/0/16861/coverbig.jpg?v=1d79d5c8d1067177e47366859cdb07d3)
"Saya akan bantu lunasi biaya operasi Andra. Tapi dengan satu syarat," ucap wanita tua itu pada Alana. "Apa syaratnya, Ma?" "Tinggalkan Andra, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupannya!" Demi kesembuhan Andra, Alana rela meninggalkan suaminya itu dalam keadaan hamil. Andra sangat kecewa dan menyangka kalau Alana sengaja meninggalkannya. Hal itu membuat Andra membenci Alana dan akan membuat perhitungan saat mereka bertemu lagi nanti. Namun bagaimana jadinya jika mereka bertemu ketika Alana telah memiliki anak berusia tujuh tahun?
"Saya akan lunasi biaya operasi suami kamu. Tapi dengan satu syarat," ucap seorang wanita tua yang masih terlihat cantik itu pada Alana. Wanita tua itu bernama Nita.
"Apa syaratnya, Ma?" tanya Alana dengan tubuh yang basah kuyup.
"Tinggalkan Andra. Dan pergi sejauh mungkin dari kehidupannya."
Bola mata Alana membeliak. Ia terkejut dengan syarat yang diucapkan oleh ibu mertuanya. Meninggalkan Andra? Bagaimana mungkin.
Andra adalah suaminya. Terlebih saat ini lelaki itu sedang terbaring lemah di rumah sakit.
"Tapi aku tidak bisa melakukan itu, Ma. Aku tidak bisa meninggalkan Andra. Dia suamiku dan dia sangat membutuhkanku saat ini."
"Andra anakku. Aku bisa merawatnya dengan baik," tukas Nita cepat. "Dulu aku yang membesarkannya. Tapi setelah dewasa, dia malah jatuh ke dalam jerat perempuan miskin seperti kamu dan memilih pergi dari rumah ini. Sekarang lihat apa yang terjadi pada Andra? Kamu hanya bisa membawanya hidup susah. Kamu membuat Andra menderita. Jadi sebaiknya kamu tinggalkan dia. Biarkan Andra hidup bahagia dengan wanita yang lebih baik dari kamu," lanjut Nita dengan nada tinggi.
Alana menggeleng. Berpisah dengan Andra? Membayangkannya saja Alana tidak sanggup.
Hujan masih mengguyur dengan deras, Alana hanya dibiarkan berdiri di depan pintu rumah. Sebab Nita tak akan pernah membiarkan Alana menginjakkan kaki di rumahnya yang megah.
"Aku dan Andra saling mencintai, Ma. Tolong jangan berikan syarat seberat ini. Aku berjanji akan berusaha membahagiakan Andra. Tolong jangan minta kami untuk berpisah. Apalagi saat ini aku sedang mengandung cucu Mama," mohon Alana sambil menangis. Ia mengusap perutnya.
"Andra sudah tahu kamu hamil?" tanya Nita menyelidik.
Alana menggelengkan kepalanya. "Belum, Ma."
"Bagus. Kalau begitu gugurkan," cetus Nita tanpa perasaan.
Mata bening Alana membola, ia menggeleng dengan cepat.
"Tidak, Ma. Aku tidak mau membunuh bayi ini. Ini buah cinta kami, dia tidak berdosa."
Nita berdecih dengan kesal. "Andra itu lelaki sehat. Dia masih bisa mendapat banyak anak dari wanita lain. Kalau kamu benar-benar sayang pada anak saya dan ingin dia sembuh. Maka tinggalkan dia dan pergi jauh dari kehidupannya. Hanya itu."
Alana mengusap air matanya, kepalanya terangkat dengan wajah memohon.
"Aku tidak bisa meninggalkan Andra, Ma. Aku mencintainya," ucap Alana.
Nita menyunggingkan sebelah sudut bibirnya. Tanda ia mengejek.
"Terserah kalau kamu tidak mau meninggalkan anak saya. Maka silahkan cari uang ke tempat lain," ucap Nita lalu membalikan tubuhnya hendak masuk ke dalam rumah.
Alana terhenyak mendengar perkataan ibu mertuanya. Kemana lagi Alana harus mencari uang untuk biaya operasi Andra? Ia tidak memiliki sanak saudara untuk dimintai pertolongan. Sementara operasi Andra harus segera dilakukan malam ini juga. Jika tidak, nyawa Andra dalam bahaya.
Maka sebelum Nita benar-benar menutup pintu, dengan cepat Alana menahannya.
"Tunggu, Ma."
"Ada apa lagi?" sentak Nita.
"Aku, aku bersedia meninggalkan Andra," putus Alana pada akhirnya. Nita langsung menyunggingkan senyum kemenangan. "Tapi tolong bantu biayai operasinya, Ma. Dokter bilang Andra harus dioperasi secepatnya," lanjut Alana.
Sebagai seorang istri, Alana tahu ini pilihan yang berat. Meninggalkan suami yang dicintai dengan keadaan hamil. Tapi apa yang bisa Alana perbuat? Saat ini hidup dan mati Andra bergantung padanya.
***
Alana terduduk di depan ruang operasi Andra, ia meremas buku jarinya dengan erat. Sementara salah satu tangannya memegang sebuah map yang harus ia tandatangani.
"Cepat tanda tangan! Kenapa lama? Kamu mau Andra lebih lama lagi mulai operasinya?" sentak Nita yang berdiri melipat kedua tangannya di depan Alana.
Alana mendongkak menatap Nita. Namun ibu mertuanya itu sama sekali tidak peduli dengan matanya yang sembab. Alih-alih pada janin yang sedang dikandungnya.
'Maafin aku, Ndra. Aku terpaksa menandatangi surat cerai ini demi kesembuhan kamu. Sekali lagi aku minta maaf, Ndra. Aku cinta kamu,' ucap Alana dalam hati.
Sebelum kemudian ia menggerakan tangannya untuk membubuhkan tanda tangan di atas kertas itu. Surat cerai yang telah dipersiapkan oleh ibunya Andra.
Melihat tangan Alana yang bergetar, senyum puas langsung tergambar di wajah Nita. Ia senang karena akhirnya Andra dan Alana berpisah. Maka Nita bebas menjodohkan Andra dengan wanita pilihannya.
"Sudah, Ma," ucap Alana pelan setelah ia selesai menandatangani surat cerainya.
Nita merebut map itu kasar. Lantas senyumnya semakin lebar saat melihat tandatangan Alana di sana.
"Bagus. Sekarang kamu pergi dari sini," usir Nita.
Alana bangkit berdiri dan menggeleng.
"Biarkan aku menunggu sampai operasi Andra selesai, Ma. Aku mau tahu pasti keadannya."
"Andra akan baik-baik saja. Sekarang kamu tepati janji kamu. Pergi sejauh mungkin dari hidup anak saya. Jangan pernah tunjukan batang hidungmu sedikitpun di depan Andra. Dan satu lagi, besok pagi kamu harus sudah mengosongkan kontrakan kalian. Karena saya tidak mau Andra mencari kamu ke tempat kumuh itu," sentak Nita memberi peringatan. Lalu mendorong Alana hingga mundur beberapa langkah ke belakang.
"Ma, aku akan pergi Ma aku janji. Tapi aku mau tunggu sampai operasi Andra selesai. Biarkan aku tetap di sini dulu. Aku mau tunggu Andra, Ma."
"Satpam!" Nita berteriak memanggil keamanan. Alana menggeleng dan terus memohon pada ibu mertuanya.
Tak lama seorang lelaki berseragam keamanan datang menghampiri Nita.
"Iya, Bu."
"Perempuan ini membuat kegaduhan di depan ruang operasi anak saya. Tolong seret dia keluar!"
"Baik, Bu. Ayo, Mbak. Ikut saya keluar." Satpam itu menarik tangan Alana.
"Tidak mau. Andraa! Andra! Ma, aku mau tunggu Andra Ma."
Alana terus berteriak. Namun Nita sama sekali tidak peduli. Ia tersenyum senang melihat Alana terus diseret keluar.
"Akhirnya, saya bisa juga pisahkan kamu dengan Andra. Anak saya tidak pantas bersanding dengan perempuan miskin seperti kamu, Alana," ucap Nita sambil berpangku tangan.
***
Jarum jam di dinding rumah sakit menunjukan pukul dua pagi.
Nampak seorang lelaki bertubuh tegap dan jangkung terbaring lemah di sebuah ranjang. Perlahan jari-jemarinya bergerak lembut. Bergetar seolah ingin menunjukan kalau ia telah sadar.
Meski berat, lelaki itu berusaha membuka kelopak matanya sedikit. Maka langit-langit rumah sakit menjadi pemandangan pertama yang ia lihat.
"Al-ana.."
"Alana.."
Suaranya bergetar memanggil nama wanita yang begitu ia cintai. Matanya menatap sekeliling, tapi ia tidak melihat siapapun di dalam ruangan ini. Kemana Alana?
"Alana!"
Kini ia memanggil dengan suara yang agak keras. Hingga membuat Nita dan suaminya yang sedang tidur di sofa, terbangun. Mereka terkejut mendengar Andra berteriak memanggil-manggil Alana. Nita dan Darma-suaminya, langsung menghampiri Andra saat melihat lelaki itu hendak bangkit untuk turun dari ranjangnya.
"Andra! Kamu tidak boleh turun dulu. Kaki kamu masih sakit. Bekas operasi kamu belum sembuh betul, Ndra!" Nita menahan lengan Andra dengan panik.
"Istirahat, Andra. Dokter menyarankan kamu jangan terlalu banyak bergerak," Darma menambahkan. Sembari membetulkan posisi Andra agar berbaring dengan benar.
"Di mana Alana, Ma? Pa? Kenapa Andra tidak melihat dia?"
Nita berdecak dalam hati. Orang pertama yang Andra tanyakan pasti Alana. Sepertinya wanita itu sudah berhasil menguasai hati dan pikiran Andra.
Darma pun memasang wajah malas saat mendengar nama Alana. Menurutnya, nama Alana bahkan tak pantas untuk sekadar disebut-sebut di dalam keluarga mereka.
Kedua orang tua Andra memang sangat membenci Alana, karena mereka menganggap kalau Alana sudah membuat Andra memilih meninggalkan rumah demi menikah dengannya.
Padahal dulu Andra sudah mau dijodohkan dengan anak rekan bisnis mereka. Tetapi Andra menolaknya dengan tegas. Lantas pergi dari keluarganya, dan menikah tanpa restu dengan wanita miskin seperti Alana.
"Ma? Aku sedang bertanya. Di mana Alana?"
"Alana sudah pergi, Ndra," Nita menjawab pelan. Sambil menampilkan wajah sedih di depan Andra.
"Pergi? Pergi bagaimana maksudnya?" Andra bertanya panik.
"Dia pergi meninggalkan kamu bersama laki-laki lain." kali ini Darma yang menjawab.
Dan kening Andra berkerut mendengarnya. Papanya bilang kalau Alana pergi bersama laki-laki lain? Tidak! Andra tidak akan percaya itu sedikitpun.
Alana sangat mencintainya. Mana mungkin ia akan tega meninggalkan Andra? Orang tuanya pasti bohong. Alana tidak pernah meninggalkannya.
Jika berkenan, mampir ke novelku yang lainnya yuk! Siapa tahu ada yang kalian suka.
Judulnya:
1. CEO in My Bed
2. Gadis yang Ternoda
3.Salah Pilih Pengantin.
Fauzan sangat mencintai Rani. Namun sebuah kesalahpahaman justru membuat Fauzan terpaksa menikahi Zahra, kakak kandung Rani. Bagaimana kisah Fauzan dan Rani selanjutnya? Dapatkah mereka hidup bersama atau justru mereka akan benar-benar menjalani kehidupan mereka masing-masing?
Kesalahan satu malam yang membuat Leanna hamil, mau tak mau Dean membatalkan pernikahannya dengan Trisha. Namun kebencian di hati Dean masih tetap membara pada Leanna. Dean menganggap Leanna lah penyebab ia kehilangan Trisha. Mampukah Leanna meluluhkan hati Dean? Apakah rasa cinta akan hadir di dalam pernikahan mereka?
"Athalia! Apa kau masih perawan?" tanya Mahesa. "Aku pastikan adikmu akan mendapatkan perawatan sampai sembuh. Tapi kau harus jadi teman tidurku selama satu bulan," lanjutnya membuat bola mata Athalia membeliak. Kelamnya masa lalu telah membentuk Mahesa menjadi seorang lelaki yang sangat tidak percaya dengan yang namanya cinta. Itu sebabnya ia kerap memandang rendah pada wanita. Tetapi Athalia hadir dengan membawa segala ketulusan yang ia punya. Akankah Athalia mampu membuat Mahesa percaya bahwa cinta itu nyata?
"Kita memang sudah menikah, tetapi bukan berarti aku akan sudi menyentuhmu. Sampai kapanpun, yang memiliki hatiku hanya Karin," tegas Gama menyorot Hera dengan tatapan tajamnya. Menjadi yatim piatu setelah ditinggalkan kedua orang tuanya, Hera diminta menjalankan wasiat dari sang ayah, yaitu menikah dengan duda tampan namun tak berperasaan bernama Gama Dirgantara. Gama tak pernah menganggap Hera sebagai istrinya. Sampai suatu malam, ia menyentuh Hera dalam keadaan mabuk. Akankah Gama dan Hera mampu menyelamatkan pernikahan mereka?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Semua ada hikmahnya. Belajarlah dari cerita ini agar terhindar dari berselingkuh atau diselingkuhi pasangan