Unduh Aplikasi panas
Beranda / xuanhuan / Arsenal Military Academy 2- Musim Lanjutan: Gema Waktu Dan Harapan Baru
Arsenal Military Academy 2- Musim Lanjutan: Gema Waktu Dan Harapan Baru

Arsenal Military Academy 2- Musim Lanjutan: Gema Waktu Dan Harapan Baru

3.5

Satu dekade pasca kelulusan dari Akademi Arsenal, di tengah Perang Tiongkok-Jepang II (1943-1945), Komandan Gu Yanzhen dan Xie Xiang membangun keluarga bahagia bersama putra mereka, Chenxi. Xie Xiang pensiun dini, sementara Gu Yanzhen berjuang di garis depan. Sahabat setia mereka, Mayor Jenderal Shen Junshan, yang masih melajang, diam-diam mencintai Xie Xiang dan menjadi paman kesayangan Chenxi. Tragedi melanda ketika Gu Yanzhen gugur akibat pengkhianatan Mayor Lin Yi, perwira kepercayaannya. Xie Xiang hancur, namun Shen Junshan hadir sebagai penopang, bersumpah menemukan pengkhianat dan melindungi keluarga sahabatnya. Didorong mencari keadilan, semangat juang Xie Xiang bangkit. Bersama Shen Junshan, mereka berhasil mengungkap dan menghukum Lin Yi. Beberapa tahun berlalu. Shen Junshan menjadi figur ayah bagi Chenxi. Kedekatan mereka menumbuhkan perasaan baru antara Shen Junshan dan Xie Xiang. Akhirnya, Shen Junshan melamar Xie Xiang, menawarkan cinta tulus dan masa depan baru. Dengan restu kenangan Gu Yanzhen, Xie Xiang menerima. Pernikahan kedua mereka menjadi simbol harapan di tengah perang, membangun keluarga baru yang penuh cinta dan ketabahan, membuktikan bahwa kebahagiaan bisa ditemukan kembali meski setelah kehilangan terberat. Perjuangan untuk Republik terus berlanjut, namun kini mereka menghadapinya bersama.

Konten

Bab 1 BAGIAN I: GENDERANG PERANG DI LUAR TEMBOK

NOTIFIKASI PENTING & DISCLAIMER:

Harap diperhatikan bahwa cerita yang akan Anda baca ini adalah sebuah karya fiksi penggemar (fanfiction). Cerita ini terinspirasi oleh dan merupakan kelanjutan imajinatif dari serial televisi populer "Arsenal Military Academy (烈火军校)".

Saya ingin menegaskan bahwa:

Semua karakter asli (seperti Xie Xiang, Gu Yanzhen, Shen Junshan, dll.), latar tempat utama (Akademi Militer Arsenal), dan alur cerita dasar dari serial "Arsenal Military Academy" adalah milik mutlak dari para kreator, penulis naskah, sutradara, dan rumah produksi resmi (Huanyu Film).

Saya tidak mengklaim kepemilikan hak cipta atas elemen-elemen asli tersebut.

Fanfiksi ini ditulis semata-mata untuk tujuan hiburan dan sebagai bentuk apresiasi pribadi saya terhadap karya aslinya. Tidak ada keuntungan finansial yang saya peroleh dari penulisan atau publikasi cerita ini di platform ini.

Setiap plot tambahan, karakter baru (jika ada), atau pengembangan cerita yang berbeda dari karya asli adalah interpretasi dan kreasi imajinatif saya sebagai penggemar.

Terima kasih telah membaca, dan saya harap Anda menikmati eksplorasi alternatif dari dunia "Arsenal Military Academy" ini. Dukung selalu karya aslinya!

Mohon nikmati cerita ini dengan semangat yang sama seperti kita menikmati serial aslinya.

Salam hangat!

*****

BAB 1: JEJAK DI SALJU MANCHURIA

Langit Manchuria di awal musim dingin adalah kanvas kelabu yang tak bertepi, memayungi hamparan salju yang seolah menelan setiap suara. Angin utara, membawa partikel es yang tajam, membelai tanpa ampun wajah Letnan Xie Xiang. Ia menarik syalnya lebih erat, merasakan dingin meresap hingga ke tulang meski telah berlapis pakaian. Beberapa bulan telah berlalu sejak ia berdiri di podium Akademi Arsenal, medali keberanian atas penyelamatan Profesor Lin terasa berat di dadanya, nama "Xie Xiang" terukir jelas, bukan lagi bayang-bayang kakaknya.

Kini, ia memimpin unit patroli kecil di perbatasan utara yang rawan ini. Prajurit-prajurit di bawah komandonya, yang awalnya memandangnya dengan tatapan campuran antara rasa ingin tahu dan skeptis, perlahan mulai menaruh hormat. Keberanian dan kecerdikannya dalam misi pertama itu telah membungkam banyak keraguan, meski bisik-bisik sinis tentang "perwira perempuan" sesekali masih terdengar di barak yang lebih besar.

Pagi itu, tugas mereka adalah memeriksa laporan tentang peningkatan aktivitas kelompok separatis lokal. Kelompok yang dulu hanya bersenjatakan senapan tua dan semangat fanatik, kini dikabarkan memiliki persenjataan yang lebih modern. Xie Xiang merasakan ada yang janggal.

"Perhatikan sekeliling!" perintahnya, suaranya tegas memecah kesunyian. "Laporkan setiap jejak yang tidak biasa."

Sersan Tua Li, prajurit paling senior di unitnya, mengangguk. "Siap, Letnan!"

Mereka bergerak menyusuri lembah sempit yang diapit tebing-tebing curam. Tiba-tiba, Kopral Zhang, yang berjalan paling depan, berhenti dan memberi isyarat. Xie Xiang segera menghampirinya.

Di atas lapisan salju tipis yang menutupi tanah beku, terlihat jelas jejak roda kendaraan berat. Bukan jenis gerobak atau kendaraan sipil yang biasa melintas. Jejak ini lebih lebar, lebih dalam, mengarah ke sebuah jalur tersembunyi yang tak tertera di peta mereka.

"Ini bukan milik pedagang lokal, Letnan," kata Kopral Zhang. "Terlalu berat, dan sepertinya baru saja lewat."

Xie Xiang berjongkok, mengamati jejak itu dengan saksama. Naluri militernya berteriak waspada. "Kita ikuti. Hati-hati, jaga jarak."

Saat senja mulai turun, membiaskan cahaya oranye pucat di atas salju, Xie Xiang duduk di dekat api unggun kecil yang mereka buat di sebuah ceruk terlindung. Dingin semakin menggigit. Ia mengeluarkan sebuah kompas tua dari sakunya. Bukan kompas standar militer. Ini kompas kecil dengan ukiran bunga plum di penutupnya, hadiah dari Gu Yanzhen saat mereka masih kadet, sebelum semua kekacauan dimulai. Ia tersenyum tipis. Gu Yanzhen, dengan segala tingkah sembrononya, selalu punya cara untuk mengejutkan.

Ia juga teringat Shen Junshan, dengan ketenangan dan analisisnya yang tajam. Bagaimana kabar mereka sekarang? Surat-menyurat mereka singkat dan formal, terhalang jarak dan kerahasiaan tugas. Akademi terasa seperti mimpi yang jauh.

Sebuah bayangan jatuh di atasnya. Sersan Tua Li. "Letnan, sudah waktunya patroli malam. Saya akan mengambil giliran pertama."

Xie Xiang mengangguk, menyimpan kembali kompas itu. "Baik, Sersan. Tetap waspada."

Pikirannya kembali pada tugas. Jejak roda itu. Kemana ia mengarah? Dan siapa pemiliknya? Malam itu, di bawah taburan bintang yang terasa begitu dekat di langit Manchuria yang jernih, Xie Xiang tahu bahwa misinya di sini baru saja dimulai, dan mungkin akan jauh lebih berbahaya dari yang ia bayangkan.

Kilas Balik Singkat – Beberapa Bulan Lalu, Nanjing

Ruangan itu terasa pengap, dipenuhi perwira-perwira tinggi dengan wajah serius. Xie Xiang berdiri tegap, seragam kadetnya telah berganti dengan seragam letnan dua yang baru. Di tangannya, surat keputusan resmi dari Kementerian Pertahanan. Namanya: Xie Xiang.

"Letnan Xie Xiang," Jenderal Zhang, pejabat yang pernah ia selamatkan, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Keputusan ini tidak mudah. Anda adalah preseden. Banyak yang akan mengamati setiap langkah Anda."

"Saya mengerti, Jenderal. Saya akan membuktikan bahwa kepercayaan yang diberikan tidak sia-sia," jawab Xie Xiang, suaranya mantap.

Di luar ruangan, Gu Yanzhen dan Shen Junshan menunggunya. Gu Yanzhen langsung merangkulnya dengan antusias.

"Sudah kubilang! Mereka tidak bisa menolak kehebatanmu, Xiang Xiang!" serunya, senyum lebar menghiasi wajahnya.

Shen Junshan hanya tersenyum tipis, namun matanya menunjukkan kebanggaan yang tulus. "Selamat, Xie Xiang. Jaga dirimu baik-baik."

"Kalian juga," balas Xie Xiang, merasakan kehangatan persahabatan mereka. Saat itu, mereka bertiga, penuh harapan, akan segera memulai babak baru dalam pengabdian mereka, tak menyadari betapa berat ujian yang menanti.

Kembali ke Masa Kini – Manchuria

Keesokan harinya, setelah melapor ke pos komando terdekat tentang temuan jejak roda, Xie Xiang harus menghadapi kenyataan pahit. Mayor Feng, komandan pos yang berperut tambun dan berwajah masam, hanya melirik sekilas catatannya.

"Jejak roda, Letnan? Di wilayah sebesar ini?" ia mendengus. "Mungkin hanya penyelundup kecil. Jangan buang-buang waktu untuk hal sepele. Fokus pada patroli rutinmu dan pastikan jalur suplai utama aman. Itu perintah."

Xie Xiang menahan geramannya. "Dengan segala hormat, Mayor, jejak itu tidak biasa dan mengarah ke area yang tidak terawasi. Saya khawatir ini bisa menjadi ancaman..."

"Ancaman?" Mayor Feng tertawa sinis. "Ancaman terbesar di sini adalah musim dingin yang akan datang, Letnan. Dan mungkin... imajinasi perwira muda yang terlalu bersemangat." Beberapa perwira lain di ruangan itu ikut tersenyum meremehkan.

Xie Xiang memberi hormat kaku. "Baik, Mayor."

Ia keluar dari ruangan itu dengan kepalan tangan terkepal. Ia tahu apa yang ia lihat. Dan ia tidak akan menyerah hanya karena diremehkan. Jika komando resmi tidak mau bertindak, ia akan mencari cara lain. Malam itu, ia menulis surat. Bukan laporan resmi, tapi surat pribadi. Kepada Shen Junshan. Ia menceritakan temuannya, keraguannya, dan meminta pendapat sahabatnya yang kini ia tahu berada di unit intelijen di Nanjing. Ia percaya pada analisis tajam Shen Junshan.

Sambil melipat surat itu, tatapannya kembali tertuju pada kompas pemberian Gu Yanzhen yang tergeletak di meja daruratnya. Sebuah pengingat akan keberanian, persahabatan, dan janji yang pernah mereka ucapkan di bawah bendera Akademi Arsenal. Jejak di salju Manchuria ini hanyalah awal. Dan Xie Xiang bertekad untuk mengikutinya, kemanapun itu mengarah.

****bersambung

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 DATANG   Hari ini18:58
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY