/0/22149/coverbig.jpg?v=77136e11d84b61a3c6e54ad0c74128b6)
Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan. Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah-Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh. Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
"Semoga bukan bapak-bapak kepala plontos, kulit arang, perut buncit, kumis lele!"Meski pekerjaannya salah, gadis bernama Melissa itu selalu tetap berdoa untuk kelancarannya malam ini.
Ya, Melissa Permata Sari. Gadis berambut panjang sepinggang itu menarik napas dalam-dalam. Nomor kamar hotel yang ia tuju sudah di depan mata, sebentar lagi ia akan kehilangan sebuah mahkota sebagai sandang keperawanannya.
"Tenang Melissa , ngangkang dikit abis itu kabur!"
Nomor kamar hotel itu sudah ada di hadapannya, sekali lagi ia menarik napas sebelum membuka pintu.
"Eh kok gelap!"
Suara tap lampu terdengar dan seketika ruangan menyala terang. Ia tak mungkin salah kamar karena saat ini yang ia hadapi adalah pria tampan, jauh dari ketakutan sebelumnya.
Pria pemilik sorot mata tajam dengan rahang tegas di sana, membuat Melissa menundukkan kepala tak berani melihatnya.
Wajar saja, ini pengalaman pertama, ia tidak ada bakat untuk menggoda pria seperti wanita-wanita lain.
"Hmm... selamat malam, Pak! Mau langsung, atau pemanasan dulu? Kebetulan ini pengalaman pertama, biar Bapak aja yang bimbing hehe ...."
Tampak kaku, Melissa terus saja menyengir karena bingung bertingkah seperti apa yang cocok ia peragakan untuk berhadapan dengan pelanggan.
"Bisa ngurus anak? Menyusui?"
Terdengar konyol, cukup membuat tercengang, tetapi itulah yang ia dengar. Baiklah, ia akan menghadapi ini. Pertama-tama Melissa tersenyum sopan, lalu ia mendekati pria itu perlahan-lahan. Sesuai arahan madam Chee tadi, ia harus menggoda tamunya dengan baik.
"Kalau menyusui saya nggak bisa Pak karena belum ada pengalaman beranak, tapi kalau untuk menyusui Bapak saya bisa-eh!"
"Saya sudah besar!" Siapa sangka, sahutan itu membuat Melissa merasa konyol sendiri. "Apa ada pengalaman menjadi baby sitter?"
"Hmm, tapi bentar dulu Pak, ini Bapak mau nyewa saya atau mau cari pengasuh? Terus saya jadi dieksekusi gak?"
Pria itu menatapnya, lalu tersenyum kecil. Yang ditangkap oleh mata Melissa itu sebuah pahatan sempurna milik Tuhan yang sangat tampan. Ya, senyuman dengan lesung di pipinya.
"Sebenarnya saya sedang mencari pengasuh untuk anak saya, dan dengan cara ini saya berharap bisa menemukan perempuan muda yang bisa menjaga anak, atau yang sudah mempunyai anak tidak apa-apa karena saya butuh asi yang cocok untuk anak saya!"
"Istrinya ke mana, Pak?" tanya Melissa .
"Istri saya meninggal setelah melahirkan putri pertama saya!"
"Jadi sekarang Bapak duda?" Pria itu mengangguk, membuat Melissa ingin tahu lebih banyak." Terus, kenapa gak cari baby sitter aja? Cara Bapak ini udah out of topik banget dari kegiatan kita sekarang!"
"Sudah, bahkan sudah ke sekian kali, tapi anak saya gak cocok sama tangan mereka sampai cara ini yang terakhir. Sebelumnya saya juga sudah konfirmasi dengan madam Chee untuk mencarikan saya perempuan yang baru."
"Oh gitu, saya bisa kok jadi baby sitter, tapi untuk ASI saya belum bisa karena saya masih perawan. Tenang aja Pak, nanti saya usahakan anak Bapak mau!" Dengan semangat, Melissa seakan mengajukan dirinya.
"Alasan kamu jadi seperti ini karena apa?"
Pertanyaan itu adalah hal yang ingin didengar oleh Melissa karena dengan adanya pertanyaan tersebut semua orang harus tahu jika ia melakukan pekerjaan ini ada alasannya.
"Hutang ayah. Dia pernah gagal dalam usaha, dan modal usaha itu boleh meminjam. Buntu gak ada ide buat cari uang, jadi ini yang saya lakukan!"
"Berapa?"
"150 juta!"
"Baiklah ... ini sangat pas! Jika kamu berhasil membuat anak saya luluh, maka hutang orang tuamu akan lunas!"
"Serius Pak, langsung lunas?"
Tentu saja Melissa berbinar, padahal dugaannya ia akan melakukan pekerjaan ini sampai melayani beberapa orang untuk mengumpulkan uang sampai cukup.
"Ya, dengan syarat taklukan anak saya!" Pria itu berdiri dan membenarkan kemejanya, tampak siap melangkah.
"Deal! Jadi, Bapak gak jadi geledah saya nih?" Dengan tampang menantang seolah menggoda, Melissa bertanya.
"Gak, saya nggak nafsu!"
jawabnya sambil berjalan.
"Syukur deh, si imut aku nggak jadi turun mesin hehe," gumamnya, lalu ia mengintil pria itu dari belakang.
***
Setelah diajak mutar-mutar dengan mobil mewah, kini Melissa sedang menginjakkan kaki di sebuah mansion yang sudah dipastikan milik pria tadi.
Sebagai perempuan miskin yang dihidupi dengan kesederhanaan, tentu saja ia kagum. Namun, rasa kagum itu cukup ia pendam dalam hati.
"Cakep banget rumahnya, luas lagi. Ini kalau di komplek bisa nampung satu RT."
"Ayo, ikuti saya!"
"Ini rumah Bapak? Nyicil sebulan berapa? Eh, iya saya belum kenal nama Bapak!"
Ya, karena ia belum mengenalnya, maka pertanyaan menyicil terlintas, padahal ia belum tahu siapa pria tersebut.
"Adrian Sutil !"
Pria yang menjadi pemburu kaum perempuan itu adalah seorang miliarder dengan cabang usaha di mana-mana.Perusahaannya melatak, dan jangan ditanya bagaimana kondisi keuangannya.
"Oke pak Adrian, nama saya Melissa !"
"Tetapi?"
"Melissa Permata Sari", Pak.
Jangan di ganti ya, nanti repot dan bikin masalah di jagat raya!"
"Baiklah, ayo ikut saya, Mel!"
Wajah perempuan itu dibuat melongo, tetapi ia kesal karena namanya tidak disebutkan dengan sempurna. Namun, ia hanya mampu menahan sabar.
Setibanya di kamar bayi bernuansa baby blue, lagi-lagi Melissa merasa kagum dengan ruangan sebesar ini hanya untuk anak kecil.
Tiba-tiba seorang pembantu datang menghampiri dengan membawa bayi yang sedang menangis.
"Sini sama aku!" Melissa tentu saja mengajukan dirinya. Menangani bayi sudah biasa karena di rumahnya, banyak sekali ibu-ibu yang menitipkan anak dengan imbalan uang.
Perempuan dengan seragam pembantu itu ragu, tetapi saat majikannya memerintahkan ia langsung menyerahkan bayi bule yang ia gendong.
"Hei ... jangan nangis, Sayang.
.. ya ampun cantik banget!"
Awalnya bayi berusia tiga bulan setengah itu masih terus menangis. Namun melihat ekspresi Melissa yang dibuat-buat konyol, bayi tersebut mulai terdiam seolah sedang mengenali wajah perempuan itu.
"Bhaaa...."
Sedetik kemudian bayi tersebut tersenyum hingga akhirnya mulai tertawa. Bibir ayahnya pun tampak tertarik membentuk senyuman.
"Pak, dia cocok sepertinya!"
bisik pelayan di sampingnya.
"Tapi masih perawan!"
"Belum bisa kasih ASI dong, Pak?"
"Hmm...."
Kini mereka melihat Melissa sudah berhasil membuat bayi cantik itu tertidur dalam gendongannya. Adrian benar-benar tenang saat ini.
Pelayan tadi pun diperintahkan Adrian untuk menggantikan Melissa . Namun, baru sebentar saja bayi tersebut pindah tangan ia sudah menangis kencang seperti baru saja mimpi buruk.
"Astaga, dia gak mau aku lepas!"
"Nona, coba langsung taruh di ranjangnya. Bapak mau bicara dengan Nona katanya!" titah
"Oh, oke baik!" Dengan hati-hati anak itu diletakkan di dalam box, dan ya benar saja anak itu tidak bersuara lagi dan matanya tetap terpejam.
Kemudian, Melissa mengintil Adrian dari belakang. Sampai tiba di sebuah ruangan, mereka duduk saling berhadapan.
"Gimana Pak? Saya bisa kan taklukkan anak Bapak? Saya yakin deh nanti gak akan nangis terus kalau sama saya!"
"Hmm, okey saya akui itu dan mulai besok kamu sudah bisa bekerja, tapi... karena kamu tidak bisa memberikan asi berarti hutang ayahmu saya bayar setengah!"
"Perhitungan amat, orang kaya pelit!"
"Lunasi aja Pak, nanti potong gaji saya!" tawar Melissa .
"Tidak bisa, gaji kamu sudah habis untuk hutang setengah itu."
"Jadi saya gak digaji gitu, Pak?"
"Bisa, asal kamu mau ...."
"Mau apa?"
"Jadi pelacur saya!"
Bersambung ~
Malam itu, Ajela dijual oleh ibunya seharga satu miliar kepada seorang pria yang mencari gadis perawan. Tak ada yang menyangka, pria tersebut adalah aku! Aku yang membeli Ajela! Dia dipaksa menjalani sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, dan Mama masih tega menganggap Ajela sebagai wanita panggilan? Ajela dianggap tak lebih dari beban di keluarganya sendiri. Hidupnya penuh penderitaan-dihina, diperlakukan tidak adil, bahkan sering dipukuli oleh ibu dan kakak tirinya. Demi mendapatkan uang, Ajela akhirnya dijual kepada seorang pria yang mereka kira seorang tua bangka, jelek, dan gendut. Namun, kenyataan berkata lain. Pria yang membeli Ajela ternyata adalah pengusaha muda sukses, pemilik perusahaan besar tempat kakaknya, Riana, bekerja. Bagaimana Riana akan bereaksi ketika menyadari bahwa pria yang ia incar ternyata adalah orang yang membeli Ajela? Dan bagaimana nasib Ajela saat malam kelam itu meninggalkan jejak kehidupan baru dalam dirinya?
Clara, seorang gadis yatim yang hidup sederhana bersama ibunya, menjalani hidup penuh perjuangan. Namun, dunia Clara mendadak jungkir balik ketika sepupunya sendiri menebar fitnah keji. Fitnah itu menyeret nama dosennya-sosok yang terkenal galak dan tak kenal kompromi. Tekanan keluarga dan bisik-bisik masyarakat memaksa Clara untuk menikah mendadak dengan pria yang selama ini ia anggap "dosen brengsek." Pernikahan yang diawali dengan paksaan ini menjadi babak baru dalam hidup Clara. Pertanyaannya: apakah pernikahan ini akan membawa kebahagiaan atau justru menjadi bencana yang lebih besar? Akankah fitnah yang merusak kehormatannya berujung pada kisah cinta yang tak terduga? "Namaku Clara, dan aku menikah mendadak dengan dosen yang kubenci." Pahitnya fitnah dan manisnya cinta beradu dalam perjalanan hidup Clara yang penuh kejutan.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.