Sejak kecil, Lyana sudah terbiasa mengikuti ayahnya berpindah-pindah tugas. Ayahnya, seorang perwira polisi bernama Raka Mahesa, selalu mengutamakan pekerjaan demi menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Hal itu berarti Lyana harus rela meninggalkan teman lama, sekolah lama, dan memulai segalanya dari awal-lagi dan lagi.
Namun hari ini berbeda. Ini bukan sekadar pindah sekolah seperti biasanya. Ini adalah langkah baru yang besar, salah satu bab dalam hidupnya yang harus ia jalani dengan tegar. Ia sadar, menjadi anak seorang polisi tidak mudah, terutama bagi dirinya yang masih berusia tujuh belas tahun.
Dengan tas punggung berisi buku dan perlengkapan sekolah, Lyana melangkah keluar dari rumah. Ibu dan ayahnya sudah menyiapkan semuanya sejak pagi. "Jangan lupa, kamu pintar dan baik hati. Temui orang baru dengan senyuman," pesan ibunya dengan lembut.
Lyana mengangguk. "Iya, Bu. Aku akan coba sebaik mungkin."
Di sekolah barunya, Lyana disambut dengan tatapan penasaran para siswa. Gadis baru dengan senyum yang tulus dan mata yang penuh semangat. Tak lama, seorang gadis dengan rambut panjang berwarna cokelat keemasan mendekatinya.
"Hai, kamu pasti Lyana, kan? Aku Alenka. Aku di kelas sebelah. Jangan khawatir, aku akan tunjukkan jalan ke kelasmu," sapanya ramah.
Lyana merasa hangat dalam sapaan itu. Mungkin kota dan sekolah baru ini tidak akan sekeras yang dia bayangkan.
Hari-hari berlalu dan Alenka menjadi sahabat pertama Lyana di sekolah itu. Mereka selalu bersama, dari jam pelajaran sampai waktu istirahat. Alenka berasal dari keluarga kaya dan terkenal di sekolah. Tapi sikapnya yang ramah membuat semua orang merasa nyaman.
Sementara itu, Lyana mulai dikenal karena kecantikannya yang alami dan sifatnya yang mudah didekati. Tapi yang paling menarik perhatian semua orang adalah kecerdasannya. Di setiap ujian, nilai Lyana selalu masuk daftar teratas. Ia memang jenius, tetapi tidak sombong. Itu membuatnya makin dikagumi.
Namun, di antara semua perhatian itu, ada satu sosok yang membuat Lyana berdebar-Rafa Elvardio, ketua OSIS sekaligus cowok paling populer di sekolah. Rafa bukan hanya tampan dan karismatik, tapi juga terkenal baik hati.
Suatu hari saat Lyana masih baru, dia sempat tersesat di area lapangan olahraga yang luas. Langit mulai mendung dan hujan kecil mulai turun. Saat itulah Rafa muncul, menghampirinya dengan senyum ramah.
"Kamu butuh bantuan?" tanya Rafa.
Lyana mengangguk malu. "Iya, aku nggak tahu jalan ke kelas."
Rafa tersenyum hangat dan mengulurkan tangan. "Aku antar kamu, ayo."
Sejak saat itu, ada rasa hangat yang tumbuh dalam hati Lyana. Tapi dia tahu, Rafa bukan miliknya. Karena Rafa adalah kekasih Alenka, sahabatnya yang selalu tersenyum ceria setiap kali mereka bersama.
Waktu berlalu, dan kelulusan pun tiba. Hari itu adalah perpisahan yang manis sekaligus getir. Lyana harus berpamitan pada Alenka dan semua kenangan yang baru ia rangkai.
"Jaga diri baik-baik ya, Lyana," kata Alenka dengan suara bergetar. "Semoga kita bisa terus jaga komunikasi."
Tapi hidup berkata lain. Ayah Lyana kembali dipindah tugas, kali ini ke Jawa Timur, jauh dari Bandung dan semua yang ia kenal. Nomor telepon dan pesan yang dulu sering mereka kirim mulai jarang, lalu hilang sama sekali.
Tujuh tahun berlalu. Lyana sudah berubah-lebih dewasa, lebih kuat, tapi kenangan masa lalu tetap membekas. Pekerjaan ayahnya membuatnya terbiasa dengan perpisahan dan awal baru.
Suatu hari, tanpa diduga, Lyana bertemu lagi dengan Rafa Elvardio. Dalam sebuah acara reuni sekolah, wajah itu muncul di depannya, sama menawan dan penuh pesona seperti dulu.
Namun kini, ada sesuatu yang berbeda. Rafa bukan hanya sosok yang dulu dia kagumi, tapi seseorang yang membawa luka lama dan harapan baru.
Pertemuan ini bukan kebetulan, dan masa lalu yang tersembunyi mulai terkuak kembali, membuka bab baru yang penuh misteri, harapan, dan tantangan.