/0/24175/coverbig.jpg?v=c25535da7a04f08b73249d683b81435d)
Queenza, gadis berusia 18 tahun yang tinggal di panti asuhan itu selalu menjadi korban bullying di sekolahnya hanya karena dia gadis miskin dan bisa bersekolah di tempat elite pu karena mendapatkan beasiswa. Suatu hari ia di jebak oleh salah satu teman sekelasnya dan hendak di lecehkan hingga dia memutuskan lompat ke jurang untung ada dua laki-laki yang menolongnya dan mengubah kehidupannya.
"Ah, sakit... Tolong lepaskan aku! Apa salahku?" pekik Queenza ketika tangannya di tarik masuk ke dalam toilet.
"Apa kau mau tahu apa kesalahan mu?! Itu karena kau jelek dan miskin! Orang sepertimu hanya merusak pemandangan di sekolah ini saja. Kau tidak layak ada disini, lihat pakaian yang kau kenakan sudah seperti gembel jalanan!"
Ketiga perempuan itupun menyeret paksa tubuh mungil Queenza dan menekan kepalanya di atas wastafel yang sudah terisi air sehingga membuat gadis malang itu tampak kesulitan bernapas.
"Hei! Apa yang kalian lakukan?" hardik seorang siswa di sekolah itu. Dia pun meminta ketiga siswi bar-bar itu untuk berhenti membully Queenza.
"Ada apa denganmu? Mengapa kau membelanya? Bukankah kau juga sangat membenci upik abu ini!"
"Lihat pakaian yang dikenakan Queenza jadi basah gara-gara kalian! Aku memang membenci Queenza, tapi aku tidak suka jika kalian bersikap anarkis seperti ini. Ayo Queenza, ikut aku."
Siswa itu pun menuntun tangan Queenza keluar dari toilet sehingga membuat ketiga siswi itu terperangah.
"Apa-apaan ini? Kenapa dia bisa berubah baik kepada Upik abu?"
"Aku rasa dia punya rencana lain yang tidak kita ketahui."
Laki-laki itu membonceng Queenza dengan motor gede kesayangannya. Setelah sampai tujuan, ia pun menghentikan laju kendaraan.
"Kenapa kita kesini? Ini rumah siapa?" tanya Queenza seraya memperhatikan sekeliling rumah yang terlihat menyeramkan bak tak berpenghuni.
"Kita masuk saja," ajak laki-laki itu.
"Tapi..."
Tanpa aba-aba lelaki itu menarik tangan Queenza dan menyeretnya ke dalam rumah kosong.
"Kau mau apa? Lepaskan aku!" teriak Queenza.
Rupanya teman sekelas Queenza hanya berpura-pura perduli kepadanya dan malah berniat untuk menodainya. Queenza terus berontak saat laki-laki itu hendak menciumnya dengan paksa.
"Tolong..."
Suara gadis malang itu sampai serak karena tak ada seorangpun yang datang untuk menolongnya. Bagaimana tidak! Laki-laki b*adab itu membawa Queenza ke rumah yang ada di tengah-tengah hutan, entah rumah siapa itu.
Queenza meraih balok kayu berukuran cukup besar, lalu di hantam kan kepada laki-laki itu hingga membuatnya kesakitan.
"Sialan! Awas kau Upik abu!"
Queenza berlari keluar dari rumah itu, namun sial, dia malah melewati jalan buntu sehingga membuat si brengsek tadi menangkapnya.
"Kena kau! Mau lari kemana lagi? Nikmati saja kebersamaan kita hari ini sayang," ucap laki-laki itu dengan suara menakutkan seraya memeluk erat tubuh Queenza.
Queenza kembali berontak. Di tendangnya milik kepunyaan si brengsek kemudian ia nekat menaiki tebing yang lumayan tinggi dan lompat ke aliran sungai yang mengalir cukup deras.
"Aaaaa!!!"
"Sial! Dia malah nekat lompat. Aku harus segera pergi dari sini," gumam laki-laki itu.
***
Seorang pria tampak sedang berbicara dengan seseorang dari sambungan telepon genggam. Tiba-tiba pandangan pria itu terkunci kearah aliran sungai yang mengalir cukup deras, tepatnya pada sosok mayat yang terapung.
"Sudah dulu. Saya ada urusan," pria itu menutup sambungan. Dia berjalan lambat mendekati bibir sungai dan mengamati perempuan berpakaian seragam sekolah yang terlihat lebam di wajahnya. Karena penasaran pria itu mengeceknya, ternyata gadis itu masih hidup. Dia segera mengangkat tubuh Queenza dan membawanya masuk kedalam mobil.
***
"Hans, kau harus mendapatkan lahan itu," ucap seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan kepada anak angkatnya.
"Mommy tenang saja. Selama ini aku tidak pernah mengecewakan Mommy. Aku pasti akan mendapatkan lahan itu," ucap Hans kepada ibu angkatnya.
"Terima kasih, Hans. Kau memang paling bisa Mommy andalkan dari pada Bryan," ungkapnya seraya menatap bangga pada Hans.
Hans tersenyum kecil. Meskipun hanya sekedar anak angkat, namun Freya sangat menyayangi dia seperti anak kandungnya sendiri, yaitu Bryan.
Di rumah sakit.
Bryan masih setia menunggu Queenza yang belum sadarkan diri, padahal saat ini dia sedang mendapat tugas dari ibunya.
"Dokter, bagaimana keadaan gadis ini? Mengapa hingga sekarang ia belum sadarkan diri juga?" tanya Bryan.
"Pasien mengalami koma akibat benturan keras di bagian kepalanya, Pak."
"Lalu kapan dia akan sadarkan diri?" tanya Bryan.
"Paling tidak dalam 2X24 jam, Pak."
"Lama sekali. Saya tidak punya banyak waktu untuk menjaga gadis itu. Sekarang aku harus pergi, kalau ada apa-apa tolong secepatnya dokter kabari saya," ujar Bryan. Dia pun melangkah pergi meninggalkan rumah sakit.
Dua hari kemudian...
Queenza mulai menggerakkan telunjuk tangan dan perlahan membuka kedua bola matanya. Dia menatap sekeliling ruangan yang terlihat begitu tak asing. Dia tahu saat ini sedang berada di rumah sakit, namun siapa yang menolongnya.
"Suster," ucap Queenza kepada perawat yang tengah mengganti cairan infus.
"Anda sudah sadar, Nona," perawat itu tersenyum senang. "Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan begitu ramah.
"Kenapa saya bisa ada disini, Sus? Siapa yang membawa saya kemari?" tanya gadis itu dengan suara yang terdengar begitu lemah.
"Jangan terlalu banyak bicara dulu, Nona. Anda baru sadar setelah koma selama dua hari. Tunggu sebentar, saya akan memanggil dokter untuk memeriksa anda," ucap perawat kemudian keluar dari ruangan VVIP.
Beberapa menit kemudian dokter masuk dan langsung memeriksa keadaan Queenza. Namun tiba-tiba Queenza ingin bangkit dari tidurnya sehingga dokter langsung mencegah.
"Anda mau kemana? Keadaan anda masih sangat lemah," tegur dokter.
"Dokter, saya mau pulang saja. Saya orang tidak punya, saya takut kalau berlama-lama berada disini tagihan rumah sakit menjadi semakin membengkak," ungkap gadis itu.
"Anda tenang saja, Nona. Semua biaya rumah sakit sudah di tanggung oleh pak Bryan," jawab dokter.
"Pak Bryan?! Siapa dia?" tanya Queenza karena merasa sangat asing dengan nama itu.
"Dia adalah orang yang sudah membawa Nona kesini. Jadi sekarang Nona beristirahat saja karena tak lama lagi pak Bryan akan kemari."
Queenza menuruti permintaan dokter untuk tetap diam di hospital bed, karena dia sendiri penasaran siapakah orang yang sudah perduli dan mau menyelamatkan nyawanya.
Tak lama kemudian Bryan datang sehingga dokter dan perawat langsung keluar dari ruangan itu. Queenza menelisik penampilan Bryan yang begitu rapi mengenakan kemeja putih serta memakai jas. Dari penampilannya saja Queenza sudah dapat menebak jika Bryan bukan orang sembarangan.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Bryan seraya menatap lekat wajah gadis malang yang kini bersandar di gundukan bantal hospital bed.
"Sudah jauh lebih baik. Kenapa kau menolongku?" tanya Queenza kepada pemuda itu.
"Mungkin kau hanya sedang beruntung saja di pertemukan denganku, karena sejujurnya aku bukan tipe orang yang suka menolong orang lain, kecuali orang itu bisa ku manfaatkan," ungkap Bryan sehingga membuat Queenza menatapnya dengan begitu serius.
"Jangan meminta ku uang, karena jika itu yang kau harapkan, jujur saja aku tidak punya. Bahkan aku tidak memiliki apa-apa," ucap Queenza seraya menundukkan pandangan.
"Apa kau tidak mengamati penampilanku? Apa menurutmu aku orang yang kekurangan harta? Tentu tidak, Nona. Aku sudah memiliki segalanya," jawab Bryan terdengar begitu arogan.
"Lalu apa yang kau inginkan dariku?" tanya Queenza pada pemuda itu.
"Setelah keadaanmu membaik, kau harus ikut tinggal bersamaku," ucapan Bryan membuat Queenza terperangah. "Bagaimana? Apa kau mau? Kalau tidak, biaya rumah sakit tidaklah gratis," ujarnya menekankan.
Mau tidak mau terpaksa Queenza menuruti permintaan Bryan untuk ikut. Setelah dinyatakan membaik, Bryan pun membawa Queenza ke mansion Edison untuk tinggal disana.
Hans dan Freya menatap tajam kedatangan Bryan saat melihat pemuda itu membawa seorang gadis yang masih berusia belasan tahun.
"Siapa dia? Wanita baru mu lagi?" tanya Hans dengan tatapan mengejek.
"Jaga bicaramu!" bentak Bryan yang tak suka mendengar ucapan kakak angkatnya.
"Mengapa kau marah? Bukankah biasanya juga seperti itu. Kau akan dengan mudahnya meninggalkan wanita mu setelah kau mendapatkan apa yang kau mau," desis Hans dengan tatapan mengejek.
"Sekali lagi bicara, aku tidak akan segan-segan__"
"Cukup!" ucapan Bryan di potong oleh Freya, "dari pada kalian banyak bicara omong kosong, lebih baik kau jelaskan siapa gadis ini dan mengapa kau membawanya kemari?"
"Namanya Xieena. Mulai saat ini dia akan tinggal di mansion bersama kita," jawab Bryan sehingga membuat Freya marah.
Queenza mengerutkan kening mendengar Bryan memperkenalkan namanya sebagai Xieena.
"Lancang sekali kau! Apa kau tidak menghargai aku sebagai ibu mu?" sarkas Freya yang bangkit dari duduknya.
"Maafkan aku, Mommy. Tapi aku juga punya hak di mansion ini, dan harusnya Mommy juga tahu akan hal itu," balas Bryan yang tak kalah sengit. Dia pun menoleh kepada Queenza.
"Ayo Xieena, ikut aku."
Queenza hanya mengikuti perkataan Bryan tanpa banyak bertanya. Sesampainya di depan pintu kamar, Queenza memberanikan diri untuk berbicara.
"Ini kamarmu. Tidak perlu sungkan, anggap saja seperti rumah sendiri. Dan satu lagi, kau tidak perlu memikirkan ucapan ibuku tadi, karena dia orangnya memang seperti itu," ujar Bryan.
"Namaku Queenza," ucap gadis itu sehingga membuat Bryan kembali berbalik badan menghadapnya.
"Mulai saat ini namamu Xieena. Kau harus catat itu baik-baik," kata Bryan menekankan.
"Bagaimana dengan studi ku?" tanya Queenza.
"Aku tidak akan memutus studimu, kau akan tetap meneruskan pendidikanmu karena mulai sekarang aku yang akan menanggung biaya hidupmu," jawab Bryan.
"Kau belum mengatakan apa yang harus aku lakukan untuk membalas semua kebaikan mu," kata Queenza.
"Kau akan tahu itu nanti. Sekarang kau beristirahat, karena besok permainan akan di mulai," ucap Bryan dengan sorot mata yang menakutkan.
Nadia, ia tidak pernah menyangka jika rumah tangga yang ia jalani selama hampir sepuluh tahun lamanya di penuhi dengan kebohongan. Suami yang ia percaya akan menjaga dan melindungi hidupnya malah tega berselingkuh di belakangnya hingga dia memiliki seorang anak dari perempuan lain. Akankah Nadia sanggup bertahan dengan pernikahannya atau memilih untuk pergi demi kesehatan mentalnya?
Alea, seorang gadis miskin yang menjalani lika-liku kehidupan. Dia menjadi korban perkosaan oleh seorang laki-laki yang tidak ia kenal di hotel tempat dimana ia bekerja, karena Alea merupakan seorang office girls. Penderitaan mulai berlanjut saat ia di paksa menikah dengan pria yang lebih pantas menjadi ayahnya, hingga Alea harus rela menjadi istri ke empat dari pria tersebut. Tak hanya sampai disitu. Hidup Alea semakin rumit saat ia tahu jika anak dari pria yang menikahinya itu adalah orang yang menodai kesuciannya saat cek-in di hotel. Bagaimana Alea menjalani kehidupannya?
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Kurnia, yang buta karena kecelakaan ditolak oleh semua sosialita-kecuali Elara, yang menikah dengannya tanpa ragu. Tiga tahun kemudian, dia mendapatkan penglihatan kembali dan pernikahan mereka pun berakhir. "Kami sudah kehilangan banyak tahun. Aku tidak akan membiarkan dia menyia-nyiakan tahun itu lagi untukku." Elara menandatangani surat perjanjian perceraian tanpa sepatah kata pun. Semua orang mengejek kejatuhannya-sampai mereka menemukan bahwa dokter ajaib, maestro perhiasan, genius saham, peretas ulung, dan putri sejati Presiden ... semuanya adalah dirinya. Ketika Kurnia merangkak kembali, seorang miliarder kejam mengusirnya. "Dia istriku sekarang. Pergilah."
Natalia dulu mengira dia bisa meluluhkan hati Kenzo yang dingin, tetapi dia salah besar. Ketika akhirnya memutuskan untuk pergi, dia mendapati dirinya hamil. Meski begitu, dia memilih untuk diam-diam meninggalkan dunia pria itu, yang mendorong Kenzo untuk mengerahkan semua sumber dayanya dan memperluas bisnisnya ke skala global-semua itu dilakukannya demi menemukannya. Namun, tidak ada jejak Natalia. Kenzo perlahan-lahan berubah menjadi gila, menjungkirbalikkan kota dan membuat kekacauan. Natalia akhirnya muncul kembali bertahun-tahun kemudian, dengan kekayaan dan kekuasaannya sendiri, hanya untuk mendapati dirinya terjerat dengan Kenzo sekali lagi.
"Janus, jangan ceraikan aku, ya?" Rengeknya. "Begini aja udah cukup. Aku ga minta lebih." Katanya dengan suara yang memelas. Ketika mendengar rengekan itu, tangan Janus berhenti dan keinginan di matanya berangsur-angsur mendingin. Suaranya yang agak serak masih lembut. "Fay, mengapa kau jadi lupa dengan kesepakatan yang sudah kita buat?" "Ingat perjanjian kita, jika Uke kembali, hubungan ini selesai sampai disini," imbuhnya lagi. Suara itu terdengar begitu tegas meskipun sedikit gemetar.