Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Incarannya Tante dan Janda
Incarannya Tante dan Janda

Incarannya Tante dan Janda

5.0
1 Bab
75 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Randy, seorang pemuda kaya raya, harus menjalani hidup sendirian setelah kematian misterius kedua orang tuanya. Meski kehilangan mereka, ia mewarisi sejumlah hotel dan restoran di berbagai kota besar, menjadikannya salah satu pewaris termuda dengan kekayaan luar biasa. Namun, di balik tragedi itu, Randy mencurigai pamannya, Sastro, sebagai dalang dari kematian orang tuanya. Kecurigaan itu semakin kuat ketika Ratih, orang kepercayaan ibunya, menyerahkan seluruh aset keluarga kepadanya. Dengan warisan besar di tangannya, Randy mulai menggali kebenaran yang tersembunyi di balik misteri ini. Di tengah pencariannya, Randy justru menemukan dirinya dikelilingi oleh wanita-wanita yang lebih dewasa darinya-sosok-sosok yang bukan hanya menarik hatinya, tetapi juga memberikan kenyamanan dan kedewasaan yang selama ini ia cari. Antara penyelidikan dan percintaan yang semakin rumit, mampukah Randy mengungkap konspirasi yang mengancam hidupnya, atau justru tenggelam dalam pesona wanita-wanita yang mengisi kesepiannya?

Bab 1 Lastri pengasuh dan kekasih

Randy, seorang pemuda kaya raya berusia 23 tahun, harus menjalani hidup sendirian setelah kematian misterius kedua orang tuanya. Meskipun kehilangan mereka, ia mewarisi sejumlah hotel dan restoran di berbagai kota besar, menjadikannya salah satu pewaris termuda dengan kekayaan luar biasa.

Beberapa bulan setelah kepergian orang tuanya, Randy tinggal bersama asisten rumah tangganya, Lastri. Wanita berusia 35 tahun itu sangat menyayangi Randy. Meski usianya tak lagi muda, Lastri masih tampak cantik dan anggun, memancarkan pesona yang sulit diabaikan.

Malam ini, Randy tak bisa tidur. Bayangan tentang papa dan mamanya terus berputar di kepalanya, membuat hatinya terasa sesak. Ia duduk di ruang keluarga, termenung dalam kesunyian.

Lastri, yang keluar dari kamarnya menuju dapur, melihat Randy duduk sendirian. Ia pun mendekat, lalu dengan suara lembut bertanya,

"Kamu kenapa, Sayang?"

"Aku nggak bisa tidur, Bi," jawab Randy lirih.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Lastri penuh perhatian.

"Aku teringat Papa dan Mama, Bi," sahut Randy, suaranya sedikit bergetar.

Lastri menghela napas pelan, lalu duduk di samping Randy. Tangannya yang halus mengusap punggung pemuda itu dengan lembut, berusaha menenangkan kegelisahan yang dirasakannya.

"Aku tahu ini pasti berat buat kamu, Sayang. Kehilangan orang yang kita cintai memang tidak mudah," ujarnya dengan suara penuh kelembutan.

Randy diam, matanya menatap kosong ke arah meja di depannya. Tangannya meremas jemarinya sendiri, mencoba menahan emosi yang menggelayuti hatinya.

"Aku masih belum bisa menerima semuanya, Bi... Rasanya masih seperti mimpi. Tiba-tiba Papa dan Mama pergi begitu saja... tanpa aku tahu kenapa."

Lastri merasakan kepedihan dalam suara Randy. Wanita itu tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan pemuda yang telah ia anggap seperti anak sendiri itu. Ia ingin melakukan sesuatu untuk meringankan bebannya.

"Kamu harus kuat, Randy. Aku yakin Papa dan Mama kamu pasti ingin melihat kamu bahagia, bukan terus bersedih seperti ini."

Randy menghela napas panjang, lalu menoleh ke arah Lastri. Ada sorot kelelahan di matanya, tetapi juga kehangatan yang perlahan muncul saat melihat sosok wanita yang selalu ada di sisinya.

"Terima kasih, Bi... Kalau nggak ada Bibi, mungkin aku sudah nggak tahu harus bagaimana."

Lastri tersenyum lembut, lalu tanpa sadar tangannya menyentuh pipi Randy, mengusapnya dengan penuh kasih sayang.

"Aku akan selalu ada untukmu, Sayang."

Suasana menjadi hening sejenak. Tatapan mereka bertemu dalam keheningan malam, seakan ada sesuatu yang mengikat keduanya dalam momen itu. Randy merasakan detak jantungnya sedikit lebih cepat, sementara Lastri pun menyadari betapa dekatnya mereka saat ini.

Namun sebelum suasana semakin dalam, Lastri mengalihkan pandangannya dan segera bangkit dari duduknya.

"Sudah malam, kamu harus istirahat. Aku temani kamu tidur ya sayang.'' ucap Lastri sambil menarik tangan Randy membawanya kekamar.

Randy mengikuti ajakan Lastri setiba di kamar Randy berbaring miring, Lastri segera ikut berbaring miring berhadapan dengan Randy, tangannya mengelus rambut Randy dengan penuh kasih sayang.Perlahan dia mendekatkan wajahnya, lalu mengecup bibir Randy dengan gairah.

Randy yang baru merasakan kecupan dari seorang wanita tubuhnya bergetar, Lastri tahu hal itu, perlahan dia menarik tangan Randy dan menelusupkan di dadanya lalu meletakkkan tangan itu di mahkota dadanya yang tidak memakai Bra.

Randy perlahan meremas mahkota dada yang masih kenyal itu, gairahnya seketika bangkit.

"Sayang, ahhh...jangan keras keras ya? pelan aja meremasnya " ucap Lastri sambil memejamkan matanya

"Iya, Bi," sahut Randy.

Ia mulai berani membalas kecupan Lastri dengan hangat. Lastri pun bangkit perlahan, lalu menanggalkan seluruh pakaiannya satu per satu.

Randy terpana sejenak, matanya tak berkedip menyaksikan pemandangan yang begitu menggoda di hadapannya. Perlahan, Lastri menarik tangan Randy, lalu meletakkannya di area rerumputan tebal miliknya.

Dengan ragu namun dipenuhi rasa penasaran, Randy mulai membelai lembut bagian itu. Sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya membuat dadanya berdebar kencang. Dan tanpa sadar, dorongan nalurinya membawanya untuk menciumi area sensitif tersebut.

"Sayang... pakai lidahmu..." ucap Lastri pelan, suaranya penuh godaan.

Sambil berbaring, ia mengangkat lututnya dan sedikit membukanya, memberikan akses penuh bagi Randy.

Randy semakin bergairah. Tanpa ragu, ia perlahan melepaskan semua pakaiannya, lalu menunduk, mendekatkan wajahnya ke area gua Lastri yang sudah menganga, menantinya. Dengan penuh hasrat, ia mulai mengecap, menjelajahi setiap lekuknya dengan lidahnya.

"Ahhh... terus, Sayang..." desah Lastri, tubuhnya melengkung menahan sensasi yang begitu menggoda. Setelah bertahun-tahun tidak merasakan sentuhan seperti ini, gairahnya yang sempat terpendam kini kembali membara.

Randy terus menjelajahi gua yang sudah basah itu. Ia merasakan sensasi luar biasa, sementara aroma khas dari liang gua semakin membangkitkan gairahnya. Ini adalah pengalaman pertama baginya, dan setiap sentuhan terasa begitu menggoda.

"Ahhh... Sayang... Bibi sudah nggak tahan... Kamu masukin punyamu, ya?" pinta Lastri, suaranya lirih namun penuh hasrat.

Perlahan, Randy beranjak. Dengan bantuan tangan Lastri, ia mengarahkan rudalnya yang sudah mengeras.

Lastri melengkungkan tubuhnya, jemarinya meremas seprai, napasnya semakin memburu. Gerakan Randy yang semakin cepat membuatnya semakin terhanyut dalam gelombang kenikmatan yang sudah lama tak ia rasakan.

"Ahhh... Sayang... teruskan... Bibi nggak tahan lagi..." seru Lastri, tubuhnya melengkung sempurna, sementara kakinya melingkar erat di pinggul Randy.

"Aku juga, Bi... uhhh... kita keluar bareng, ya..." kata Randy, mempercepat gerakannya.

Napas keduanya berpacu seiring gelombang yang datang. Hanya dalam hitungan menit, tubuh Lastri menegang, lalu ia berseru, "Sayang... Bibi nggak tahan lagi... Bibi keluar... ahhh...!"

"Aku juga keluar, Bi... aghhh...!" sahut Randy.

Tubuhnya menegang saat lahar hangatnya membanjiri gua Lastri. Dalam sekejap, tubuh keduanya melemah, terkapar tanpa daya di atas ranjang.

Lastri tersenyum puas, lalu mendekap erat tubuh Randy. "Sayang, Bibi puas... Makasih, ya?" bisiknya lembut.

"Iya, Bi. Aku baru merasakan kenikmatan seperti ini... Aku sayang Bibi," balas Randy tulus.

Beberapa saat kemudian, mereka kembali mengulanginya-lagi, lagi, dan lagi-hingga kelelahan menguasai tubuh mereka, membuat keduanya tertidur lelap sambil berpelukan erat.

Keesokan harinya Lastri bangun lebih dulu, dia segera mandi dan menyiapkan sarapan buat Randy, sambil membawa segelas teh hangat Lastri masuk lagi kekamarnya Randy.

"Sayang, bangun, udah siang, kamu nggak masuk kuliah kah.'' ucap Lastri sambil mencium lembut pipi Randy.

"Hari ini nggak masuk Bi, " sahut Randy sambil merenggangkan kedua tangannya.

"Buruan mandi sayang,"

Randy tersenyumlalu bangun perlahan menarik wajah Lastri lalu menciuminya. "Aku sayang Bibi.'' ucap Randy.

"Sayang mandi dulu ah.'' kata Lastri berusaha melepaskan pelukan Randy.

Randy terkekeh, dia melepaskan pelukan nya lalu melangkah menuju kamar mandi.

Selesai mandi Randy menemui Lastri di dapur, "Bi aku mau menemui Tante Ratih di kantornya, Bibi ikut ya?''

"Nggak bisa sayang, bibi lagi ada urusan yang belum selesai, kamu sendiri aja ya?'' sahut Lastri.

"Iya, Bibi pakai mobil randy ya, biar aku pakai mobil almarhum papa aja.''

"Bibi pakai ojek aja sayang, bibi malu pakai mobil.''

Randy tersenyum, "Mulai sekarang bibi jangan malu dan minder lagi, karena sekarang bibi adalah bagian dari hidup Randy,"

Lastri tersenyum lalu mengelus lembut kepala Randy penuh kasih sayang.

Selesai sarapan, Randy segera menuju rumah Tante Ratih, orang kepercayaan mendiang papa dan mamanya. Setiba di kantor Ratih, Randy langsung menemui wanita itu di ruang kerjanya.

"Hai, Randy. Makin ganteng aja kamu," sapa Ratih dengan senyum menggoda.

"Tante juga makin cantik aja, kok," balas Randy santai.

"Bisa aja kamu... Mari, Sayang, kita ngobrol di kamar Tante aja, ya?" ajak Ratih, lalu menggandeng Randy menuju ruangan khusus miliknya.

Begitu masuk, Ratih melangkah menuju lemari pendingin. "Kamu mau minum apa, Sayang?" tanyanya lembut.

"Terserah, Tan," jawab Randy sambil duduk di sofa.

Ratih mendekat, meletakkan minuman kemasan di meja. "Tante menyuruhmu kemari karena ada sesuatu yang ingin Tante serahkan kepadamu."

"Apa itu, Tan?" tanya Randy penasaran.

"Nanti kamu juga akan tahu, Sayang," ucap Ratih dengan senyum misterius.

Ia lalu mengambil sebuah tas yang sudah disiapkannya dan menyerahkannya kepada Randy. Dengan rasa ingin tahu, Randy segera membuka tas berwarna pink itu. Di dalamnya, terdapat beberapa dokumen kepemilikan properti, restoran, dan hotel, serta buku rekening bank lengkap dengan kartunya. Semua aset itu atas nama Randy

Randy meneteskan air matanya, dia menagis teringat akan papa mamanya, Tante Ratih seger memeluknya dengan erat, Randy membenamkan kepalanya di dada Tante Ratih.Jantung Ratih berdegup cepat saat Kepala Randy menyentuh Mahkota dadanya yang besar itu.

"Udah sayang, jangan di ingat ingat lagi, kan masih ada Tante disini yang akan selalu menjagamu.'' ucap Ratih dengan suara lembut.

Randy mendongak "Makasih Tan," ucapnya.

Tanpa ragu, Ratih mengangkat wajah Randy, lalu mengecup lembut pipinya. Sentuhan itu seakan membangkitkan gairah yang telah lama hilang dalam dirinya.

Randy terdiam sejenak, merasakan debaran aneh yang merayapi tubuhnya. Namun, melihat Randy terpaku, Ratih yang sudah terlanjur terbakar hasrat segera menariknya lebih dekat, lalu melumat bibir pemuda itu dengan penuh gairah.

Randy membalasnya tanpa ragu. Tangannya bergerak menelusuri tubuh Ratih, hingga akhirnya meremas mahkota dada wanita itu yang begitu menggoda.

"Sayang... Tante mau..." bisik Ratih, suaranya sarat dengan keinginan.

"Iya, Tan... Randy juga..." sahut Randy dengan napas memburu.

Dengan gerakan cepat, Ratih melepas bajunya. Randy pun tak tinggal diam-ia menarik Ratih lebih dekat, lalu dengan lembut mendorongnya ke atas tempat tidur.

Perlahan, Randy memindai tubuh Ratih, lalu tatapannya terhenti pada sebuah padang rerumputan yang terawat rapi. Ia mendekatkan wajahnya ke area itu, jemarinya menyisir rerumputan hingga menemukan liang gua. Tanpa ragu, ia menyelami liang yang mulai basah itu dengan lidahnya.

Sebuah desahan keluar dari bibir Tante Ratih. "Ahhhh... Sayang..."

Randy terus menjelajahi liang gua, sesekali melumatnya. "Sayang... terus... ahhhh... masukin, Sayang! Cepat! Tante sudah nggak tahan lagi... uhhhh..." rengek Ratih dengan suara lirih.

Namun, Randy tidak mengindahkannya. Ia terus mengusik liang gua yang dipenuhi rerumputan itu, aksinya semakin cepat. "Sayang... aku nggak tahan... ahhhh... aku mau keluar... aghhhh..." erang Ratih. Tubuhnya melengkung, matanya terpejam, menikmati sensasi yang telah lama hilang, membuatnya kembali merintih.

"Keluarin aja dulu, Tan... ssshhh... aku suka..." sahut Randy sambil semakin cepat menggerakkan lidahnya di liang gua.

"Sayang... aa... ku keluar... ahhhh..." seru Tante Ratih sambil melengkungkan badannya. Detik itu juga, tercipta denyutan yang diikuti rembesan air dari liang gua, membasahi pinggir dan rerumputan di sekitarnya.

Perlahan, tubuh Ratih melemah. Randy terus membersihkan rembesan di sekitar gua, lalu Ratih segera menarik kepala Randy dan melumat bibirnya dengan antusias.

"Sayang, sekarang kamu masukin ya? Tante mau banget..." pinta Tante Ratih.

"Iya, Tan," sahut Randy. Perlahan, ia menindih Ratih, lalu mengarahkan rudalnya yang sudah mengeras.

"Ahhh... Sayang... uhhh..." ucap Tante Ratih, memejamkan matanya.

Randy mulai bergerak, dan desahan Ratih semakin jelas terdengar. "Terus, Sayang... yang dalam... ahhh..." erang Tante Ratih.

Randy semakin bersemangat, gerakannya semakin cepat dan menekan, membuat Ratih berseru, "Sayang... cepat! Aku sudah mau keluar lagi... tekan yang kuat, Sayang!"

"Sebentar, Tan... tunggu aku... aku juga sudah mau keluar... ohh... ahhh... ohh..." balas Randy, napasnya memburu, tubuhnya menegang.

Dalam hitungan detik, terdengar seruan lirih dari Tante Ratih, "Aku keluaaarr, Sayang... ahhh..."

"Aku juga, Tan... aghhhh..." balas Randy, lalu memuncratkan lahar panas yang cukup banyak. Sementara itu, Tante Ratih melengkungkan tubuhnya.

"Ssshhh... ssshhht... ssshh..." desis Tante Ratih saat menerima semburan lahar yang membanjiri guanya

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 1 Lastri pengasuh dan kekasih   03-19 01:55
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY