/0/13653/coverbig.jpg?v=8481f333562f0d165093041b0c70a1b3)
Setelah pemutusan sepihak yang dilakukan oleh sang kekasih, Ayana beranggapan bahwa laki-laki memang selalu sama. Ia tak ingin terjatuh ke dalam pesona kaum adam yang tak punya rasa simpati pada wanita. Bukan perkara mudah untuk melupakan rasa sakit yang mereka timbulkan. Butuh waktu yang lama untuk bangkit dari keterpurukan yang mereka ciptakan. Ayana bersumpah pada diri sendiri untuk tidak gampang terpesona dengan laki-laki mana pun. Sampai ketika ia bertemu dengan Bima Argunarta, seseorang yang pernah menjadi bagian dari masa lalu Ayana. Masa lalu yang begitu mencekam, sekaligus menyesakkan.
Kulirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Pemberian dari orang istimewa di ulang tahunku yang ke dua puluh enam tahun, tepat sebulan yang lalu. Meski bukan barang branded, aku tahu bahwa ada perjuangan yang tak main-main di baliknya. Ada keringat hasil jerih payah dari seorang pria yang sangat kuhargai.
Arka Mahesa, pria sederhana yang mampu memikat hatiku. Memperlakukanku layaknya seorang ratu, dan selalu memberikan perhatian yang selama ini kuidamkan. Dia sangat dewasa, pengertian, dan humoris. Sosok yang sangat cocok untuk diriku yang membutuhkan candaan di sela kesibukan yang sangat melelahkan.
Meski jarang bertemu, hal itu bukanlah penghalang bagi hubungan kami. Aku dan dia sudah berkomitmen untuk setia dan tak akan mengecewakan satu sama lain. Meski banyak perbedaan yang kerap menjadi bumerang di hubungan ini, tetapi kami berusaha untuk tetap kuat dan tegar melewatinya. Ya, slogan 'badai pasti akan berlalu' selalu menjadi penguat dan penyemangat yang entah sampai kapan akan bertahan.
Banyak orang di luar sana yang menyayangkan hubunganku ini. Katanya Arka bukanlah pria yang cocok untuk diriku yang sudah memiliki segalanya. Mereka tak tahu bahwa ada satu hal yang bisa kudapatkan setelah bersama dengan Arka, yaitu kebahagian dan arti kasih sayang yang sesungguhnya.
Sejak kecil aku selalu ditinggalkan orang tua ke luar kota, sehingga hanya bibi pengasuh yang menemani hari-hariku. Aku tak pernah merasakan tidur bersama orang tua, seperti yang kerap diceritakan oleh teman sebayaku. Aku tak pernah dibacakan dongeng sebelum tidur, juga tak pernah merasakan keharmonisan yang selalu dielu-elukan oleh orang lain.
Mereka tak tahu, bahwa yang kubutuhkan di dunia ini bukanlah semata-mata hanya uang saja, tetapi kasih sayang dari orang lain. Tak perlu orang yang berharta untuk membuatku jatuh cinta, tak perlu orang yang rupawan untuk membangunkan sel cinta dalam tubuhku, cukup Dia. Cukup dia, si pria jangkung berhidung mancung yang selalu berada di sisiku. Cukup dia, pria dengan senyuman seratus derajat celcius yang dapat melelehkan hatiku. Karena dirinya, adalah sosok yang mampu menghapus sejuta luka yang telah lama bernaung di kalbu.
Jujur, hubunganku dengan Arka bukanlah yang pertama, tetapi Arka adalah pria pertama yang membuatku yakin bahwa tidak semua kaum adam itu sama. Itu adalah kalimat yang kerap diucapkan setiap wanita kala sedang sakit hati atau dikecewakan oleh pasangannya.
Walaupun hubungan yang telah berjalan selama tiga tahun selalu dibayang-bayangi oleh orang tuaku, tetapi pria berkacamata itu masih tetap bertahan, menjadikanku yakin bahwa dirinya adalah orang yang tepat. Tak terhitung berapa kali ia mendapatkan cacian dan hinaan, membuatku kerap berselisih dengan orang tuaku sendiri yang dengan mudahnya mengatakan kalimat-kalimat kasar tersebut. Mereka bahkan mengatasnamakan agama, tetapi tutur katanya tak mencerminkan seseorang yang berakhlak mulia.
Seolah tersadar dari lamunan yang kugeluti, aku yang sedang menunggunya di taman, kembali melirik arloji. Cukup heran karena sosoknya tak kunjung datang, padahal waktu janji yang telah kami sepakati telah berlalu. Seminggu tak bertemu, membuatku sangat merindukannya. Salahkan pekerjaan, yang sepertinya dengan sengaja membuat kami berdua sulit untuk bertemu. Dia yang harus lembur di kantor barunya, sedangkan aku harus ke luar kota menjalani beberapa pemotretan.
Perasaan gelisah menghantui, bagaimana jika dirinya mengalami kecelakaan? Bagaimana jika ada masalah yang ia dapatkan selama perjalanan kemari? Pikiran negatif itu terus berputar di otakku.
Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit, hingga satu jam telah berlalu. Akhirnya dia datang juga, senyumku mengembang menyambut kedatangannya yang kusadari sedikit asing. Biasanya, dia akan melemparkan senyuman hangat sambil melambaikan tangan, dan membawakan sekuntum bunga yang menurutku sangat romantis. Namun, kali ini berbeda, tak ada senyuman, dan tak ada sekuntum mawar di genggamannya.
Ada apa dengannya? Apakah dirinya lupa? Tidak mungkin! Dia tak akan dengan mudah melupakan sesuatu yang telah menjadi kebiasaannya selama tiga tahun terakhir ini.
"Mengapa kau terlambat?" tanyaku dengan wajah gelisah.
"Ada sedikit urusan tadi," jawabnya tanpa memandang wajahku.
Dia berbeda, ada yang lain dari dirinya saat ini. Aku menatap bola matanya lekat-lekat, alisku bertaut menandakan bahwa situasi saat ini tak baik-baik saja.
"Kau punya masalah? Ada apa? Cerita sama aku?" pintaku dengan nada memohon.
Dia masih saja terdiam, menatap langit yang sedang cerah. "Kita putus saja!" tegasnya, membuatku sangat syok. Tak ada kebohongan di balik matanya, membuatku yakin bahwa dia mengucapkan kalimat sakral itu dengan serius.
Tubuhku seperti tertimpa puluhan godam, remuk, dan hancur. Ragaku seakan terbakar bak tersambar petir di cuaca yang sangat cerah. Dan hatiku seakan layu, bagai bunga yang tak tersiram. Dirinya yang menyembuhkan luka, dia pula yang menyayatnya kembali.
"Kenapa kau ingin mengakhirinya?" Pupil mataku membulat menatap tajam wajahnya.
"Aku tidak ingin menjalani hubungan tanpa sebuah restu," tuturnya dengan air muka gelisah.
"Lantas, mengapa baru sekarang, Arka!" hardikku tak terima.
"Ayana, sadarlah!" sergahnya. Suaranya meninggi, hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya. "Hubungan kita tak akan bisa berlanjut. Aku tidak akan meninggalkan tuhanku, dan kau juga seperti itu, bukan? Orang tuamu benar, tak akan ada kebaikan jika kita bersama," lanjutnya semakin membuat hatiku tersayat.
Mataku mulai berkaca-kaca, kami memang berbeda keyakinan, aku menengadah, sedang dia menggenggam tangan. Mengapa baru sekarang!? Saat aku sudah berharap akan sosoknya, dia malah dengan gampangnya menyatakan perpisahan. Seandainya dulu dia melepasku, aku mungkin tak akan merasa sesakit ini.
"Kau lelah bersamaku? Jika alasanmu hanya karena restu, mengapa tidak dari dulu kau mengakhirinya?" Air mataku sudah mengalir. Dulu, dirinya tak akan membiarkanku mengeluarkan air mata meski hanya setetes. Namun sekarang, justru dialah yang menjadi penyebab dari tangisanku ini.
"Benar katamu. Aku lelah! Mengapa baru sekarang aku rela melepasmu? Karena aku sudah tak sanggup mendapat hinaan dari orang tuamu. Aku tidak kaya, Na. Aku hanya pegawai biasa, sedangkan kau sudah memiliki segalanya. Kita berbeda kasta."
Lagi-lagi perbedaan kasta. Apa kasta sangat penting baginya? Apa orang yang memiliki kasta berbeda tak akan bisa bersatu? Apakah jodoh seseorang dilihat dari kasta dan kekayaannya? Aku ingin berteriak, mengeluarkan semua keluh kesahku selama ini, tetapi suaraku seakan tertahan di tenggorokan, sehingga aku memilih untuk diam saja.
Aku yang duduk di kursi taman, menunduk agar tak ada orang yang melihatku menangis. Apakah akhir dari hubunganku harus selalu seperti ini? Semua pria akan meninggalkanku karena ulah orang tuaku. Terkadang aku ingin hidup bebas, hidup biasa saja, tanpa kekangan orang tua. Aku sudah dewasa, mengapa mereka masih memperlakukanku seperti balita? Aku juga ingin menjalani hidup sesuai keinginanku.
"Aku minta maaf karena telah membuatmu menangis, kau pasti tahu bahwa aku juga mencintaimu. Akan tetapi, aku memilih untuk menyerah dengan hubungan ini. Carilah orang yang sepadan dan memiliki kepercayaan yang sama denganmu," sesalnya, lalu mengelus rambutku, yang mungkin akan menjadi momen untuk terakhir kalinya. "Aku akan pergi. Pulanglah!"
Akhirnya hal yang kutakutkan terjadi, dia meninggalkanku sendirian. Aku menatap punggungnya yang semakin mengecil termakan oleh jarak. Air mataku masih setia mengalir menjadi bukti betapa hancurnya perasaanku.
Dirinya pergi meninggalkan sejuta kenangan indah yang sepertinya tak akan kulupa. Kenangan bersamanya akan terngiang dan terus menjadi bukti perjalanan cinta yang indah sekaligus menyakitkan.
Kutatap langit yang cerah, saat kurasakan sebutir air mendarat di pipiku. Hujan di hari yang sangat cerah. Orang-orang berlarian, tetapi tidak denganku. Aku menikmati hujan yang mengguyur, berharap rintiknya mampu menyamarkan air mataku. Cuaca hari ini seakan mewakili hatiku. Bahagia karena bisa kembali bertemu dengannya, sekaligus sedih karena hari ini, merupakan hari terakhir untuk hubungan yang telah lama kami bina bersama.
Aku akan menerima takdirku, takdir untuk tidak bersamanya. Meski sulit, tetapi aku akan bertahan sampai cinta yang baru akan menyembuhkan luka yang ia toreh. Aku akan mencari lelaki seiman dan seamin, seperti kemauannya. Meski kutahu itu akan sangat sulit terealisasikan.
Menceritakan empat sekawan bergelar jomblo abadi, tiada henti mendambakan cinta sejati yang tak kunjung terpenuhi, padahal sudah lama menanti. Meisya, si gadis pecicilan yang menanti percikan cinta dari para senior, tetapi tak kunjung mendapat hilal. Ia memiliki paras yang lumayan cantik, tetapi sikapnya yang bar-bar membuat para lelaki menjauh sebelum memulai penjajahan cinta. Rara, gadis keturunan Jawa-Bugis, memiliki kulit hitam manis dan wajah yang mungil. Ia kerap didekati lelaki karena parasnya yang unik dan berbeda dari gadis Jakarta lainnya. Namun, tak jauh berbeda dengan Meisya. Otak Rara juga tidak genap. Dewi, adalah gadis yang sedikit normal di antara kedua gadis yang lainnya. Namun, sikapnya yang terlalu percaya diri membuatnya kerap mendeklarasikan laki-laki yang mendekat sebagai jodoh masa depan. Wawan si lelaki feminin yang lemah lembut, ingin membuat orang-orang di sekitarnya bahagia. Kepribadian yang melenceng membuat sahabatnya berusaha agar ia beralih ke jalan yang benar.
WARNING 21+ ONLY! Setelah perubahan status Nathalie—menjadi keluarga besar Hamilton—semakin banyak pria yang mulai mendekat tanpa peduli dengan masa lalunya yang kelam. Siapa yang tak tertarik dengan wanita yang digadang-gadang akan menjadi penerus keluarga Hamilton? Keluarga Kaya yang memiliki bisnis terbesar di Amerika. Ada baiknya terlebih dahulu membaca seri pertama {Pesona Gadis Camilan}
WARNING! (ONLY 21+) Nathalie Benoit memilih untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan rintangan. Ia sudah terkenal di kalangan wanita-wanita dunia gelap, gadis nomor satu di Santa Marie, Los Angeles. Akan tetapi, kehidupan yang dulunya selalu beruntung, seketika ditimpa kesialan saat ia bertemu dengan Adam Connor, pria kaya yang dirumorkan impoten. Pria itu membuat hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat, lantaran terkena skandal yang menjengkelkan. Akankah ia mampu melewati semua rintangan itu? Atau ia malah pasrah dengan berita-berita simpang siur tentang dirinya dan Adam?
Ellena Cameron, gadis muda yang frustrasi karena dikhianati kekasih, memilih untuk melepaskan keperawanan dan menghabiskan malam dengan pria asing, sebagai bentuk balas dendam karena takdir yang begitu kejam padanya. Saat dia berusaha melupakan kejadian tersebut, saat itu pula seseorang mengaku sebagai pria yang telah menghabiskan malam bergairah bersamanya. Fakta tersebut mengantarnya pada kehidupan yang sanggup membolak balikkan dunianya. William Asahavey Hamilton, pria kaya yang selalu dijodohkan dan dipaksa menikah oleh sang kakek, mengantarnya bertemu dengan seorang gadis muda yang menurutnya sedikit gila. Memberikan keperawanan secara sukarela adalah hal yang sangat tak biasa. Dia sudah sering bertemu dengan banyak wanita, tetapi tak ada yang mengalahkan eksistensi dari gadis mungil itu di matanya.
Hagia Anindita, seorang karyawan biasa, berwajah biasa, dengan kehidupan yang biasa pula, harus menerima kenyataan, bahwa hidupnya yang biasa-biasa saja diterjang ombak permasalahan yang meluluh-lantahkan segalanya. Di hari pernikahan yang dikira akan berjalan sempurna, harus dihentikan setelah seorang wanita asing mengaku bahwa ia telah mengandung anak dari pria yang baru beberapa menit menjadi suaminya. Apa yang harus ia lakukan? Mengikhlaskan berarti ia rela untuk menjanda. Namun, jika menolak dan bersikeras untuk mempertahankan hubungan, ia akan dicap sebagai wanita yang jahat karena membiarkan satu nyawa yang tak bersalah lahir tanpa seorang ayah.
Kinan Maharani tak menyangka bahwa hidupnya akan berakhir seperti ini. Menikah dengan kakak ipar sendiri adalah hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Hanya perkara sang keponakan yang harusnya memiliki seorang ibu di usianya yang sudah semakin bertambah, sehingga kedua keluarga berinisiatif untuk menikahkan Kinan dengan Rangga. Padahal, Kinan sama sekali tak menyukai Rangga, meski laki-laki itu termasuk jajaran makhluk good looking dan good rekening. Tidak etis rasanya menikahi laki-laki yang berstatus sebagai kakak ipar. Namun, siapa yang akan menolak perintah dari ras tertinggi di muka bumi ini? Emak-emak berdaster, yang galaknya mengalahkan singa sekalipun. Menolak akan dikatai pembangkang dan anak durhaka, tetapi jika menerima akan dicap sebagai gadis tak punya malu oleh para tetangga.
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Aku bingung dengan situasi yang menimpaku saat ini, Dimana kakak iparku mengekangku layaknya seorang kekasih. Bahkan perhatian yang diberikan padaku-pun jauh melebihi perhatiannya pada istrinya. Ternyata dibalik itu semua, ada sebuah misteri yang aku sendiri bingung harus mempercayai atau tidak.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."