/0/24238/coverbig.jpg?v=55837c16f8c8fb055cc3a1dd5c34a1b7)
Clarisse Nayara dilanda amarah ketika suaminya, Dario Mahendra, memilih membayar seorang pengawal bernama Keiran untuk menemaninya setiap saat, alih-alih meluangkan waktu bersamanya. Dario berdalih bahwa ia terlalu sibuk dengan urusan bisnis untuk mendampingi Clarisse secara langsung. Namun amarah Clarisse berubah menjadi kehancuran saat ia mengetahui alasan sebenarnya: Dario ternyata memiliki seorang istri kedua yang telah ia sembunyikan selama dua tahun terakhir. Dikhianati, diremehkan, dan dijadikan alat pelindung reputasi, Clarisse memutuskan untuk tidak lagi menjadi korban. Dengan hati yang dingin dan mata penuh dendam, Clarisse membayar Keiran-bukan lagi sebagai pengawal, tapi sebagai kekasih gelapnya. Ia ingin Dario tahu bagaimana rasanya dikhianati, dan ingin membuat lelaki itu kehilangan kendali seperti yang dulu ia alami. Namun yang tidak Clarisse sangka, Keiran bukan pria biasa. Di balik sikap dinginnya, Keiran menyimpan rahasia kelam yang membuat permainan ini jauh lebih berbahaya daripada sekadar balas dendam.
Clarisse Nayara memandangi bayangan dirinya di cermin rias yang besar, wajah cantiknya tak bisa menyembunyikan kehampaan di balik riasan sempurna. Bibir merah delima, mata dihiasi eyeliner mahal, dan rambut panjangnya ditata bergelombang oleh stylist profesional. Ia adalah gambaran wanita sempurna-setidaknya di mata publik. Tapi di balik itu semua, jiwanya kosong. Beku.
Pintu kamar suite apartemen mewahnya terbuka pelan. Bukan oleh Dario, suaminya, melainkan oleh seorang pria asing yang tinggi dan bersurai hitam, berpakaian hitam formal dengan tatapan dingin yang tak bisa ditebak.
"Bu Clarisse, saya Keiran," ucap pria itu datar. "Saya ditugaskan Tuan Dario untuk menjadi pengawal Anda mulai hari ini."
Clarisse hanya memiringkan wajah, menatap Keiran tanpa ekspresi. "Kau bukan pengawal pertamaku," katanya pelan. "Apa yang membuatmu berbeda?"
Keiran tak menjawab. Dia hanya berdiri diam seperti patung batu, penuh wibawa dan jarak. Bukan hanya wajahnya yang tak menunjukkan emosi, tapi auranya-dingin, tak terjangkau.
Clarisse mendengus pelan. Ia tahu, ini bukan soal keamanan. Ini tentang Dario yang makin tak ingin menyisakan waktu untuknya. Selama enam bulan terakhir, lelaki itu nyaris tak pernah tidur di rumah. Selalu sibuk, selalu rapat, selalu terbang ke luar negeri tanpa pemberitahuan. Dan kini, alih-alih menemani istrinya, ia malah mengirim pengawal bayaran.
"Beritahu Dario," kata Clarisse sambil berdiri dari meja rias. "Kalau dia ingin menjauhiku, tak perlu repot mengirimkan bayangan pria untuk menggantikan tempatnya."
Keiran menatap Clarisse dengan mata gelapnya. "Saya hanya menjalankan tugas, Bu."
Clarisse berjalan melewatinya, menyentuh pundaknya sekilas. "Kalau begitu, bersiaplah. Karena mulai detik ini, hidupmu akan lebih rumit dari yang kau duga."
Dario Mahendra tak pernah benar-benar mencintainya. Clarisse menyadari itu sejak tahun pertama pernikahan mereka. Lelaki itu menikahinya karena status, bukan perasaan. Clarisse adalah putri tunggal dari keluarga Nayara, pemilik jaringan media nasional yang bisa melambungkan reputasi Dario sebagai pengusaha muda ambisius. Pernikahan mereka adalah kontrak elegan yang dibungkus sutra dan senyum palsu.
Namun Clarisse, seperti wanita naif pada umumnya, sempat berharap. Ia mencoba mencintai, memberi, bertahan. Tapi perlahan, ia belajar bahwa tidak semua luka bisa disembuhkan dengan kesetiaan. Terlebih ketika kesetiaan itu tak pernah dibalas.
Malam itu, Clarisse duduk sendirian di balkon apartemen, memeluk secangkir teh hangat yang tak disentuhnya. Keiran berdiri tidak jauh, menjaganya dalam diam. Lelaki itu seperti bayangan. Tak pernah bicara, tak pernah bertanya.
"Apa kau sudah menikah, Keiran?" tanya Clarisse pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh hembusan angin malam.
"Belum."
"Punya pacar?"
"Tidak."
Clarisse tertawa miris. "Luar biasa. Seorang pria tanpa masa lalu, tanpa masa depan, dan tanpa kehidupan pribadi."
Keiran tidak menanggapi. Matanya tetap awas menatap sekeliling, seperti robot yang diprogram untuk mengabaikan emosi.
Tapi Clarisse bukan wanita yang mudah diabaikan. Ia adalah istri yang dikhianati. Seorang wanita yang sudah terlalu lama diam.
Dan malam itu, untuk pertama kalinya, ia membuntuti Dario.
Dengan mengenakan hoodie hitam dan kacamata besar, Clarisse mengamati mobil suaminya dari kejauhan. Ia menyewa mobil lain dan menyuruh supir pribadinya berhenti di ujung jalan. Hatinya berdetak kencang, bukan karena ketakutan, tapi karena firasat yang selama ini ia tolak dengan keras kepala: bahwa Dario menyembunyikan sesuatu.
Mobil Dario berhenti di sebuah rumah klasik di kawasan elit Menteng. Sebuah rumah yang tidak asing-bukan karena Clarisse pernah ke sana, tapi karena surat-surat pajaknya pernah masuk ke email bersama mereka. Dulu Clarisse mengira itu hanya aset kosong.
Tapi malam ini, rumah itu menyala. Tirainya terbuka sedikit.
Dan dari balik jendela, Clarisse melihat Dario memeluk seorang wanita. Rambut wanita itu panjang, berwarna coklat muda. Di pelukannya, ada seorang anak kecil. Sekitar empat tahun.
Clarisse tak bisa bernapas.
Tubuhnya gemetar. Matanya membelalak, lalu mengabur oleh air mata. Wanita itu tidak hanya pacar. Dia... istri. Dan anak itu, wajahnya...
Wajah anak itu adalah salinan kecil dari Dario Mahendra.
Clarisse tak ingat bagaimana ia kembali ke apartemen. Yang ia tahu, saat ia membuka pintu, Keiran masih berdiri di lorong, seperti hantu penjaga neraka.
Clarisse berjalan melewatinya, lalu membanting pintu kamar dengan keras. Ia memukul meja rias, menjatuhkan parfum mahal, dan merobek gaun malam yang baru dibelinya kemarin. Seluruh tubuhnya bergetar.
Keiran tak masuk, tapi ia mengetuk pintu.
"Bu Clarisse. Anda baik-baik saja?"
"Pergi!" teriak Clarisse, suaranya pecah. "Aku tak butuh penjaga bayaran yang bahkan tidak bisa melindungiku dari kenyataan!"
Namun Keiran tidak pergi. Ia tetap berdiri di depan pintu sampai suara Clarisse berubah menjadi isakan pelan. Sampai akhirnya... pintu terbuka.
Clarisse berdiri di ambang pintu, gaunnya sobek, riasannya luntur. Matanya merah. "Kau tahu," katanya pelan, "suamiku punya istri lain. Anak lain. Dan aku? Aku hanya boneka pajangan."
Keiran tidak menjawab. Tapi dalam sorot matanya, untuk pertama kalinya, muncul sedikit... iba.
Clarisse menatapnya lama. Lalu, tanpa peringatan, ia berkata: "Aku ingin membayar."
"Untuk apa?"
Clarisse melangkah mendekat, hanya beberapa inci dari dada bidang Keiran. "Untuk membuatnya merasakan apa yang aku rasakan. Untuk menghancurkan harga dirinya. Aku ingin kau menjadi kekasih gelapku."
Apakah Keiran akan menerima tawaran Clarisse?
Apa motif Clarisse sesungguhnya-balas dendam atau pelarian?
Dan siapa sebenarnya Keiran, pria misterius tanpa masa lalu itu?
Nadira Almeira, seorang sekretaris muda yang cerdas namun sederhana, bekerja di bawah kepemimpinan Elvano Mahardika, CEO tampan sekaligus pewaris perusahaan raksasa Mahardika Corp. Suatu malam, Nadira dituduh menjebak Elvano dengan menggunakan obat perangsang dan membuat pria itu menghabiskan malam bersamanya. Tanpa sempat membela diri, Nadira dihujani tuduhan keji, dicap sebagai penggoda murahan yang haus kekuasaan. Dengan penuh amarah dan kehinaan, Elvano memecat Nadira secara sepihak. Di depan para staf, pria itu melemparkan segepok uang ke wajah Nadira-menghinanya seakan-akan harga diri perempuan itu bisa dibeli. Nadira hanya bisa berdiri membeku, air matanya mengalir tanpa bisa menghentikan rasa malu dan ketidakadilan. Padahal, Nadira sendiri adalah korban-dia tak tahu apa-apa tentang jebakan yang menimpanya malam itu. Namun, semuanya berubah ketika beberapa minggu kemudian, Nadira mengetahui bahwa ia mengandung anak dari pria yang telah mengusir dan mempermalukannya di depan umum. Kini, dalam diam dan rasa sakit, Nadira harus memilih: melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang, atau kembali dan menghadapi Elvano-bukan untuk menuntut keadilan, tapi untuk melindungi darah daging yang kini tumbuh dalam rahimnya.
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Warning!!! 21+ only Kecenderungan kekerasan dan kata kasar. Usia kurang dari 21 tahun dilarang baca! Erick, pria berusia 20 tahun yang hidup berdua dengan ibunya terpaksa harus menjadi peliharaan Jason, pria penyuka sesama jenis dengan kecenderungan BDSM demi membiayai ibunya yang masuk rumah sakit. Bagaimanakah kehidupan erick selama menjadi peliharaan Jason? WARNING! BxB BDSM Mature konten (kekerasan, kata kasar, hinaan dll)
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."