" Dari tadi belum kelar juga ? itu pelanggan gue yang lain udah pada nunggu buat diangkutin barang - barang belanjaan mereka ke mobilnya ! loe bisa kelja cepat kagak ?"
Axel menahan sabarnya, dia pun berusaha sabar akan teriakan ko Aceng yang memekakan telinga dan menjadi pusat perhatian para pengunjung di tokonya itu. Axel pun mengangkat sekarung Beras ke pick up tanpa menggubris terikan Ko Aceng.
Ko Aceng kian kesal. " Heh ! Kalo gue ngomong lu dengerin dulu!! lu pikir lu siapa ? lu masih mau kelja disini kagak ? kalo lu kagak sanggup lu mending pulang aja dah! dasar kagak tau di untung lu! sudah dikasih kerjaan malah kagak sopan!"
Akhirnya Axel tidak dapat menahan kesabaraanya. Axel pun dengan sengaja membanting karung beras yang sedang dipanggulnya hingga membuat karung beras robek dan membuat beras tersebut berserakan di depan toko. Axel berjalan menuju Ko Aceng dengan geram lalu menarik kerah bajunya dengan sangat kesal.
" Saya ini bukan binatang, Ko,! Saya MANUSIA!" Kesal Axel. "Koko pikir ngangkut barang-barang berat ini bisa diangkut dengan mudah ? Apalagi saya kerja sendiri!"
Ko Aceng Semakin Geram dan berusaha melepasakan cekalan tangan Axel.
"Lepasin! Gue Pecat lu sekarang Juga!"
"Pecat aja! Ko, Koko pikir saya nggak bisa kerja di tempat lain ? Hah?" teriak Axel.
Riko yang bekerja di toko sebelah langsung menarik Axel hingga cekalan Axel terlepas dari kerah baju ko Aceng.
"Udah, Xel! Udah!"
Axel pun melepas tarikan tangan Riko lalu segera berjalan meninggalkan kawasan toko sambil menahan rasa kesalnya.
"Loe gue pecat! lu kagak boleh kerja disini lagi!" teriak Ko Aceng.
Axel terus berjalan tanpa peduli akan teriakan Ko Aceng. dia mencoba mengatur nafasnya dengan berat agar mereda emosinya. Axel baru saja kehilangan ibunya karena terkena demam berdarah. Hari-harinya sangat berat, oleh karena itulah kali ini dia tidak dapat menahan emosinya. Biasanya Axel tidak pernah memperdulikan teriakan-teriakan Ko Aceng yang setiap harinya memekakan telinganya, tapi kali ini kesabaraanya telah habis, dia tidak peduli kalo dia dipecat dari toko itu.
Tiba-tiba Riko Mengejarnya.
"Axelll!!"
Langkah Axel terhenti lalu menoleh kebelakang pada Riko. "Apaan?!!"
"lo balik lagi aja ke toko, Xel. Lo minta maaf sama Ko Aceng ! ko Aceng pasti nerima lu lagi! lo kan tau gimana sifat Ko Aceng selama ini, Xel ! meski dia galak, tapi orangnya baik! dia kagak serius mecat lu Xel!" pinta Riko sahabat dekat Axel yang tinggal satu kampung dengannya sejak kecil.
"Kagak Rik! Gue kagak mau kerja sama dia lagi!titik!" tegas Axel.
Axel pun kembali meneruskan langkahnya menuju tempat tinggalnya dikawasan kumuh pinggir kota Jakarta itu. Riko pun terdiam dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi, akhirnya dia kembali ke toko tempat ia bekerja. Ya, Axel memang sudah lama bekerja di toko ko Aceng, sejak dia masih SMP dulu. setiap kali pulang sekolah Axel selalu bekerja disana demi mendapatkan uang tambahan agar bisa membeli buku-buku yang diinginkannya, karena ibunya sebelum meninggal hanya berjualan lontong dan jajanan kue di depan kontrakannya. itupun tidak dapat membayar penuh uang sekolahnya, Axel lah yang kadang membayar tunggakan sekolah dari hasil bekerja serabutan di sana sini hingga dirinya bisa lulus SMA seperti sekarang.
Axel memang hobi membaca. Di kontrakannya dipenuhi berbagai buku-buku yang dia beli dari toko buku bekas. Impiannya ialah setelah lulus SMA dia ingin memasuki ZEEZ universitas dan setelah lulus disana dia bisa menjadi pebisnis yang handal. ZEEZ universitas adalah universitas terbaik yang menghasilkan mahasiswa dan mahasiswi menjadi pebisnis hebat. Axel pun sudah mengikuti ujian masuk melalui jalur beasiswa ke universitas tersebut dan hingga saat ini dia tengah menunggu hasil pengumumannya. dia tidak tau apakah bisa diterima atau tidak, karena yang dapat diterima di universitas tersebut hanya dengan nilai terbaik setiap tahunnya yang menerima dan mendapat jalur beasiswa.
Axel berfikir memang sudah seharusnya berhenti bekerja di toko Ko Aceng. Sekarang dia telah lulus SMA, dia bisa melamar kerja ditempat yang layak dan baik menurut dirinya. Apalagi seandainya dia nanti bisa lulus di tes jalur beasiswa di ZEZZ Universitas. Bagaimanapun dia harus bisa mencari kerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya yang hidup hanya sebatang kara. Ayahnya meninggal semenjak dia terlahir dan ibunya baru saja meninggal beberapa minggu yang lalu akibat Demam berdarah.
Saat Axel sudah tiba di depan pintu kontrakannya yang kecil itu, tiba-tiba seorang ibu-ibu bernama Bu Siti menghampirinya sambil membawa sebuah amplop.
"Axell!!"
Axel menoleh pada Bu Siti dengan heran.
"Kenapa, Bu ?"
"Ada Surat dari Pos buat Kamu !" ucap Bu Siti yang kini telah berada di hadapannya. Bu Siti Pun menyerahkan suratnya itu pada Axel. Axel pun menerimanya dengan heran.
"Terima Kasih, Bu," Ucap Axel.
Setelah Menyerahkan surat kepada Axel, Bu Siti Pun pun pergi. Axel Segera membuka pintu kontrakannya lalu masuk. setelah dia duduk di ruang depan kontrakannya yang sederhana itu, dia pun terkejut melihat di permukaan amplop tertulis surat dari Universitas Ternama impinnya selama ini.
"ZEEZ Univeritas?"
Axel memang mengikuti tes beasiswa yang diadakan oleh SMA tempat sekolahnya dulu. dia tidak berharap banyak akan itu, karena yakin tidak akan bisa diterima di universitas yang hanya bisa dimasuki oleh para anak-anak orang kaya itu. Axel pun segera membuka surat itu, dia perlahan membaca surat tersebut yang isinya tentang perihal pengumuman terkait hasil tes ujian memasuki universitas tersebut dan ia pun terbelalak bahwa dirinya dinyatakan LULUS memasuki universitas ternama ternama itu di jurusan Manajemen Bisnis serta mendapatkan Beasiswa penuh hingga wisuda.
Axel bergegas berlari menembus gang-gang sempit menuju pemakaman tempat dimana ibunya disemayamkan. saat dia sudah tiba di dekat batu nisan makam ibunya, mata Axel pun berair haru.
"Buk!!, Axel dapat beasiswa, Buk!. ini semua berkat Doa - Doa Ibu di Surga! Axel Janji akan berusaha jadi anak sukses seperti yang Ibu inginkan selama ini".
Axel pun terisak di hadapan batu nisan mendiang Ibunya itu. Dia masih tidak percaya akan mendapatkan keajaiban sesuai impiannya.
Axel kembali pulang menuju kontrakannya dan saat dia memasuki gang sempit menuju kontrakannya, dia melihat seorang lelaki kekar berpakaian hitam yang tiba-tiba berjalan mengikutinya dari belakang.
Lelaki kekar itupun terus mengikutinya, walaupun Axel sudah berusaha berbelok belok di dalam gang-gan sempit. Axel berfikir bahkan curiga kalau mereka adalah orang-orang suruhan dari Ko Aceng yang ingin memberinya pelajaran. Di saat seperti ini Axel tidak ingin terlibat masalah, dia hanya ingin fokus menyiapkan diri untuk kuliah di universitas impiannya. Dia tidak ingin menambah daftar musuh dalam hidupnya. Tanpa berfikir lagi, Axel segera berlari untuk menghindarinya, dan ternyata para lelaki kekar pun mengejarnya. Axel pun berlari semakin kencang agar berhasil kabur dari kejaran para orang-orang yang mengikutinya.
Saat Axel berhasil keluar dari gang dan tiba di tepi jalan agak besar, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya. empat lelaki kekar yang lain keluar dari dalam mobil itu. Axel hendak berbalik, dan ternyata lelaki kekar yang mengejarnya di belakang telah menghadang di hadapannya hingga axel pun terdesak. Axel pun segera mengambil ancang-ancang untuk melawan dan mengeluarkan ilmu silatnya yang diajarkan oleh salah satu warga di daerah tempat tinggalnya.
"Mau apa kalian?" tanya Axel heran."
Gue kaga ada urusan sama kalian!"
"Sabar!" ucap seorang lelaki yang mengejarnya tadi.
Axel yang masih mengira mereka komplotan preman yang disewa Koh Aceng untuk menghajarnya itu kian geram.
"Gue kaga ada masalah dan kaga ada urusan lagi sama Koh Aceng !!" Gue udah dipecat disana dan ngga akan kembali kerja disana!!" tegas Axel yang masih bersiap untuk melawan mereka.
"Kita engga kenal siapa itu Koh Aceng dan Kaga ada hubungan dengannya", jawab lelaki kekar itu. "kita kesini buat jemput kamu karena ada yang ingin bertemu dengan kamu serta bebrbicara serius denganmu!" ini penting, Masalah keluarga Kamu!!".
Axel Mengermyit. "Keluarga? Keluarga gue udah ngga ada! Gue hidup sebatang kara dikampung ini sekarang! Bokap Nyokap gue udah meninggal Semuanya!"
"Masih ada dan kalo kamu pengen tau yang sebenarnya, ayo ikut kami segera!", pinta lelaki itu.
Axel pun tidak semudah itu percaya, Dia pun langsung menyerang ketiga lelaki kekar itu dengan ilmu silat yang dikuasainya, tanpa butuh waktu lama kelima lelaki kekar itu kini tumbang, terkapar meringis kesakitan disekitarnya.
"Pergi kalian dari sini!, sebelum kalian semua mati !!!" tegas Axel.
Tak lama kemudian keluarlah seorang lelaki berumur 40 tahunan dari dalam mobil. Dia menggenakan setelan Jas yang sangat rapi dan menggunakan kaca mata hitam. Axel pun bersiap kembali untuk menyerangnya karena khawatir lelaki itu akan membalas perlakuannya yang sudah membuat anak buahnya babak belur.
"Sabar, "Pinta lelaki itu. "Kita ingin menemui kamu dengan baik-baik".
"Siapa Kalian? ada urusan apa kalian semua sama gue? tanya Axel heran.
"Saya tidak dapat menjelaskannya disini. Jika ingin Tahu apa tujuan kami, ikut kami..." pinta lelaki berumur 40 tahunan itu."Yang jelas, tujuan kami ini tidak akan mencelakai kamu."
"Gue Ngga Percaya! Pergi kalian dari sini!!" tegas Axel.
Karena tidak ada pilihan lain, lelaki berumur40 tahunan itu akhirnya memberitahukan maksud kedatangan mereka pada Axel.
"Perkenalkan, Saya Yoga. Saya orang kepercayaannya Bapak Bagaskara", ucap Yoga pada akhirnya. "Selama ini Bapak Bagaskara telah kehilangan anak kandungnya. Mengenai bagaimana anak kandungnya itu hilang, saya belum bisa ceritakan semuanya ke kamu. Namun dugaannya sekarang, kamulah anak kandung pak Bagaskara yang hilang itu dan karena itulah saya mencari kamu disini untuk menguatkan buktinya."
Axel tertawa mendengar itu. "Bapak kandung saya udah ninggal Om, Ibu saya juga baru meninggal, Om jangan ngarang Deh!", Mau dibuktiin dengan bukti apapun juga kaga bakal kebukti, Om!"
Yoga tersenyum mendengarnya. "Jadi gini, nanti akan saya ceritakan semuanya kenapa saya bisa yakin kamu adalah anak Pak Bagaskara. Untuk membuktikannya kamu harus bersedia untuk tes DNA, Jika nanti hasilnya akurat, Berarti kamu adalah anak kandung Bapak Bagaskara dan setelah itu akan saya ceritakan semuanya ke kamu bagaimana semua itu bisa terjadi."
Axel pun masih enggan untuk percaya. "Memangnya Pak Bagaskara itu siapa ?"
"Pak Bagaskara itu adalah orang terkaya ketiga di negara ini", Jawab Yoga.
Axel langsung terbelalak mendengar itu. "Orang terkaya ketiga?"
Yoga mengangguk sembari tersenyum padanya. Axel masih kukuh tak percaya mendengar itu. Dia pun memperhatikan Yoga dari ujung rambut hingga ujung kaki, lalu memperhatikan para Bodyguard yang masih mengelilinginya sambil menahan sakit akibat serangan dirinya. Melihat tampang mereka, tidak mungkin mereka suruhan Koh Aceng.
"Ikut kami jika ingin mendengar semuanya bgaimana ini bisa terjadi", Ucap Yoga sekali lagi."
Akhirnya karena percaya mereka bukan suruhan Koh Aceng dan yakin bahwa mereka utusan dari Pak Bagaskara Axel pun bersedia mengikuti mereka karena Axel beranggapan tidak memiliki masalah pada siapapun. Serta Axel pun penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Pak Yoga itu.
"Benarkah saya anak kandung orang terkaya ketiga di Negara ini?, Jika benar, siapa ibu yang merawat saya selama ini dan kenapa saya bisa dibesarkan di perkampungan kumuh ini"?. Tanya Axel yang kebingungan dalam hatinya di dalam mobil yang membawanya menembus jalanan kota Jakarta itu.