebu-gebu. Aku terus mencari-cari celah di dinding, namun sialnya tidak ada satu pun celah yang bisa aku manfaatkan untuk mengintip.

Aku lalu kembali rebahan sambil berusaha menenangkan diri sambil terus berpikir. Saat itulah tak sengaja aku melihat ke bubungan atap kontrakanku, ternyata di sana ada celah sebesar ukuran orang. Spertinya celah itu ada di setiap rumah yang biasa dimanfatkan untuk memeriksa jaringan listrik yang putus atau mungkin membetulkan genting yang bocor.

Dasar otakku yang sedang panas. Maklum sudah lebih dari tiga bulan tidak mendapatkan bini orang, maka aku pun seketika mendapat ide untuk menaiki langit-langit rumah melalui celah tersebut. Cukup sulit dan beresiko, tapi nafsu syahwatku untuk mengintip keadaan kamar sebelah benar-benar tidak bisa dibendung lagi. Aku berpikir ingin melakukan sesuatu sambil melihat mereka.

Dengan sangat nekat aku ambil hape dan menyusun kursi untuk menjadi tangga agar bisa naik ke langit-langit kontrakan. Dan aku benar-benar berhasil, begitulah cara iblis membimbing umat manusia menuju jalan kesesatan. Semua terasa serba mudah dan seakan semesta turut serta mendukung.

Keadaan atas langit-langit gelap gulita, hanya terdapat beberapa titik cahaya yang tembus dari beberapa rumah. Dengan bermodalkan cahaya layar hape, aku pun bergerak merangkak perlahan mendekati atap yang kuperkirakan sebagai atas kamar Nania dan Mas Gufron.

Aku menyusuri dengan sangat pelan-pelan tiang-tiang pembatas hingga akhirnya berada tepat di atas kamar Nania. Aku berusaha mencari-cari celah di atas kamar tersebut. Dan betapa beruntungnya diriku atas bantuan sang iblis, ternyata di atap kamar tersebut ada celah atau pintu darurat di atasnya, sama sepeeti di kamarku. Pelan-pelan aku geser penutup dari triplek tersebut.

Deg! Jantungku seketika terasa berhenti berdetak dan seakan ingin meledak begitu kedua mataku mendapati pemandangan yang sangat mendebarkan di bawah sana. Berkali-kali aku menelan ludah, pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya itu benar-benar membuatku mendadak kehausan dan kekeringan.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY