Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Terpaksa Menikah Dengan Pria Buta
Terpaksa Menikah Dengan Pria Buta

Terpaksa Menikah Dengan Pria Buta

5.0
116 Bab
5.3K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Bagaimana rasanya jadi pria buta? Bagaimana rasanya menjadi orang yang tidak berarti buat keluarganya? Semua di rasakan oleh Cho Bae-Hyun, seorang pria tampan, kaya raya dan dikenal sebagai orang terpandang karena pria itu berasal dari keluarga Bae. Tapi sayang, fisiknya tidak sempurna, dia mengalami buta permanen. Sehingga keluarganya memutuskan untuk menikahkan pria itu dengan gadis muda dari keluarga Eun. Karena bagi keluarganya, Bae-Hyun hanyalah seorang yang menyulitkan bagi mereka. Meskipun ia ingin membalas semua, ada seorang yang menahannya untuk tidak melakukan hal yang tidak diinginkan. Bae-Hyun kira setelah menikah, dirinya akan menjadi beban untuk gadis itu. Ternyata salah, gadis itu menjadi pengganti Kakeknya dan matanya. Dia yang selalu menemaninya setiap dia berada. Bukan sampai di situ saja, banyak masalah, cacian, siksaan, yang harus mereka lewati. Apa mereka akan bertahan sampai masalah mereka terpecahkan satu-persatu?

Bab 1 1. Bertemu Dengan Tuan Bae-Hyun

Bagaimana rasanya jadi pria buta?

Bagaimana rasanya menjadi orang yang tidak berarti buat keluarganya?

****

Cho Bae-Hyun, pria tampan dengan mata coklatnya yang terlahir di Seoul-Korea selatan. Banyak yang suka dengan tempat itu, terutama dirinya. Bisa di bilang tempat itu sangat damai, bahkan jarang yang tinggal ditempat tersebut.

Alasan lainnya, dirinya tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang yang berada dilingkungannya, maka dari itu dia bertahan di rumah warisan dari Kakeknya itu.

Dulu, banyak yang mengagumi pria tersebut, karena ketampanannya dan kekayaannya.

Setelah kejadian beberapa bulan yang lalu, yang menimpa dirinya. Akhirnya banyak perempuan yang tidak menginginkannya dikarenakan dirinya sudah buta permanen. Mulai dari itu, dirinya tidak ingin mengenal perempuan jika mereka hanya memanfaatkannya saja.

Menjadi pria buta sangat tidak menyenangkan, itu yang dirasakan oleh Cho Bae-Hyun. Semua sangat gelap, dia tidak bisa melihat apapun dari tempat yang ia singgahi bahkan wajah keluarganya sendiri. Dia ingin seperti orang lain, seperti pria yang normal dan bisa kerja kembali menjadi CEO di perusahaan sebelumnya.

Semua berawal dari kecelakaan yang berujung maut sewaktu acara party yang dilaksakanan di kediamannya. Air keras di dalam gelas yang di bawa oleh Mamanya membuat dirinya buta untuk selama-lamanya. Entah itu disengaja atau tidak. Dia tidak pernah menganggapnya serius, tapi jujur saja dia sangat kecewa dengan perlakuan Mamanya itu.

Bukan hanya kehilangan itu saja, tetapi dirinya juga kehilang Kakeknya yang pernah menjadi teman ceritanya. Karena pembunuhan secara sengaja oleh seseorang yang diam-diam masuk ke dalam rumahnya.

"Ma, Pa, lebih baik Bae-Hyun saja yang menikah dengan gadis itu, aku sudah mempunyai kekasih Ma." Bae-Jeon terus memohon untuk menunda pernikahannya dengan gadis yang di maksud.

"Lagipula Ga-Eun tidak akan melihat wajah asliku bukan?" lanjutnya.

"Benar juga ya? Pa? Kita nikahkan saja si buta itu," saran Kim-Aera, selaku Mama dari Bae-Hyun.

Jun-Bae mengangguk kecil, sesekali memungutkan wajahnya. "Benar juga, kita nikahkan si buta saja. Papa setuju sama kalian," kata Jun-Bae menatap mereka, pertanda dirinya mengiyakan. Tentunya membuat mereka tersenyum puas dengan pernyataan dari Papanya.

Suara bisingan dari bawah, yang membuat Bae-Hyun semakin penasaran. Terdengar sangat samar, tapi dirinya yakin kalau mereka sedang membicarakan dirinya.

"Ya, kau tidak perlu khawatir. Lagipula kalian saudara kembar. Biarkan Bae-Hyun menikah dengan Ga-Eun."

Menikah? Apa yang mereka bicarakan? Batinnya.

Bae-Hyun menghentikan langkahnya saat sampai di bawah tangga.

"Apa yang kalian bicarakan hah?" tanya Bae-Hyun dengan nada tidak suka.

"Ah, saudaraku. Tidak-- kita hanya mempersiapkan pernikahanmu dengan keluarga Eun," ujar seorang pria yang mirip dengannya, siapa lagi kalau bukan Bae-Jeon, saudara kembarnya.

"Pernikahan?" Bae-Hyun meringis kecil.

"Iya Sayang, kita tidak perlu mengurusmu lagi, kalau kau sudah mempunyai istri," lanjut Aera selaku Mama kandung mereka.

"Jangan main-main soal pernikahan, Ma. Lagipula, aku tidak mengingikan semua itu."

Aera meringis kecil, lalu memalingkan wajahnya sekilas. "Keras kepala," gumamnya.

"Kita tidak main-main anakku. Dan ini demi kebahagiaanmu, bukan begitu Pa? Bae-Jeon?"

"Terus saja begitu Ma," batin Bae-Hyun.

Bae-Jeon dan juga Jun-Bae mengangguk mantap. "Benar!"

"Sudahlah Sayang, kau ituti kemauan kami okay, kau akan bahagia nanti," ujar Aera sembari mengusap bahu Bae-Hyun dengan lembut.

"Lihatlah Ma, Bae-Hyun, aku mempunyai gambar Ga-Eun."

"Ouh-- Sayang sekali ya, kau tidak bisa melihatnya," ujar Bae-Jeon sesekali menatap saudaranya itu. Sedikit ketawa kecil, seperti meremehkannya.

Bae-Hyun tersenyum getir mendengarkan ucapan saudaranya barusan. "Picik," gumamnya.

Pasalnya, pernikahan adalah sesuatu yang berlangsung selama sehidup sekali, dan Bae-Hyun tidak suka memainkan itu semua.

Bahkan dirinya tidak mengenali seseorang yang akan dijodohkan oleh keluarganya, gadis muda dari keluarga Eun.

"Ga-Eun, gadis ini sangat anggun, dan dia sangat ramah. Wajahnya lumayanlah, dia dari keluarga Eun. Pasti kau pernah mendengarnya," jelas Aera.

"Tidak."

Bae-Hyun menghela napasnya dengan pelan. "Sampai kapan kalian memaksaku seperti ini hah?"

Sampai kau sudah menghilang dari dunia ini, Bae-Hyun. Batin Bae-Jeon, menyunggingkan senyuman getirnya.

"Siapa yang memaksamu?" timpal Bae-Jeon dengan nada santainya.

"Iya, kita tidak pernah memaksamu Bae-Hyun. Lagipula ini demi kau Bae-Hyun," lanjut Jun-Bae selaku Papa dari Bae-Hyun.

Bae-Hyun menghela napasnya dengan pelan. "Percuma berbicara sama kalian," desisnya, sebelum ia melangkah pergi dari hadapan mereka.

***

Brak! suara pintu mobil sempat terdengar keras di telinga Bae-Hyun, sehingga membuat sebagian penjuru jalanan melihat ke mobil tersebut. Dan siapa kira, kalau pria itu akan di turunkan di tempat yang tidak pernah dia kunjunginya.

"Ada apa? Kenapa aku diturunkan di sini?" tanya Bae dengan wajah bertanya-tanya.

Sebenarnya pagi itu, Bae-Hyun ingin keluar dari rumahnya itu, keluar dari jebakan setan di rumah tersebut, sekalian mencari kucing kesayangannya yang sudah seharian menghilang. Tapi, tidak disangka dirinya diturunkan di tempat yang asing?

"Maaf, Tuan. Ini keinginan Nyonya," ujar salah satu bodyguard dengan ramah sebelum mobil itu pergi begitu saja.

Bae-Hyun mengkerutkan keningnya, lalu menggertakkan giginya. "Sial, kenapa mereka mau saja disuruh oleh nenek lampir itu," gertaknya dengan kesal. Kakinya melangkah ke arah jalan raya. Pikirannya sangat kacau, wajahnya sangat marah, kesal dan ah-- tidak bisa dibayangan bagaimana perasaan Bae-Hyun saat ini.

"Tuan! Awas!" jerit seorang gadis, lalu menarik pria itu hingga menepi.

Napas Ga-Eun terengah-engah, matanya menatap pria tersebut dengan lekat. Memastikan pria itu tidak kenapa-kenapa. Tangannya dilambaikan di depan mata pria tersebut.

"Apa? Kau pasti akan bilang. Kenapa aku buta?" tanyanya dengan santai. Jujur saja, meskipun dirinya buta, tapi dia masih merasakannya.

Ga-Eun menyimpan tangannya di belakang punggungnya sembar menerjapkan matanya. "Ti--tidak kok, bukan begitu."

"Hati-hati," lanjutnya.

Bae-Hyun tersenyum simpul, lalu mengulurkan tangannya. "Terimakasih, aku berhutang budi denganmu."

Ga-Eun membalas ulurannya, lalu tersenyum kikuk. "Engh, iya."

"Tuan Bae bukan?" tanya Ga-Eun dengan spontan.

Bae-Hyun sempat terdiam. "Kau kenal denganku?"

Ga-Eun menegukkan ludahnya gugup, lalu menganggukkan kepalanya. "Iya, aku sering mendengarkan keluargaku berbicara. Jadi, aku sering mendengarkan namamu."

Ga-Eun meringis pelan.

"Namamu siapa? Ah--ya bisa minta tolong?"

"Minta tolong? Boleh. Mau minta tolong apa?"

"Bawa aku ke halte. Aku akan menunggu bus di sana, kalau kau tidak keberatan."

Ga-Eun menerjapkan matanya. "Ah- Okey. Aku tidak keberatan kok, aku akan membantumu." Ga-Eun memapah tubuh pria itu menuju ke halte yang tidak jauh dari tempat tadi. Pandangannya tidak berhenti menatap Bae-Hyun.

"Apa benar dia Tuan Bae-Hyun yang dimaksud dengan Mamaku?" batin Ga-Eun terus memastikannya terus memandangi wajah tampan pria tersebut.

"Kenapa kau bisa di sini sendirian? Harusnya kau tetap stay di rumahmu?" tanya Ga-Eun hati-hati. Dia pernah mendengar, kalau dirinya harus berhati-hati kalau berbicara dengan keluarga Bae.

"Harusnya begitu, tapi aku sedang mencari kucingku."

"Kucing? Mencari sendiri?"

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY