"Ngadem katamu? Udah Mama bilang, siang-siang jangan nyalain AC. Pakai kipas angin aja biar irit listrik! Jangan main hape terus dan nganggur. Cepat cari kerja lagi sana!" Sarita mematikan AC dengan tegas, berkacak pinggang di depan Angela.
"Mama, ini aku lagi browsing kerjaan. Cari kerja zaman sekarang nggak gampang. Aku masih kuliah, belum punya gelar," Angela berusaha membela diri, tetapi nada suaranya tetap santai.
"Iya, Mama tahu. Tapi kita harus gerak cepat, Angela! Hidup terus berjalan. Kita butuh bayar tagihan listrik, telepon, air, dan lain-lain. Dari mana uangnya kalau kamu nganggur?" Sarita semakin kesal.
"Kalau aku belum nikah, kan masih tanggungan orang tua, Mam," Angela menjawab sambil memijat lehernya yang tegang.
Puk!
Sarita melempar bantal ke kepala Angela. "Jangan ngomong seenaknya! Kamu udah dewasa, anak sulung lagi. Jangan terus berharap dibiayai orang tua. Usaha percetakan Papamu lagi sepi order."
Angela menahan sakit di kepalanya. Dia mendengus dan menggerutu dalam hati. "Ya udah, Mam. Doain aja biar aku cepat dapat kerja lagi."
Sarita menatap putrinya dengan tajam. "Doa Mama selalu ada untuk kamu. Tapi kamu juga harus usaha. Sudah kirim lamaran kemana aja?"
"Udah banyak, Mam. Interview juga udah beberapa tempat. Tinggal nunggu panggilan aja," jawab Angela.
Sarita menghela napas panjang. "Kamu sudah telepon Tante Yoke? Siapa tahu dia bisa bantu kamu dapat kerja di kantornya."
Angela tampak ragu. "Belum, Mam. Baru rencana mau telepon. Aku masih sungkan, sering banget ngerepotin beliau."
"Sungkan? Kamu butuh pekerjaan, Angela. Tante Yoke itu keluarga, pasti dia mau bantu. Apalagi sekarang dia kepala cabang di perusahaan ekspedisi ternama," desak Sarita.
Angela terdiam, lalu pandangannya beralih pada gawainya yang berkedap-kedip diiringi lagu "Heaven."
Diraihnya cepat, terkejut saat melihat caller ID di layar handphonenya. Matanya membesar, memandang sang Mama yang mengerutkan dahi. Langsung digesernya tombol hijau dan loudspeaker agar Mamanya bisa ikut mendengar percakapan.
"Assalamualaikum. Aih, panjang umurnya nih Tante cantik aku. Baru aja aku sama Mama ngomongin Tante, eh tiba-tiba telepon. Gimana kabarnya, Tante?" ujar Angela sopan.
"Waalaikumsalam. Alhamdulillah sehat. Kamu sama Mama gimana, sehat juga kan?" sahut Tante Yoke dengan suara lembutnya. "Hayo lagi gibahin Tante apa sama Mama?"
Angela tertawa. "Alhamdulillah sehat juga, Tante. Mana ada kami gibahin yang jelek-jelek tentang Tante Yoke yang cantik dan sholeha ini," rayunya. Sarita yang menguping di sebelah Angela ikut tersenyum mendengar gombalan anaknya.
Giliran Tante Yoke yang tergelak. "Gombal kamu ah! Ya udah ga usah kelamaan ya, bentar lagi Tante mau meeting di kantor pusat nih. Tante cuma mau nanya, kata Dita sekarang kamu lagi jobless ya? Mau nggak kerja di kantor pusat Tante? Kebetulan lagi cari asisten sekretaris buat manager accounting. Karena butuh cepat, kalau mau besok kamu datang langsung aja ke kantor Tante, bawa CV-nya. Tanpa tes dan udah pasti keterima karena Tante yang bawa. Tapi hati-hati aja, bosnya galak."
Raut wajah dan sinar mata Angela langsung berseri-seri mendengar penuturan sang Tante. Hatinya riuh dengan genderang kebahagiaan.
"Alhamdulillah ya Allah, makasih Tante cantik kesayangan!" pekik Angela senang. "Insya Allah besok aku datang ke kantor Tante. Tenang aja, Tante, aku nggak takut sama bos galak. Karena di rumahku ada yang lebih galak," kekeh Angela melirik Mamanya yang langsung memelototi dengan garang.
Yoke ikut tergelak mendengar ucapan keponakannya. "Oke kalau kamu bersedia. Tante akan kabari ke HRD bahwa kamu besok akan datang. Santai aja, nggak usah nervous, kamu udah dikenal kok sama orang-orang kantor Tante. Kan dulu waktu kamu kecil sampai ABG suka Tante ajak main ke kantor."
"Siap Tante, sekali lagi makasih banyak ya. Semoga Tante dan keluarga selalu sehat, bahagia, dan dilancarkan semua urusannya," ujar Angela takzim.
"Aamiin. Doa terbaik juga buat kamu. Salam buat Mama sama Nadira ya." Pungkas Yoke mengakhiri teleponnya.
Angela melompat-lompat kegirangan, memegang gawai di tangan. Sarita hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri sulungnya.
Nadira, adik bungsu Angela yang letak kamarnya bersebelahan dengan kamar sang kakak, tiba-tiba muncul di pintu. "Ada apa nih heboh banget siang-siang gini?" tanyanya. Ia terlihat sudah rapi dengan seragam kerjanya, kemeja warna kuning gading dan setelan rok dan jas berwarna biru elektrik. Ia bekerja di call center sebuah perusahaan provider SIM card.
"Aku dilamar... eh salah deh... aku dapat kerjaan di kantor Tante Yoke! Dududududu." Angela menjawab dengan senandung dan menggoyangkan badan ke kiri dan kanan. Padahal dia jarang sekali berjoget, makanya gerakannya terlihat kaku dan lucu.
Tidak seperti Nadira adiknya yang sedikit mendengar musik saja langsung bergoyang seluruh badan lenturnya. Karena anak itu memang centil dan lincah. Berbeda dengan kakak sulungnya yang kalem dan sedikit pemalu itu.
Gadis manis berkulit eksotis di hadapan Angela memutar bola mata melihat atraksi kakak sulungnya yang absurd itu. Tumben dia joget-joget begitu, gak biasanya. Apa otaknya udah geser dikit ya gara-gara sering diomelin mama, batin Nadira bermonolog.
"Oh, aku kira ada apa. Selamat deh ya, udah nggak jadi objek omelan Mama lagi akibat jobless," kekehnya sebelum keluar kamar.
"Ya udah sekarang kamu siapin tuh CV sama baju buat besok. Jangan rebah-rebahan lagi. Besok siapa tau langsung kerja," ujar Sarita seraya bangkit dan berjalan meninggalkan kamar putrinya. "Nadira, jangan lupa bawa bekalnya yang udah Mama siapin di meja makan, kamu kan nanti pulangnya malam. Ohya, makan dulu sebelum berangkat."
"Iya, Mam," sahut Nadira masih di depan pintu kamar Angela.
"Oke Bos!" Angela langsung berjalan ke meja sudut kamar tempat laptopnya tergeletak manis. Membuka dan menyalakan gadget kesayangannya, lalu mulai membuka file CV yang sudah siap untuk diprint. Saat printer mulai bekerja, ia bergerak ke arah lemari pakaian dan mulai memilih baju yang cocok untuk ia kenakan besok pagi.
Namun, di tengah kebahagiaannya, Angela tak sadar bahwa di luar kamar, Sarita sedang menerima telepon dari seseorang yang tidak dikenal. Wajah Sarita tampak serius dan sedikit tegang. Ada sesuatu yang disembunyikan. Sesuatu yang mungkin akan mengubah segalanya...