Mendengar hal itu, Bu Dewinta menggedor pintu kamar Aprilia semakin keras. "Bangun April.. Kalau kamu gak bangun, jangan salahin Mami ya jika kucing kesayanganmu itu Mami buang !!", ancam Bu Dewinta kesal.
Aprilia membulatkan matanya, bergegas membuka pintu.
"Itu sama sekali gak lucu, Mam," ucap Aprilia membuka pintu kamamya.
"Memang gak lucu, makanya sekarang kamu bangun!" bentak Dewinta.
"Iya Mami Sayang, tuh aku sudah bangun. Mami jangan galak - galak deh, nanti cepat tua loh, "ucap Aprilia menggoda.
"Sudah, sekarang kamu buruan mandi! Mami akan mengantarkan kamu ke sekolah barumu, ingat! ini yang kelima kalinya kamu pindah sekolah, Mami gak mau lagi ya dengar kamu berantem terus bikin onar lagi, Mami ini capek Aprilia, Mami capek selalu di panggil ke sekolah karena kenakalan kamu, pokoknya Mami sangat berharap ini yang terakhir kalinya ya kamu pindah sekolah." Ucap Bu Dewinta menghembus nafas kasar.
"Ya elah Mami, lagian April juga gak maksa untuk sekolah, dari dulu April juga udah bilang kan ke Mami, jika April tidak ingin sekolah lagi."
"Apa katamu?!!, Mami banting tulang kerja untuk menghidupi kamu April, jika kamu tidak sekolah kamu mau jadi Apa? Apalagi Mami sudah memasukkan kamu di sekolah paling Populer di kota ini !," tegas Dewinta dengan sorot mata tajam.
"Bodoh amat, bukan urusan April! Lagian siapa suruh Mami bercerai dengan Papi, hah?" ucap Aprilia menatap Ibunya dengan sorot mata tajam.
Dewinta menghembus nafas kasar, ia tahu ini semua tidak mudah bagi Aprilia, tapi ia juga punya alasan tersendiri kenapa ia dan suaminya harus berpisah.
"Kenapa Mami diam? Mami gak tahu kan mau jawab apa? jika saja Mami tidak sibuk dengan karier Mami, mungkin Papi saat ini masih bersama kita, Papi tidak akan meninggalkan Mami, tapi Mami terlalu egois, Mami tidak pernah berubah," ucap Aprilia dengan nafas yang memburu.
"Cukup Aprilia !!, ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan," bantah Dewinta tidak terima.
"Lalu apa ?, apa alasan Mami dan Papi bercerai? Aprilia ingin tahu, apa Mami bisa jelaskan ke Aprilia, kenapa Aprilia tidak boleh mengunjungi Papi? Kenapa, Mi?" tanya Aprilia mendesak sang Ibu.
"Sudahlah, Mami tidak ingin bertengkar denganmu lagi, Sekarang kamu mandi dan siap – siap, Setelah itu bergegaslah ke meja makan, Kita sarapan sama - sama," ucap Dewinta dengan suara bergetar. Ia lalu kembali ke dapur, menyiapkan sarapan.
"Selalu saja begitu, kenapa Mami tidak pernah mengerti perasaanku, aku seperti ini karena aku ingin di perhatikan, aku ingin Papi kembali, Aku ingin keluarga ini bisa utuh, seperti dulu lagi.!" gerutu Aprilia masuk ke dalam kamar mandi.
-----------------------------------
"Loh Dew, kamu kok nangis? berantem lagi sama Aprilia?" tanya seorang wanita.
"Mama," Dewinta memeluk wanita tua yang tidak lain orang tua satu - satunya yang masih ia miliki.
"Semakin hari Aprilia semakin tidak bisa di atur, aku tidak tahu lagi bagaimana cara mengubah sikapnya Ma, Rasanya aku lelah." ujar Dewinta memeluk erat sang Ibu.
"Sampai kapan kamu akan menyembunyikan kebenaran pada putrimu, Aprilia. Dia harus tahu yang sebenarnya tentang Ayahnya, Karena pada kenyataannya mantan suamimu itu memang bukan suami yang baik, dia sering kali memukulmu, dia juga selalu mabuk - mabukan dan main perempuan di luar sana, selama ini kamu yang sudah bekerja keras Dewi..., Mama tidak tega melihatmu terus di siksa oleh si Adi itu, makanya Mama sangat bersyukur kamu akhirnya memilih untuk bercerai dengannya, Kita juga sudah pindah jauh kesini, semoga dia tidak akan menganggu hidup kita lagi." tutur Bu Retno tenang.
"Dewi tau Ma, tapi selama ini Mas Adi selalu bersikap manis di depan Aprilia, dia tidak akan percaya jika aku menjelaskan yang sebenarnya, karena di mata Aprilia Mas Adi adalah sosok Ayah yang begitu sempurna, Aprilia tidak akan percaya padaku, Ma."
"Kamu tidak akan tahu, jika kamu tidak mencobanya Dewi..., Mama kasian sama kamu, selama ini kamu memandang semuanya seorang diri, andai saja Papa kamu masih hidup, dia tidak akan membiarkan anak perempuannya di sakiti, tidak ada seorang Ayah yang mau anaknya di sakiti, apalagi sampai di siksa oleh suaminya."
Dewinta terisak, mengingat bagaimana kelakuan Adi padanya, ia sering kali di gampar, disiksa bahkan di selingkuhi di depan matanya. Adi adalah wujud iblis yang bersembunyi di balik topeng malaikat, di hadapan umum dia sangat memperlakukan Dewinta dengan sangat baik dan begitu romantic, tapi jika sedang berdua, ia akan menjadi sangat ringan tangan tiap kali Dewinta memergoki ia bersama selingkuhannya tengah bermesraan lewat video call, ataupun lewat chattingan.
Hati wanita mana yang tidak akan sakit, sudah bekerja dengan keras, sudah banting tulang, sudah mengorbankan banyak tenaga demi menghidupi keluarga, justru di khianati dan sering kali mendapatkan perlakuan kasar dari sang suami.
"Sudahlah Ma, Suatu saat nanti aku akan menjelaskan semuanya pada Aprilia jika dia sudah benar - benar dewasa, karena melihat sikapnya sekarang, Aku takut jika Aprilia belum sanggup menerima kenyataan ini."
"Kalau seperti itu maumu, Mama bisa apa, Dewi?" ucap Bu Retno pasrah.
Mereka berdua lalu menghidangkan makanan di meja makan.
"Pagi Oma," sapa Aprilia mengecup pipi wanita tua itu.
"Pagi cucu Oma, wah kamu ini sama persis dengan ibumu waktu masih muda dulu, Cantik dan manis." ucap Bu Retno memuji cucu perempuannya.
"Duh Oma, semoga cuman muka saja yang mirip, tapi sifatnya jangan deh." ucap Aprilia seraya melirik ke Dewinta yang hanya bisa bergeming.
"Huss..., kamu gak boleh ngomong gitu sama Ibumu sendiri, Ibumu sudah berjuang dengan keras untuk menghidupi kamu, Aprilia."
Dewinta dengan cepat memegang tangan sang Ibunda, lalu menggelengkan kepala.
"Iya deh, Oma. Huh hari ini sekolah lagi, padahal ya Oma, aku lebih suka tiduran saja di rumah, gak harus mikirin tugas, gak harus ribut mulu sama siswa - siswi yang sok berkuasa. Semoga saja sekolah baru ini tidak membosankan seperti sekolahku yang sebelum – sebelumnya." cetus Aprilia seraya mengolesi selai di rotinya.
"Aprilia.., kamu itu kenapa masih pake headband di tangan, cobalah untuk berpenampilan biasa - biasa saja, itu rok kamu juga terlalu di atas lutut!, kamu ini gak sopan banget." ketus Dewinta yang tidak senang melihat penampilan putrinya.
"Ini kan memang ciri khas Aprilia, Mi."
"Mami gak suka Aprilia...," ucap Dewinta menatap Aprilia dengan lekat.
"Yang di katakan Ibumu benar, April. Cobalah untuk mengubah penampilanmu, jangan terus terusan berpenampilan preman seperti ini, cobalah untuk menjadi biasa - biasa saja, siapa tahu dengan demikian, tidak ada lagi yang menganggumu, dan kamu juga tidak akan berantem terus." tambah Bu Retno lembut.
"Terus Aprilia harus gimana, Oma? Harus berpenampilan culun gitu?, yang ada Aprilia akan di bully." ucap Aprilia sembari mengunyah roti bakar.
"Gak ada salahnya kamu coba, memangnya cucu Oma ini gak bosan, selama ini kamu selalu menang, coba deh sesekali kamu merubah penampilan kamu, biar kamu gak bosan." Tambah Bu Retno.
Aprilia bergeming, menautkan alisnya. Lalu senyumnya merekah.
"Kalau begitu, tunggu sebentar!" ucap Aprilia yang membuat ibu dan neneknya saling tatap.
Sesaat kemudian......
"Surprise...!, gimana Oma?" Tanya Aprilia yang membuat mata kedua wanita di depannya membulat.
Aprilia mengikat rambutnya menjadi dua, terus memakai kaos kaki panjang. Panjang roknya juga sudah di bawah lutut, begitupun dengan bajunya yang sudah ia masukkan ke dalam rok.
"Bagus, seperti ini saja, Oma suka," puji Bu Retno sambil mengalihkan wajah menyembunyikan senyumnya.
"Tapi, aku yakin akan banyak yang membullyku. Tapi tidak apa - apa, aku anggap ini semua sebagai tantangan dari Oma. Aku ingin lihat, seperti apa reaksi dari siswa yang ada di sekolah paling populer di kota ini. Hmm..., aku sudah tidak sabar ingin ke sekolah," gumam Aprilia tersenyum culas.