/0/21999/coverbig.jpg?v=20250122095358)
Alea, seorang gadis miskin yang menjalani lika-liku kehidupan. Dia menjadi korban perkosaan oleh seorang laki-laki yang tidak ia kenal di hotel tempat dimana ia bekerja, karena Alea merupakan seorang office girls. Penderitaan mulai berlanjut saat ia di paksa menikah dengan pria yang lebih pantas menjadi ayahnya, hingga Alea harus rela menjadi istri ke empat dari pria tersebut. Tak hanya sampai disitu. Hidup Alea semakin rumit saat ia tahu jika anak dari pria yang menikahinya itu adalah orang yang menodai kesuciannya saat cek-in di hotel. Bagaimana Alea menjalani kehidupannya?
Lagi-lagi aku harus mendengar suara pertengkaran ayah dan ibu yang lagi-lagi ribut soal pendapatan ayah sebagai tukang ojek. Ingin rasanya aku marah kepada mereka berdua, tapi aku sadar kalau itu hanya akan membuat suasana semakin memanas. Akhirnya, lagi-lagi aku hanya memilih untuk diam.
Pagi harinya aku di tegur oleh ayah gara-gara ada surat panggilan dari sekolah. Ku akui, sudah seminggu ini aku bolos sekolah dan memilih diam di rumah sahabatku hanya untuk mencari ketenangan. Uang SPP juga sudah hampir tiga bulan aku menunggak, karena ayah belum sanggup untuk membayar.
"Ini pasti karena Ayah belum bisa membayar uang SPP kamu, Ra." Wajah Ayah terlihat sedih ketika mengatakan itu.
Aku hanya terdiam. Ku rasa bukan hanya itu saja penyebab orangtuaku di panggil.
"Ibu akan mencari pekerjaan supaya bisa membantu keuangan keluarga kita," ucap Ibu.
"Ini tanggung jawab Ayah. Ibu diam di rumah saja, tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan," cegah Ayah.
"Ibu sudah tidak mau di atur-atur lagi. Kebutuhan keluarga kita itu sangatlah banyak. Apa yang bisa Ibu harapkan dari suami yang hanya seorang ojek pengkolan seperti Ayah?! Tidak ada," decak Ibu yang terlihat begitu berani mengatakan itu.
"Berani sekali kamu bicara seperti itu padaku?!" Ayah menyentak ibu sehingga membuatku sangat terkejut, "memangnya kamu pikir, selama ini siapa yang sudah memberimu makan selama belasan tahun?! Itu aku!" bentak Ayah seraya menunjuk pada diri sendiri dengan sorot mata yang begitu menakutkan.
Aku sudah tidak tahan lagi. ku ambil gelas di meja lalu ku lemparkan ke lantai hingga pecah menjadi beberapa kepingan.
"Cukup! Tidak bisakah sehari saja rumah ini tenang tanpa adanya keributan?! Aku muak! Aku capek!" teriakku seraya menatap ayah dan ibu secara bergantian.
"Jangan salahkan Ibu, Dara. Semua ini tidak akan terjadi, andai saja ayahmu mau lebih keras lagi berusaha mencari uang untuk mencukupi kebutuhan kita," ucap Ibu seraya menatap sinis pada Ayah.
"Bukan aku yang tidak bisa mencari uang, tapi kamu yang tidak pernah bersyukur," decit Ayah yang lagi-lagi menunjuk tepat di wajah ibu.
"Bagaimana aku mau bersyukur, orang uang yang tiap kamu berikan tidak pernah mencukupi kebutuhan keluarga kita. Seharusnya kamu sadar diri, bukannya malah terus-menerus melarang ku untuk mencari nafkah," sarkas Ibu.
Ku ambil satu lagi gelas yang ada di meja kemudian ku lempar lebih keras sehingga membuat kepingannya berceceran hingga nyaris mengenai kakiku sendiri.
"Dara! Apa-apaan kamu ini?!" sentak Ibu, "apa kamu tidak tahu, betapa susah payahnya bagi Ibu bisa membeli perabotan-perabotan ini?!" lanjutnya.
"Kalian bertengkar saja terus, kalau perlu bawa golok sekalian biar kalian puas!" kata-kata itu secara spontan keluar dari mulutku saking emosinya melihat kedua orangtuaku yang tak pernah terlihat rukun. Setelah itu aku memilih pergi demi kesehatan mentalku.
"Lihat, itu gara-gara kamu!"
"Justru ini kesalahanmu yang tidak pernah becus menjadi seorang suami!"
Bahkan saat aku keluar rumah pun suara pertengkaran ayah dan ibu masih terdengar jelas. Entah sampai kapan mereka akan bertengkar seperti itu, karena mereka tidak pernah puas dan sama-sama tidak ada yang mau mengalah.
Aku berjalan menuju rumah Mia, sahabatku. Dia adalah satu-satunya orang yang selama ini paling mengerti dengan keadaanku, dia juga kerap kali membantuku jika aku meminta tolong kepadanya.
Ku pelankan langkah kaki ini saat melihat motor matic pacarku terparkir di halaman rumah Mia. Entah kenapa hari ini aku begitu penasaran, apa yang di lakukan Erwin di rumah Mia. Aku berjalan dengan mengendap-endap seraya mengintip dari jendela kedalam ruang tengah. Aku terkejut saat melihat Erwin merangkul mesra pundak Mia, dan samar-samar ku dengar Mia sedang mengeluhkan sikapku yang kerap kali meminta bantuannya. Hatiku benar-benar hancur melihat dua orang yang ku percaya ternyata diam-diam menusukku dari belakang. Aku tidak bisa berkata-kata, aku pun memutuskan untuk pergi dari rumah Mia, membiarkan para penghianat itu berbahagia diatas penderitaan ku saat ini.
Keesokan harinya...
Aku pergi ke sekolah seperti biasanya. Erwin menghampiriku seraya tersenyum, ku balas senyumannya. Aku ingin melihat, sejauh mana dia ingin bermain dengan perasaanku, dan akan ku buktikan kalau laki-laki sepertinya tidak layak mendapatkan ketulusan cinta dari wanita manapun.
"Ra, kita ke kantin yuk?"
"Maaf, Win. Aku mau langsung masuk kelas saja," jawabku seraya membalas senyuman palsunya.
Pandanganku dan pandangan Erwin tertuju kepada Mia yang baru saja masuk gerbang sekolah setelah turun dari ojek langganannya.
"Kalian berdua sedang apa disini? Pasti kalian sedang menungguku 'bukan?!" ucapnya dengan penuh percaya diri.
Ucapan Mia membuatku ingin muntah. Ingin rasanya aku jambak rambut ikalnya itu, namun harus ku tahan karena aku sudah memiliki rencana untuk mempermalukan kedua penghianat yang ada di hadapanku ini.
"Aku ingin mengajak Dara ke kantin, tapi dia menolak," jawab Erwin.
"Kalau Erwin pergi ke kantin denganku, kamu tidak marah 'bukan?!" tanya Mia seraya tersenyum padaku.
Aku menggelengkan kepala. Di detik berikutnya ku tinggalkan para penghianat itu sehingga membuat keduanya terpaku melihat kepergian ku.
"Dara kenapa? Aku merasa hari ini sikapnya begitu aneh," tanya Mia pada Erwin.
"Kalau kamu tanya aku, lantas aku harus bertanya pada siapa?" Erwin tersenyum penuh arti kepada Mia. Keduanya pun berjalan menuju kantin dengan menjaga jarak agar tidak ada yang curiga dengan hubungan mereka.
***
"Bapak tahu, alasan kenapa Bapak kami panggil kemari?" tanya Bu Fatma yang merupakan wali kelasku.
"Putriku belum membayar uang bulanan yang sudah hampir tiga bulan nunggak, Bu," jawab Bapak yang tertunduk malu.
"Selain itu ada lagi, Pak."
Kepala Ayah langsung terangkat, "apa putriku melakukan kesalahan?"
Bu Fatma mengangguk, "dalam seminggu Dara hanya masuk beberapa kali. Kadang dua kali dalam seminggu, kadang juga full tidak masuk."
"Apa?!" Ayah tampak terkejut.
"Iya, Pak. Kalau terus seperti ini, kemungkinan pihak sekolah bisa mengeluarkan Dara."
"Tolong jangan lakukan itu, Bu. Aku janji akan menasehati Dara, supaya dia mau belajar lebih rajin lagi," pinta Ayah terlihat memohon.
"Untuk kali ini mungkin masih bisa di toleransi, tapi kami tidak tahu bagaimana kedepannya. Makanya kami minta supaya Dara bisa memanfaatkan kesempatan ini."
"Lalu bagaimana soal uang SPP yang belum bisa kami bayar, Bu?" tanya Ayah.
"Uang itu bisa Bapak bayar paling lambat akhir semester," jawabnya sehingga membuat ayah sedikit lega.
"Terima kasih banyak, Bu. Aku janji akan segera melunasinya," ucap Ayah kepada Bu Fatma.
"Sama-sama, Pak."
"Kalau begitu aku pamit undur diri." Ayah segera pergi meninggalkan ruangan itu.
Queenza, gadis berusia 18 tahun yang tinggal di panti asuhan itu selalu menjadi korban bullying di sekolahnya hanya karena dia gadis miskin dan bisa bersekolah di tempat elite pu karena mendapatkan beasiswa. Suatu hari ia di jebak oleh salah satu teman sekelasnya dan hendak di lecehkan hingga dia memutuskan lompat ke jurang untung ada dua laki-laki yang menolongnya dan mengubah kehidupannya.
Nadia, ia tidak pernah menyangka jika rumah tangga yang ia jalani selama hampir sepuluh tahun lamanya di penuhi dengan kebohongan. Suami yang ia percaya akan menjaga dan melindungi hidupnya malah tega berselingkuh di belakangnya hingga dia memiliki seorang anak dari perempuan lain. Akankah Nadia sanggup bertahan dengan pernikahannya atau memilih untuk pergi demi kesehatan mentalnya?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”