/0/18461/coverbig.jpg?v=20240617113421)
Asya biasa dipanggil Aya, memilih meninggalkan keluarganya demi menikahi laki-laki yang baru dia temui namun kedatangan Aya di keluarga Devan tidak mendapatkan penyambutan baik bahkan Aya hanya dijadikan pembantu gratis dan sering mendapat penghinaan. Suatu hari Aya di ceraikan tanpa alasan yang jelas namun setelah di pertemukan kembali dan mengetahui identitas Aya membuat Devan mengejar Aya kembali bahkan orang yang menghina dulu sekarang sangatlah baik saat bicara dengan Aya. Bagaimana respon Aya? Apakah akan luluh kembali atau membuka mata bahwa masih ada yang lebih layak untuk mendapatkan cinta Aya.
Reva yang berasal dari keluarga biasa di sebuah kampung yang jauh dari kota membuat gadis yang baru lulus Sekolah Menengah Atas itu penasaran dengan dunia luar bahkan sejak dia di lahirkan ke dunia ini paling jauh perginya ke pasar tradisional yang jaraknya juga jauh bahkan harus dua kali naik angkutan pertama jika tidak naik ojek ya jalan kaki lalu di sambung naik angkutan kota dengan berdesakan sama penumpang lainnya.
Di kampung Reva tinggal cuma itu transportasi yang ada bahkan lebih sering jalan kaki karena kekurangan uang dan lebih mementingkan kebutuhan sehari-hari, maka jalan kaki sudah merupakan makanan sehari-hari.
Sebelum berangkat pergi merantau yang sudah lama Reva impikan tapi tentu saja Reva harus mendapatkan restu dari kedua orang tuanya sebab-sebab untuk berpergian jauh harus diiringi doa serta keikhlasan orang tua untuk melepaskan anaknya mengadu nasib di kota orang.
"Bu yah aku izin pergi merantau ya," pagi itu setelah sarapan pagi bersama Reva meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk pergi merantau serta dia berharap suatu hari nanti bisa merubah nasib serta perekonomian keluarganya yang sangat pas-pasan bahkan mereka harus bisa mengelola keuangan dengan baik supaya tidak kekurangan dan meminjam kepada tetangga.
"Nak, kamu tahu kan tinggal di kota orang itu bukanlah hal yang mudah dan juga kita tidak memiliki keluarga di sana tentu saja kamu akan menemukan kesulitan dan ibu tidak ingin itu terjadi,"
Sebagai perempuan yang telah melahirkan Reva tentu saja dia risau tentang kepergian anaknya bahkan tidak ada sanak saudara yang bisa dijadikan tempat untuk bersandar nanti.
Apalagi mereka bukan keluarga yang berkecukupan jadi masalah biaya tentu juga dia pikirkan apalagi sampai di kota sana belum tentu langsung mendapatkan pekerjaan dan selama itu pasti membutuhkan biaya.
"Ibu tenang saja dan tidak perlu cemas, ibu dan ayah hanya perlu mendoakanku agar sukses di kota orang nanti dan aku akan membangkitkan perekonomian keluarga kita dan dipandang oleh warga kampung sebagai keluarga yang tidak perlu mereka takutkan jika suatu hari nanti meminta tolong kepada mereka,"
Tinggal di daerah kampung serta memiliki perekonomian yang sangat minim tentu saja orang-orang sekitar merasa was-was dan takut direpotkan suatu hari nanti padahal tidak semua orang miskin itu selalu berharap balas kasihan dari orang berada.
"Tapi tetap saja ibu merasa cemas dan takut apalagi kamu anak gadis berbeda jika seorang laki-laki yang pergi merantau tidak terlalu dicemaskan,"
Ibu menyampaikan kecemasannya sebab melepaskan anak gadis pergi sendirian ke kota orang itu bukanlah keputusan yang baik mengingat harus bisa bertahan hidup di negeri orang dan mengelola keuangan sebab jika kita hidup sendirian di sana maka hanya uang yang bisa menolong kita jika berada di saat tertentu.
Jangankan di kota orang hidup di kampung yang sudah saling kenal dari lahir pun kadang mereka enggan untuk menolong kita karena takut jika kita memanfaatkan orang itu terus.
"Ibu harus percaya sama Reva bahwa Reva tidak akan pernah mengecewakan ibu dan Reva berjanji untuk selalu menghubungi ibu dan memberi kabar,"
Keputusan Reva sudah bulat untuk pergi merantau karena jika terus berada di kampung dia merasa nasibnya akan terus seperti itu dan tidak akan pernah ada perubahan.
Apalagi memiliki mata pencaharian yang hasilnya hanya cukup untuk biaya makan serta kebutuhan sehari-hari.
"Beri ini waktu untuk berfikir dan mencarikan mu sedikit pegangan agar saat di sana tidak kesusahan,"
Reva langsung memeluk ibunya dan mengucapkan terima kasih karena secara tidak langsung ibunya sudah memberi izin hanya perlu sedikit waktu untuk bisa melepas anaknya pergi.
"Ibu tidak usah memikirkan soal uang,"
tentu saja Reva tidak ingin menyusahkan ibunya apalagi dia tahu keuangan keluarganya sangat pas-pasan jadi biar dia yang memikirkan sendiri biaya untuk dia di sana serta bisa bertahan sampai mendapatkan pekerjaan.
"Kamu tidak perlu membantah dan dengar ucapan ibu,"
Ibu tidak ingin dibantah hingga Reva mengangguk setuju yang terpenting dia sudah mendapatkan Restu dan diizinkan untuk pergi merantau.
Bukan dia tidak ingin hidup pas-pasan bersama keluarganya di kampung hanya saja Reva ingin ada perubahan dalam keluarganya dan dilihat oleh orang-orang sekitar bahwa mereka bukanlah keluarga yang perlu dijauhi hanya karena memiliki garis takdir yang miris.
"Pokoknya aku harus giat bekerja dan mengumpulkan uang,"
Uang yang pas-pasan menjadi kendala di keluarga mereka jadi Reva harus mengumpulkan dana agar bisa menjadi pegangannya saat berada di kota.
Dan juga sebelum meminta izin kepada kedua orang tuanya dia sudah memikirkan langkah apa yang harus dilakukan serta apa yang harus dipersiapkan karena berada di negeri orang bukanlah suatu hal yang mudah ditambah kita harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
"Biar aku aja Bu,"
Seperti siang ini Reva membantu ibunya menjemur padi milik juragan di kampung itu.
Jika hari panas seperti sekarang maka ibu Reva menjadi buruh penjemur padi sebelum digiling menjadi beras.
"Ibu bisa sendiri,"
Tolak ibu saat Reva mengambil alih gerobak dorong yang terisi sekarung padi yang beratnya sekitar 50 kg.
Reva tahu ini pekerjaannya yang sangat berat dan tentu saja dia tahu efeknya Apa yang akan kita rasakan di malam hari setelah bekerja berat di siang hari.
"Izinkan aku membantu ibu sebelum pergi merantau,"
Reva berbisik di telinga ibunya karena tidak ingin ada yang mendengar.
Reva tidak ingin ada yang mengetahui rencana kepergiannya untuk merantau termasuk tetangga di samping rumahnya.
Sebab jika ada yang mengetahui pasti ada saja omongan mereka yang tentu saja menyakiti hati keluarga kecil Reva.
"Baiklah nak,"
Ibu Reva mengalah dan memilih berteduh karena dia merasa terik panas hari ini begitu menyengat kulit bahkan baru sebentar saja di bawah terik matahari rasanya keringat sudah membanjiri badan bahkan baju yang digunakan sudah menempel di tubuh karena basah terkena keringat.
"Semoga niat baikmu di jabah sama tuhan nak,"
Walaupun sebenarnya ibu Reva berak melepaskan kepergian anaknya tetapi untuk menahan di rumah pun dia tidak tega apalagi melihat wajah penuh harap anak gadisnya itu.
Jika ditanya apakah dia cemas? Tentu saja mencemaskan keadaan anaknya di sana dan mendoakan anaknya selalu dalam lindungan sang pencipta.
"Kamu orang baik nak dan semoga bertemu orang baik juga di sana nanti,"
Ibu Reva memperhatikan gerak-gerik anaknya yang lagi menjemur padi bahkan tampak sesekali menyeka keringat yang mengalir dari pelipis matanya.
Ibu Reva saja yang berteduh masih merasa kepanasan apalagi anaknya yang langsung terkena terik matahari maka sudah bisa dibayangkan bagaimana kepanasan anaknya tetapi berusaha menahan.
Tiba hari keberangkatan.
Saat turun dari bus dan hendak mencari angkutan umum tiba-tiba,,,
Bbrraakkk,,,,
"Awwww,"
Jerit Reva yang tiba-tiba di serempet sebuah mobil.
"Maaf aku nggak sengaja, apa ada yang terluka?"
Keluar seorang laki-laki tampan dari dalam mobil.
"Iya nggak apa, cuma lecet dikit aja,"
Jawab Reva sambil menahan rasa perih.
"Maaf sekali lagi, kamu mau kemana? Biar aku antar,"
Merasa bersalah karena sudah menabrak seseorang.
"Aku baru datang dari kampung dan mau cari kost-kostan,"
Jawab Reva.
"Apa kamu sudah ada kerjaan? Atau mau lagi cari kerja,"
Tanya dia lagi.
"Iya,"
"Bagaimana jika kamu bekerja di tempat saya saja?"
Tawar dia kepada Reva.
"Ah sebelum nya kenalkan nama saya Rasyid,"
Mengulurkan tangan mengenal kan diri.
"Aku Reva,"
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Niat untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh, karena membutuhkan pekerjaan tambahan demi menyambung hidup dan membiayai pengobatan ayahnya, justru mengantarkan Laura pada kegilaan Greyson yang merenggut kesuciannya, dan mengikat untuk menjadi pemuas nafsu. Akankah Laura bersedia menjadi budak pemuas Grey demi sejumlah uang untuk pengobatan ayahnya?
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Naya Agustin, "aku mencintaimu, tapi cintamu untuknya. Aku istrimu, tapi kenapa yang memberi segalanya ayah mertuaku?" Kendra Darmawan, "kau Istriku, tapi ayahmu musuhku. Aku mencintamu, tapi sayang dosa ayahmu tak bisa kumaafkan." Rendi Darmawan, "Jangan pedulikan suamimu, agar aman dalam dekapanku."
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono