Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Pesona Perawat Papa
Pesona Perawat Papa

Pesona Perawat Papa

5.0
5 Bab
307 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

WARNING RATE 21+. Please be awise to reading!! Santi adalah anak yang dibesarkan dipanti asuhan. Tanpa dia tahu ibu dan ayahnya seperti apa. Dia bekerja sebagai kasir di sebuah toko kue. Tiba-tiba saat dia bekerja dituduh mencuri uang kasir dan dia dipecat. Demi bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mendesak, akhirnya Santi menerima tawaran menjadi sebuah perawat di rumah besar untuk merawat orang tua yang lumpuh. Dan terpaksa Santi harus menerima pekerjaan itu. Namun, pekerjaan itu mengharuskannya dia selalu standby 24 jam. Hingga, saat Santi membantu Bimo seorang Casanova yang sedang mabuk yang juga merupakan anak dari tuan yang dia rawat. Sosok Bimo yang selalu tak pernah puas dengan orientasi seks-nya, akhirnya menemukan pelabuhan terakhirnya pada Santi. Bagaimana kisah Santi dan Bimo selanjutnya, baca no skip ya!!

Bab 1 Ngintip

Santi merasa kerongkongannya kering. Hari ini dia pulang cukup malam dari closing kasir. Dia beranjak turun dari ranjangnya untuk melepaskan hausnya.

Saat dia menenguk minuman, telinga terganggu dengan suara yang meresahkan dan dia lirik kamar sebelahnya, kamar Rina teman satu rumah barengannya, pintu kamar sedikit terbuka...

"Ah... Yang disituuuu... Enak bangettt... Lagi yanggg... Ahh ... Ah...," Suara Rina mendesah nikmat. Santi hanya bisa berdiri mematung di ambang pintu, dia melihat Rina sudah tak mengenakan baju sepotong pun. Tangannya terus meremas seprei dengan kedua pahanya yang sedang dibuka dengan lebar.

Ya, Santi melihat Rina sedang mengerang nikmat, saat seseorang sedang mengisap dan menjilati lembah miliknya. Santi menahan nafas. Jantungnya memburu tak karuan. Tiba-tiba ada yang berdenyut dibawah miliknya apalagi Santi melihat orang yang menjilati dan mengisap tadi mengangkat wajahnya. Dan itu, Riki pacar Rina, Riki memperlihatkan kejantanannya miliknya yang begitu besar. Santi sampai berdebar tak karuan setelah melihat kejantanan Riki.

Dan, bamm! Tak lama Riki menghujamkan benda tumpul tadi pada milik Rina, "Ahh... Yes... Baby... Fuck me more... Oh... Yeeesss, iya... Disitu... Enak bangettt!" Rancu Rina makin kencang, dia bahkan lupa kalo Santi jomblo yang belum punya pacar.

Santi tidak mau pacaran karena takut khilaf seperti Rina. Rina setiap hari selalu meracuni otaknya, untuk mencoba hal baru, katanya kalau udah ngerasain sekali pasti ketagihan. Apalagi Rina tau kalo Santi gak suka dekat cuwok kalo cuma mau enak-enaknya saja.

Dengan nafas Santi yang makin gak karuan. Dia buru-buru masuk ke kamarnya. Menutup pintunya rapat. Tapi, saat di tutup pun suara Rina di kamar sebelah membuatnya terganggu. Hingga tak sengaja Santi menyentuh celananya. Basah. Celananya Santi basah, dia bingung sendiri kenapa bisa basah, padahal tidak habis dari kamar mandi.

Lalu, dia menyentuhnya. Beda itu bukan basah karena dia habis buang air kecil. Celananya basah dan licin seperti ada lendir disana. Pelan Santi mencoba mengusapnya disana, entah kenapa saat dia mengusap-ngusap perlahan dan mendengarkan suara Rini di kamar sebelah membuat usapan jarinya dari pelan dan makin cepat serasa ada timbul sensasi ditubuhnya yang bergetar, geli dan enak.

Santi ketagihan menggeseknya. Ini pertama kalinya dia terbangun dan menyaksikan Rina live show saat melakukan itu. Biasanya Rina dan Riki selalu melakukannya saat Santi belum pulang bekerja dan dia cuma dapat ceritanya aja dari Rini kalo habis nganu-nganu enak sama Riki.

Santi mempercepat ucapannya, karena tambah enak menurutnya. Saking enaknya secara spontan tangannya menyentuh bukit kembarnya. Dia menurunkan daster tali satu yang dia pakai. Santi terbiasa tidur tanpa menggunakan bra. Jadi saat dia menurunkan satu tali dasarnya, gunung kembar miliknya yang cukup besar dan menatang sudah bisa keluar dengan mulus. Lalu, Santi melakukan gerakan meremas dan kembali dia merasakan enak saat meremas dan memainkan celana dalamnya yang basah.

Ceklek! Santi terkejut saat tiba-tiba Riki masuk ke kamarnya yang sedang menyaksikan dirinya memainkan jarinya disana dan meremas payudaranya. Ternyata tadi Riki sempat menyadari kehadiran Santi saat Riki membenamkan benda tumpulnya.

"Ehm, mau gue bantu?" Riki yang langsung menelan air liurnya saat melihat payudara Santi, yang montok, besar dan putingnya masih terlihat kecil, merah dan rapat, sepertinya belum ada seorang pun yang mengisapnya disana.

"Ah, ka-mu, ngapain disini? Rina mana?" Santi yang salah tingkah dengan kehadiran Riki buru-buru memasukkan payudara dan menutup pahanya yang dia buka tadi secara lebar. Riki datang bertelanjang dada dan pakai boker doang.

"Baru tidur, dia udah kecapean. Lo nggak mau coba? Gue bisa kok bantu, tanpa gue masukin barang gue kesana!" Tunjuk Riki frontal. Menunjuk paha mulus Santi yang ga sempat dia tutup selimut karena dasternya super mini.

"O-oo, ng-nggak perlu, Riki. Kamu keluar aja!" Santi buru-buru bangun dari ranjang. Riki makin menelan ludah, melihat daster mini tadi memperlihatkan dua gunung kembar dengan putingnya yang menonjol.

"Ayolah, gue nggak akan bilang-bilang kok. Lo coba dulu, kalau emang ga enak, lo boleh bilang berhenti kok!" Riki yang mencoba membodohi Santi karena dia tahu dari Rina, Santi belum pernah di sentuh. Artinya bodinya masih fresh dan orisinil.

"Memangnya bisa berhenti?" Santi berkata lugu. Riki tersenyum penuh kemenangan saat benar-benar ucapan menjebaknya bisa diterima oleh Santi.

"Bisa dong, kalau lo nggak mau langsung kesitu, kita bisa mulai dari pemanasan dulu aja, kalau lo nggak suka, kita nggak usah lanjut!" Kembali Riki melancarkan niatnya. Dia yang suka diam-diam memperhatikan Santi saat menggunakan seragam kerjanya. Benar-benar seragam kerjaan Santi yang presbodi bisa langsung menunjukkan dua gunung kembar dan bokong yang nggak terlalu besar tapi tetap seksi dan aduhan, membuat siapa pun yang memandang ingin menarik rok seragamnya keatas dan merobek celana dalamnya. Dan tentu saja langsung menghujamkan batang Riki yang kini langsung mengeras lagi saat membayangkan bisa bergumal dengan Santi.

Riki nggak mendengar jawaban dari Santi yang terlihat ragu, tapi mau. Akhirnya dia sportif mendekat, karena belut listriknya pun perlu penyaluran lagi. Tiba-tiba, Riki memeluk Santi. Santi kaget. Mencoba mendorong, "Jangan di dorong dong, kan kalo di dorong lo nggak akan tau rasanya!" Riki berbisik menggoda Santi.

Saat tubuh Riki memeluknya, yang dibagian celananya kembali berkedut. Berdesir tak karuan tubuhnya.

"Ta-tapi, nggak boleh lebih ya, janji!" Santi tetap meminta kesepakatan pada Riki.

"Tentu dong, gue janji, asalkan lo bilang berhenti, gue akan langsung berhenti kok!" Ucap Riki.

'Hehehehe, Santi oh Santi mana ada sih kalo lagi di obok-obok minta berhenti. Yang ada malam ini gue dapat tangkapan besar. Hahahaha, tubuh Santi yang aduhai dan malam yang penting malam ini, gue yang pertama kali membuka segelnya!'

Riki nggak akan mundur lagi dengan niatnya, perlahan dia mengarahkan kedua tangannya. Dia memulai dari sesuatu yang kecil. Menaruh kedua jarinya di antara dua puting payudara Santi. Riki mengorek ngoreknya pelan-pelan agar kedua puting payudara Santi makin meruncing dan menegang. Setelah Riki yakin kedua putingnya meruncing dan menegang. Lalu Riki melihat perubahan dari Santi yang menyandarkan kepalanya dibahu. Dia yakin Santi sedang menikmati permainannya.

"Ahh... Umm..." suara desahan Santi keluar dan Riki makin tersenyum penuh kemenangan, lalu dia naikan tangannya menyusup ke daster tipis dan menerawang milik Santi, perlahan pasti dia meremas satu payudara Santi dan tangan satunya mulai dia turunkan kearah paha Santi.

"San, buka dikit biar tangan gue masuknya enak, nggak lo jepit kayak gitu!" Bisik Riki lagi saat meminta izin tangannya memasuki area sensitif milik Santi. Santi yang masih menutup matanya, menikmati remasan di payudara tidak mungkin menolak, perlahan tapi pasti Santi membuka dan membiarkan tangan Riki memasukinya.

Riki terus mengesankan pelan tangannya disana, pelan tapi pasti Riki sudah merasakan tangannya licin oleh cairan yang keluar dari sana dan, "Ah... Ummm.... Eennakkk bangettt, Rik. Aku benar-benar nggak tau kalo seenak inii!" Rancu Santi sudah tak karuan dengan desahan dan kedua pahanya makin dia lebarkan, membiarkan tangan Riki mengorek-ngoreknya.

"Ini baru permulaan San, bakal tambah enak kalo payudara dan yang dibawah lo dihisap, ummm... Itu surga banget, San. Elo mau coba?" Riki menawarkan permainan yang lebih dalam untuk melancarkan aksinya.

"Ummmm,,, ahh.... I--iiyaaa... Gue mau, Rik. Gue mau bangettt!" Entah setan apa yang merasuki Santi, pertama kali dia coba, dia cuma mau lagi dan lagi.

"RIKIII! Kamu dimana?" Suara Rina yang tersadar mengetahui keberadaan Riki tak ada dalam pelukannya.

"Eh, Rina bangun, San, gue balik dulu ya. Kapan-kapan kita lanjut lagi, ok. Oya, kalo lo liat gue ada disini, ingat lo tidur nggak usah pake celana dalam, ya, biar gue gampang!" Santi dalam sekajap membuka matanya, Riki berpesan dan dia mengangguk saat Riki keluar kamarnya dan balik ke kamar Rina.

Ada rasa kecewa dan penasaran di hati Santi, dia yang merasa tinggi dan tanggung bangettt membuat kepalanya pusing. Lalu Santi membenamkan tubuhnya lagi. Menarik nafas mencoba melupakan kejadian tadi dan tidur.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Dipecat   Kemarin18:27
img
1 Bab 1 Ngintip
26/04/2024
2 Bab 2 Penasaran
26/04/2024
4 Bab 4 Es Coklat
26/04/2024
5 Bab 5 Dipecat
26/04/2024
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY