/0/16842/coverbig.jpg?v=f5573b775fce817e04294d6d3a494053)
Viona, terpaksa harus membawa Hans ke rumahnya dan tinggal bersama karena pria itu ternyata tak tahu tentang posisinya sendiri seolah lupa diri. Namun, tak disangka - sangka kalau ternyata Hans memiliki kebiasaan buruk setiap tengah malam. Sehingga membuat Viona harus melayani Hans layaknya seorang istri. Lama - kelamaan, jati diri Hans terbuka. Ternyata Hans adalah salah satu anak dari pemilik perusahaan IT terbesar di dunia dan seorang tokoh buronan agen CIA karena Hans adalah orang yang berbahaya. Lalu bagaimanakah kelanjutan kisah Viona dan Hans? Akankah Hans bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi pada Viona yang rela mengorbankan keperawanannya demi Hans?
"Jangan lari kau! Dasar bedebah!"
Hans terus berlari kencang meski dia tak tahu sebenarnya sudah ada di mana. Sambil melepas pakaiannya dan membuangnya ke semak – semak, dia terus mencoba mencari jalan keluar agar orang – orang itu tidak bisa menangkapnya.
Sampai akhirnya dia melihat sebuah mobil yang terparkir sembarangan di pinggir jalan dan ada beberapa alat bengkel di samping mobil itu. Tanpa pikir panjang, tentu dia memanfaatkan kesempatan itu dengan memasukkan sebagian tubuhnya ke bagian bawah mobil.
Ya, dia berpura – pura menjadi tukang bengkel.
"Permisi, Tuan. Apa Anda melihat seorang laki – laki berlari ke arah sini?" tanya seseorang pada Hans.
"Maaf sekali, Pak. Saya sudah sejak tadi seperti ini. Jadi tidak melihat siapa pun." Hans menjawab dengan santai.
"Kalau begitu, terima kasih."
"Sama - sama."
Hans keluar setelah memastikan kalau orang - orang yang mengejarnya itu sudah benar - benar pergi.
Dia menghembuskan nafasnya panjang merasa lega. Sudah cukup jauh dan lama dia terus berlari hingga kakinya mulai merasakan sakit.
Diambilnya dan dibakarnya sebuah putung rokok. Dia masih menyandarkan tubuhnya di mobil entah milik siapa itu. Yang pasti, dia perlu berterima kasih dengan pemiliknya.
"Hei, ini mobilku," ucap seseorang yang tiba - tiba datang. "Apa kau pencuri?" lanjutnya.
Hans menoleh dengan wajah tajamnya. Ternyata seorang wanita berambut panjang mengenakan jaket hitam sambil membawa sebuah kantong kresek hitam di tangannya.
"Bisa - bisanya kau menuduhku seperti itu," balas Hans melangkahkan kakinya mendekat pada wanita muda itu.
"Aku bertanya. Jika memang bukan pencuri, kau hanya perlu menjawabnya bukan?"
Nada bicaranya benar - benar datar. Wajahnya juga tak menunjukkan ekspresi apa pun membuat Hans sedikit kesal sebenarnya. Tapi tetap saja, mobil itu sudah menolongnya.
Wanita itu merapikan alat - alat bengkelnya kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil mengabaikan Hans yang masih berdiri di sana.
"Minggir," kilah wanita itu.
"Maaf, ini akan sangat lancang. Tapi, bisa tolong kasih tahu aku ini di mana? Dan tolong jangan bersikap terlalu dingin seperti itu." Hans menghentikan cewek itu agar tidak masuk ke mobil.
"Aku tidak ada urusan denganmu."
"Hei, tolonglah. Aku benar - benar tersesat."
Wanita itu sama sekali tak mengindahkan. Dia masuk ke mobilnya dan mulai menyalakan mesin mobil bersiap untuk melaju.
Hans langsung berdiri di depan mobil sambil merentangkan kedua tangannya lebar - lebar. Benar - benar berusaha mencari bantuan dari wanita itu.
Lagipula, jika bukan wanita itu, siapa lagi yang bisa dia mintai pertolongan di tempat seperti itu.
"Aku yakin dia masih di sekitar sini."
Hans melotot mendengar suara itu. Itu adalah suara orang - orang yang mengejarnya.
Seketika dia langsung mengetuk - ketuk kaca mobil wanita itu sambil berteriak memohon. Dia sangat berharap kalau orang - orang itu tidak sampai menangkapnya. Sayangnya, tak ada reaksi apa pun dari cewek itu.
Bahkan, mobil mulai bergerak maju dan menjauh.
Hans langsung melompat ke selokan dan bersembunyi di sana. Dengan penuh rasa khawatir akan tertangkap. Baginya, tidak masalah kalaupun akhirnya dia akan tetap berada di daerah tak kenal itu.
Tapi, setidaknya dia selamat dulu dari orang - orang yang mengejarnya.
"Permisi, kalian mencari apa?"
Hans mendengar suara wanita muda itu lagi. Dengan hati - hati, dia mengintip dan benar saja. Mobil wanita itu kembali mundur dan bertanya pada wanita itu.
Masalahnya, wanita itu orang asing. Jadi, bisa saja Wanita itu mengatakan di mana keberadaan Hans.
"Kami mencari seorang pria tinggi, bola matanya sedikit berwarna kelabu," jawab salah seorang pengejar Hans.
"Ah, aku melihatnya berlari ke ujung jalan ini. Kalian bisa mencarinya ke sana." Wanita itu berbohong untuk Hans?
Benarkah? Hans bahkan sempai menganga mendengar kebohongan itu. Maksudnya, dia sudah mencoba mempersiapkan diri kalaupun pada akhirnya dia tertangkap karena wanita itu memberi tahu keberadaannya.
Tapi ternyata dia salah. Wanita itu ternyata malah menyelamatkannya bahkan rela berbohong. Padahal jelas, dia melihat Hans melompat ke selokan tadi.
"Aku akan memberimu tumpangan sampai depan. Kau bisa menolaknya," kata wanita itu.
Hans langsung melompat keluar dan masuk ke mobil wanita itu dengan rasa lega.
"Terima kasih. Siapa namamu?" tanya Hans.
"Apa itu penting?"
"Barangkali kita berjodoh."
"Aku tidak suka pria buronan."
Hans menyeringai kecil, "Kau itu sadis sekali."
"Aku Viona."
Hans mengangguk mengerti. Namanya indah. Dan lagi, sepertinya Viona bukan wanita yang buruk. Faktanya, dia benar - benar mau memberi tumpangan pada Hans.
Mobil terhenti di jalanan yang sudah cukup ramai, "Turun. Aku hanya menerima tumpangan sampai sini."
"Apa aku boleh menumpang di rumahmu? Setidaknya dua atau tiga hari?"
"Hah?! Tentu saja tidak. Selain aku tidak memiliki kamar lebih, aku bukan orang kaya. Jadi -"
Hans menyodorkan beberapa lembar uang kepada Viona. Membuat Viona terkejut karena itu bukan uang Indonesia. Itu seperti uang dari luar negri.
Dia menerimanya dan memperhatikan dengan seksama. Benar itu bukan rupiah melainkan euro. Uang dari eropa.
"Kau cukup kaya ternyata," gumam Viona.
"Itu uang terakhirku kurasa."
"Baiklah. Tetap saja, kau memiliki aturan selama tinggal di rumahku."
Hans mengangguk setuju. Ya, tidak masalah dengan peraturan. Rasanya aman saja dia bisa memiliki tempat tujuan untuk rasa amannya selama di sana. Entah kenapa, sejak ke Indonesia dia mendapatkan begitu banyak masalah.
Dia bahkan tidak tahu di mana tempat tinggal saudaranya.
"Uang itu cukup banyak. Aku bisa mendapat semua fasilitas yang ada 'kan?" tanya Hans memastikan.
"Tentu."
"Termasuk kebutuhan malamku?" [ ]
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Raisa Aquila Nazara gadis berusia 25 tahun yang sedang mengalami masa sulit. Cantik, pintar, hangat dan menyenangkan Raka Mirza Bramantyo CEO muda berusia 27 tahun. Tampan, cerdas, baik hati, suka menolong, tapi player. Keduanya tak sengaja bertemu dalam sebuah insiden yang sangat menarik. Raisa yang dijebak oleh Helena, ibu dari kekasihnya malah justru berakhir dalam satu kamar dengan Raka. “Apa yang sudah kamu lakukan padaku?” tanya Raisa. “Kamu bertanya apa yang sudah aku lakukan? Memangnya kamu lupa dengan apa yang semalam sudah kita lakukan? “Kamu merayuku, menggoda diriku dan kamu...._” “Cukup!!” Raisa tahu apa yang selanjutnya terjadi antara dirinya dan Raka. Sudah pasti itu adalah hal yang memang seharusnya tidak terjadi. Bagaimanakah selanjutnya perjalanan hidup mereka? Akankah satu malam bersama menjadi awal dari kebersamaan mereka?
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?