Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Pesona Gadis Camilan
Pesona Gadis Camilan

Pesona Gadis Camilan

5.0
38 Bab
4.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

WARNING! (ONLY 21+) Nathalie Benoit memilih untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan rintangan. Ia sudah terkenal di kalangan wanita-wanita dunia gelap, gadis nomor satu di Santa Marie, Los Angeles. Akan tetapi, kehidupan yang dulunya selalu beruntung, seketika ditimpa kesialan saat ia bertemu dengan Adam Connor, pria kaya yang dirumorkan impoten. Pria itu membuat hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat, lantaran terkena skandal yang menjengkelkan. Akankah ia mampu melewati semua rintangan itu? Atau ia malah pasrah dengan berita-berita simpang siur tentang dirinya dan Adam?

Bab 1 Hanya Sebagai Kudapan

Gadis camilan, itulah sebutan untuk gadis bermata bulat yang kini tengah duduk di sebuah bar sambil menikmati minumannya. Seperti definisi camilan pada umumnya, ia hanya dijadikan kudapan dan makanan ringan oleh mereka yang memiliki kekayaan yang berlebih. Nathalie tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan seperti ini. Awalnya ia selalu dirundung kekurangan sebelum bertemu dengan Cristy—mucikari yang mengenalkannya pada dunia gelap tersebut. Akan tetapi, ia akhirnya sadar bahwa pekerjaan yang ia geluti memanglah menyenangkan.

Siapa yang akan menolak untuk mendapatkan uang sekaligus kenikmatan duniawi. Meskipun ia kerap mengalami hal yang tak terduga dari setiap pelanggannya, hal itu bukanlah sesuatu yang akan membuatnya mundur. Demi uang ia rela melakukannya, mendapat pelanggan yang kasar dan memandangnya rendah sudah biasa ditemukan. Bahkan ada yang meninggalkannya sebelum ia mencapai puncak kenikmatan.

Nathalie kerap dipesan oleh pria lajang, seorang duda, atau pejabat, tetapi ia tak akan mau memenuhi kemauan dari pria yang telah menikah atau memiliki tunangan. Itulah perjanjiannya dengan Cristy, ia tak mau menjadi budak pemuas nafsu dari pria yang telah memiliki pasangan. Dia benci akan fakta itu. Mengapa pria yang beristri mencari kepuasan di tempat lain? Padahal, mereka sudah memiliki pemuas nafsunya sendiri yang bisa digunakan setiap saat, kapan pun yang ia mau.

“Kau datang sendiri?” tanya Brandon, sang bartender yang tadinya meracik minuman gadis itu.

“Hmm, seperti yang kau lihat. Aku tak punya teman sama sekali.” Senyum kecut itu terpatri di bibir mungilnya.

Menjadi gadis camilan membuatnya tidak ingin bersosialisasi—bukan karena malu–sebab waktunya lebih banyak digunakan untuk melayani orang-orang yang membutuhkan jasanya. Nathalie sama sekali tak pernah merasa malu akan pekerjaannya. Ya, siapa yang akan menegur pekerjaan tersebut. Los Angeles sudah terkenal akan hal itu. Seks sudah menjadi hal yang lumrah. Bahkan anak-anak berusia lima belas tahun pun sudah kehilangan keperawanan mereka.

Seseorang duduk di sampingnya, meminta rum pada bartender dan menatap intens gadis berambut hitam legam yang sangat jarang ditemui di sini.

Nathalie terusik. Awalnya ia tak peduli dengan orang yang baru saja duduk di sampingnya, tetapi pria itu jelas terang-terangan menatapnya bak tatapan predator.

“Apa yang kau lakukan? Kau seperti pemangsa.”

“Ayolah, Nathalie. Apa kau melupakanku?”

Nathalie menajamkan pandangan, wajah pria itu tidak terlalu jelas, akibat lampu bar yang temaram. Saat lampu disko mengenai sedikit wajahnya, ia akhirnya sadar siapa yang ada di dekatnya. Adam Connor, pria yang mendapat julukan impoten, tetapi ternyata rumor itu salah. Nathalie kembali mengingat apa yang sudah terjadi beberapa hari yang lalu, pria itu merobek dirinya, menembus dengan penuh kelembutan. Ia menyadari bahwa dirinya menginginkan pria itu. Namun, satu hal yang menjadi penghalang, Adam Connor merupakan merupakan anak komisaris salah satu perusahaan besar yang telah memiliki tunangan—ya, meski rumor impotennya membuat si wanita berniat membatalkan pertunangan itu. Siapa yang akan menikahi laki-laki impoten?

“Ya, anggap saja seperti itu, pelangganku yang lain sepertinya lebih tangguh, sehingga aku melupakan tentang dirimu.” Nathalie meremas rok selututnya, ia kembali berbohong.

Rahang Adam mengeras mendengarnya. Baru kali ini ia mendapat hinaan dari seorang gadis. Namun, seringai jemawa-nya tiba-tiba terpatri.

“Cih, kau berbohong, Nathalie. Kau tak memiliki pelanggan lain setelah aku tidur bersamamu.”

Pupil Nathalie membulat. Perkataan Adam benar adanya. Sudah seminggu terakhir ini tak ada laki-laki yang ingin bersamanya. Ia sudah bertanya pada Cristy, tetapi gadis tua itu malah mengatakan bahwa ia juga tak tahu apa-apa.

“Apa ini ulahmu?” suara gadis itu meninggi. Ya, Adam Connor bisa melakukan itu. Dia bisa membayar Cristy untuk menyabotase semua kliennya. Namun, untuk apa? Adam tidak memiliki alasan yang kuat untuk melakukan semua itu.

“Aku tak mengerti maksudmu, Sayang. Aku hanya menebak dan sepertinya tebakanku benar.” Lagi-lagi senyuman licik itu terlihat di bibirnya.

Nathalie mengerang kesal. Ia menatap Ada dengan penuh amarah. Meskipun pria itu mengatakan bahwa ia tak memiliki sangkut paut dengan kehidupannya sekarang, tetapi dia bisa menebak, bahwa kesialannya berhubungan dengan Adam.

***

Seminggu yang lalu …

“Aku tak menyangka kau akan menjadikanku wanita yang paling sial, Adam.” Nathalie yang awalnya duduk di pinggiran ranjang segera berdiri, menatap Adam yang sedang menyesap rum yang sudah disiapkan oleh para pelayan di gedung ini.

“Kau akan menyesal telah mengatakan itu, Nathalie.”

“Mengapa harus aku?”

Suara Nathalie meninggi. Ia tahu siapa Adam Connor, beberapa jam sebelum pria itu masuk ke kamar kerjanya di lantai paling atas gedung ini. Salah satu gadis yang bekerja di sini mengatakan hal itu kepadanya, bahwa Adam Connor adalah pria impoten yang katanya akan datang ke gedung ini. Nathalie tak menyangka bahwa dirinyalah yang menjadi target dari pria impoten itu.

“Karena katanya kaulah nomor satu di sini,” ucapnya pelan, lalu menatap ruangan di sekelilingnya. “Dari ruangan yang luas dan megah ini, aku yakin kau mendapat banyak uang dari pelangganmu, Sayang.”

Adam mendekati Nathalie, membuat gadis itu mundur perlahan sampai punggungnya menyentak dinding.

Nathalie memaksakan tawa, ia tak boleh lengah dan terlihat lemah di depan Adam. “Kalau aku nomor satu di sini, kau mau apa?”

“Aku ingin merasakanmu, Nathalie.” Adam membelai pipi gadis itu.

Panas di pipi Nathalie merebak. “Jangan berkhayal, Connor.”

Pria itu menyeringai puas, lalu mendekatkan bibir ke telinga Nathalie. “Aku suka ekspresi itu, Nathalie.”

Nathalie memang harus dituntut untuk melakukan apa pun yang pelanggannya inginkan, tetapi ia tak ingin bermain dengan Adam Connor. Pria itu sudah memiliki tunangan—meskipun beredar kabar bahwa pertunangan Adam akan dibatalkan, tetapi hal itu belum resmi.

Gadis itu harus protes kepada Cristy, karena memberinya pria seperti Adam.

Nathalie memaksa ekspresinya berubah menjadi sedingin es. “Kau sudah memiliki tunangan. Seharusnya kau menikmati waktumu bersamanya.” Ia lalu menegakkan tubuh dan berputar mengitari Adam. “Aku tidak tertarik dengan pria yang sudah memiliki pasangan berkencan.”

“Benarkah?”

Dengan satu gerakan, Adam membawa gadis itu kembali memepet dinding. Pergelangan tangan Nathalie terbelenggu, dua lengan wanita itu terentang. “Kau benar, aku telah memiliki tunangan, jika kau berpikir bahwa wanita yang kabur itu masih bisa disebut tunangan.”

“A-apa yang—”

“Diam.” Adam menunduk, mengusapkan bibir di lengkungan pipi Nathalie, menyusuri lekuk tubuh Nathalie dengan lidah. Gadis itu beraroma cukup enak untuk dimakan, parfumnya lembut, segar, seksi, dan feminin. Ia menginginkan wanita itu, Adam menyesap cuping telinga Nathalie, beserta anting-anting diamond yang dikenakannya.

Adam mendengar tarikan napas cepat, merasakan tubuh gadis itu meregang.

“Kau … sungguh … arogan, Connor.”

“Kubilang diam.” Pria itu melepaskan pergelangan tangan Nathalie, menangkap dagu, dan menengadahkan gadis itu. Lalu ia mencium Nathalie dalam-dalam dan penuh gairah.

Nathalie berusaha melepaskan pagutan, tetapi Adam lebih kuat merengkuh tubuhnya. Ciuman pria itu lembut, tidak memaksa, dan membuat darahnya mengalir cepat. Gadis itu mengernyit, apa laki-laki impoten juga memiliki pengalaman berciuman yang hebat. Apa dia pernah bermain-main dengan wanita lain sebelumnya? Ah, mungkin saja seperti itu. Adam pernah melakukan semuanya, tetapi tak pernah sampai berakhir di ranjang.

Akan tetapi, semakin lama, ciuman itu membuat Nathalie terbuai, menginginkan lagi, dan tanpa sadar ia semakin meleleh.

Tubuh Nathalie mencair, tak ada lagi perlawanan untuk melepaskan diri, yang ada hanya gairah yang akan membawa mereka terbang bersama. Tubuh gadis itu menekan tubuh Adam, kontak tersebut mengirimkan sambaran hasrat yang berkobar di perut pria itu, membuat tubuh bagian bawahnya kencang menyakitkan, gairahnya meregang, ia ingin berada di tempat yang lebih menyenangkan.

Dalam sedetik ciuman itu menjadi kasar. Gigi menggores kulit, menggigit, mengunggis. Lidah menyerang, berbenturan, dan melilit. Adam merasakan pinggul Nathalie bergerak, mengungkapkan hasrat. Kemudian lengan gadis itu melingkari tengkuk Adam sambil merintih.

Suara rintihan Nathalie seperti bensin disiramkan ke api yang sudah bergejolak di nadi Adam. Ia mengerang merasakan kontrolnya lepas kendali. Ia tak bermaksud melakukan ini, ia mencium Nathalie untuk menghapus ekspresi angkuh dari gadis itu—ya, walaupun ia sebenarnya memang menginginkan gadis itu. Ia hanya penasaran dengan gadis yang ada di hadapannya, gadis yang ia temui di salah satu bar beberapa hari yang lalu. Gadis yang tampak cuek dan terlihat tak ingin diganggu. Ia tertarik pada Nathalie dan mencari tentang gadis itu.

Awalnya ia hanya penasaran, tetapi ia sadar bahwa dirinya tertarik dengan gadis yang memiliki sebutan sebagai gadis camilan. Adam tak peduli siapa saja yang pernah menidurinya, tetapi ia ingin merasakan Nathalie. Sekarang. Di sini.

Menelusuri kulit Nathalie yang selicin satin ke bawah dengan gigitan kecil, Adam membelai paha yang kenyal, masuk ke balik gaun malam untuk menangkup apa yang ada di dalam sana. Ia mendapatkan daerah lembab dan basah tertutupi kain satin.

Nathalie kehilangan kendali. Ia larut dalam aroma, kekokohan, dan panas bibir Adam di kulitnya. Andai ada alasan, ia seharusnya tak melakukan ini. Tuhan, ia membenci pria itu, sekaligus menginginkan pria itu, dan membutuhkannya sekarang. Ia tak pernah merasakan kenikmatan ini saat bersama pelanggannya yang lain.

Gadis itu merasakan tekanan tangan Adam di bawah sana, lututnya mulai lemas. Bukannya menepis, Nathalie justru mendapati diri mendorong mendekati tekanan tersebut dan meregangkan kedua tungkai kakinya. “Oh, Adam!”

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY