/0/21097/coverbig.jpg?v=111431a271dd4eda21748f6fb5bfe3d9)
Setengah kilo nasi aking untuk anakku adalah novel tentang kehidupan sebuah keluarga yang hidup digaris kemiskinan. setelah sang suami harus diberhentikan dari pekerjaannya, mereka benar-benar terpuruk. Dan mereka bekerja serabutan. Hardi, lelaki yang telah membersamainya selama hampir kurang kebih tujuh tahun bekerja sebagai kuli cangkul disawah. sedangkan Hanum tak pernah tinggal diam. Ia membantu mencari uang sebagai buruh cuci setrika dari rumah kerumah. Meskipun kehidupan mereka pas-pasan, namun keluarga mereka adalah contoh keluarga bahagia. selalu bersyukur dan tak pernah mengeluh sedikitpun. Mereka menjalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan. Namun ... kebahagiaan Hanum tak berlangsung lama. Disinilah awal dari semua penderitaan yang dialami oleh Hanum dan kedua Anaknya ...! Penderitaan yang bagaimana yang dialami oleh Hanum ...? Yuk ikuti kisah selanjutnya ... !
Alhamdulillah.
Penulis : Lusia Sudarti.
"Dek ... seandainya Abang belum bisa membahagiakan kalian disisa hidup Abang. Abang mohon maaf yang sebesar-besarnya ....!"
"Emaak, Adek lapar udah masak belum Emak?" tanya Kurnia, Anak keduaku.
Aku terkesiap mendengar ucapan dan pertanyaannya. "Belum Sayang. Maafin Emak ya," ucapku pilu sembari merengkuhnya dalam pelukan. Tak terasa titik-titik embun menggenang dalam pelupuk mataku.
"Ya sudah kalo gitu Adek Nia main dulu ya mak, nanti kalo emak udah mateng masaknya, Adek panggil aja ya Mak!" ujarnya sambil beranjak dari kedua pahaku. Aku mengangguk dan mencoba untuk tersenyum. "Iya Sayang," sahutku dengan suara parau
Selepas kepergiannya aku menangis dalam diam, tubuhku luruh kelantai.
'Ya Allah, tunjukkanlah kuasa-Mu yang Maha besar.
Namaku Hanum aku hidup bersama Suami dan kedua orang Anakku. Anak sulungku bernama Fandi, ia duduk di kelas dua SD, Kurnia masih berusia empat tahun. Suamiku bernama Hardi, ia bekerja sebagai buruh serabutan. Sedangkan membantu bekerja sebagai buruh cuci setrika dari rumah kerumah.
Namun, baik penghasilanku atau pun
Bang Hardi belum mencukupi semua kebutuhan rumah tangga kami.
Zaman sekarang kebutuhan pokok telah melambung.
Kami tinggal di rumah gubuk sederhana peninggalan orang tua Bang Hardi.
Rumah tangga kami baik-baik saja, Bang Hardi tipe lelaki yang baik dan bertanggung jawab.
Aku termenung seorang diri, sementara Bang Hardi belum kembali dari bekerja sebagai buruh cangkul di sawah tetangga.
Aku berfikir kira-kira apa yang dapat kumasak untuk makan siang ini.
Kulangkahkan kakiku dengan langkah yang tertatih menuju tudung saji yang berada diatas meja makan persegi yang telah usang.
Disana hanya tersisa sekitar dua sendok makan sambal terasi di dalam mangkuk plastik berwarna hijau, dan dipiring kecil tersisa beberapa potong kepala ikan asin sisa semalam.
Dan juga beberapa potong singkong rebus sisa sarapan tadi pagi.
Aku mengedarkan tatapanku kesebuah plastik yang tergantung disamping rak piring yang terbuat dari kayu. Aku melangkah untuk memeriksa isi kantong plastik yang tergantung.
Kedua netraku membola, aku melihat isinya dengan rasa bahagia.
'wah beras AKING rupanya. Alhamdulilah Ya Allah ... semua ini akan kuolah menjadi nasi kembali. Untuk Anak-anakku nanti."
Aku memindahkan beras aking tersebut kedalam wadah, kutakar dahulu. Dua kaleng susu, lumayan untuk pengganti nasi.
Aku mencuci beras aking dengan doa semoga menjadi berkah buat keluargaku.
Dengan cekatan aku menyalakan api ditungku sederhanaku. Ya karena melonjaknya bahan pangan, aku tak mampu membeli gas buat memasak dikompor.
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Setengah jam kemudian nasi pun telah matang, segera kuangkat dari kukusan dan kutaruh di sangku agar cepat dingin, aku mengambil kipas yang terbuat dari anyaman bambu untuk mempercepat proses pendinginan. Namun Kurnia telah berada dibelakangku, rupanya ia benar-benar kelaparan.
"Emak, udah masaknya!" Kurnia muncul dari pintu dapur dan menghampiri aku yang sedang menyendok nasi aking yang masih mengepulkan uap panas.
"Udah Sayang, ayo kita makan!" jawabku sambil mencuci tangannya.
"Enggak apa-apa lauknya pake kepala ikan asin dulu ya? Nanti jika kita punya uang kita beli ikan asin yang segar," ujarku kepadanya dengan pelan.
"Iya Mak, gak apa-apa kok. Enak itu," sahutnya dengan kedua netra berbinar. Aku menghela nafas perlahan, hatiku sedih bagai tercabik-cabik.
Aku meniup nasi yang masih panas dan menambahkan kepala ikan asin yang kupotong kecil-kecil kedalam nasi lalu menyuapkan kepada Kurnia.
Ia makan dengan begitu lahap, senyum manis tersungging dari kedua bibirnya.
"Mak ... kok rasanya gak sama kayak nasi yang biasa Adek makan ya?" tanyanya dengan mulut penuh dengan nasi.
Aku tertegun sesaat sebelum aku menjawab pertanyaan polosnya.
"Iya Sayang karena nasi yang ini adalah nasi aking."
Kurnia menatapku sesaat kemudian ia fokus kembali kearah piringnya.
"Nasi aking itu nasi yang bagaimana Mak?" tanyanya lagi.
"Nasi aking itu adalah nasi yang sudah dijemur dan kering lalu dimasak kembali," jawabku sembari mengusap lembut rambutnya.
"Oh gitu ya Mak," sahutnya.
"Iya Sayang. Tapi enakkan?" tanyaku.
"Enak Mak. Boleh Adek nambah dikiiiit lagi Mak, adek belum kenyang."
Aku tersenyum mendengarnya.
"Boleh dong Sayang!" aku menyendok nasi dan kutaruh didalam piringnya. Ia tersenyum melihat nasi di piringnya yang telah berisi nasi kembali.
Aku masih menyuapinya dengan sabar.
Aku hanya mampu menyimpan semua rasa dihatiku. Aku tak ingin melihat Anakku bersedih karena keluh kesahku.
'Ya Allah, ya Robb. Tolong ampuni ketidak berdayaanku dalam memberikan nafkah untuk Anak-anakku," lirih batinku.
"Assalamu'alaikum."
Terdengar salam dari arah pintu dapur. Sosok Bang Hardi muncul, dari tubuhnya mengucur keringat dan membasahi kaos yang telah kusam menempel di badannya.
"Waalaikum salam, baru pulang Bang?" tanyaku sambil menyuapi Kurnia.
Bang Hardi tersenyum kepada kami.
"Iya Mak. Aduh Anak bapak lagi makan ya? Minta dong," sapa Bang Hardi kepada Kurnia yang masih menikmati makan siangnya.
"Enak lo Pak, Adek Nia makan sama kepala ikan asin," sahutnya dengan tersenyum.
"Oh ya benarkah, mau dong," ujar Bang Hardi kepada Anaknya.
"Boleh. Ya kan Mak."
Aku mengangguk.
"Udah kenyang Adek Mak," seru Kurnia.
"Udah kenyang Sayang?" tanyaku sembari menyodorkan air minum kepadanya.
"Iya Mak, Adek main dulu ya Mak!" ujarnya sembari beranjak bangkit lalu menuju keruang depan tanpa menunggu jawaban dariku.
Aku hanya menghela napas perlahan, dan Bang Hardi tertunduk lesu dan sedih.
"Ya udah bang, istirahat dulu, biar kering kering keringat ditubuh Abang, setelah itu mandi lalu makan siang," titahku kepada beliau.
"Iya Dek. Maafin Abang yang belum bisa membahagiakan kalian," jawabnya dengan sedih.
Aku tersenyum mendengarnya. "Enggak apa-apa Bang, yang penting kita sudah berusaha semampu kita. Jika memang kita belum berpunya, itu suratan takdir darinya," jawabku sambil mencuci piring bekas makan Kurnia.
"Dek ... seandainya Abang belum bisa membahagiakan kalian disisa hidup Abang. Abang mohon maaf yang sebesar-besarnya," ujar suamiku sambil tersenyum. Namun menurutku itu bukanlah sebuah senyuman, tetapi lengkungan patah dan menyerah.
Aku bingung mendengar ucapan Bang Hardi selalu meminta maaf! Sebenarnya apa yang akan terjadi terhadap kami ...? Berbagai pertanyaan berkelindan di kepalaku, namun aku berusaha menepisnya.
Aku mendongak dan menatap kearah Bang Hardi. "Abang bicara apa sih? Emak gak suka mendengar abang bicara seperti itu lagi," jawabku sembari menghampirinya.
"Mak, Adek Nia main di halaman samping sebentar ya?" ujar Kurnia kepadaku.
Ia berjalan dari ruang depan, mungkin bosan berada seorang diri diruang depan.
"Jangan ketempat yang panas ya Sayang," jawabku.
"Iya Mak."
"Hati-hati ya Sayang?" timpal Bang Hardi.
"Iya Pak."
"Bang, jangan bicara seperti itu lagi, aku menjadi sangat sedih mendengarnya."
Aku menjatuhkan bobot tubuhku di sampingnya. Bang Hardi mengipas tubuhnya menggunakan topi bulat anyaman yang selalu dipakai jika bekerja.
Next kah?
Suci adalah seorang Ibu rumah tangga yang baik hati, lembut penyayang serta begitu setia. Ia mendampingi Suami yang telah menikahinya selama sepuluh tahun dan di karuniai tiga orang Anak. Suaminya bekerja sebagai seorang Mekanik freelance. Tak peduli siang dan malam mereka banting tulang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Memang takdir manusia itu berbeda, seberapa tekun dan rajinnya seseorang, jika memang belum waktunya untuk berhasil, maka belum berhasil. Mereka selalu mensyukuri berapa pun rezeqi yang mereka dapatkan. Di tengah kesulitan yang mereka hadapi, selalu saja ada prahara. Hinaan dan cacian juga seorang yang ingin menghancurkan biduk rumah tangga mereka. Lalu, bagaimana mereka menjalani dan menghadapi semua itu? Ikuti kisah ini!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..