Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / PARTNER RANJANG ONLINE
PARTNER RANJANG ONLINE

PARTNER RANJANG ONLINE

5.0

Seorang gadis bernama Serena Adinda bekerja di sebuah perusahaan sebagai sekretaris. Dia memiliki bos yang sangat dingin. Bahkan, walau ia menjadi sekretaris, mereka jarang sekali berbicara. Serena belum pernah memiliki pengalaman memiliki pacar dan cinta. Maka dari itu, ia sangat payah dalam hal bercinta. Suatu ketika ia merasa kesepian. Ia iseng mendownload sebuah aplikasi kencan, dan menemukan seseorang bernama Mickey. Mereka terus chatingan setiap malam dan membahas berbagai hal. Bahkan mereka sudah berani chatingan intim dan teleponan nakal. Itu menumbuhkan rasa penasaran diantara keduanya. Sehingga mereka memutuskan untuk bertemu. Dan mereka berencana, ketika mereka berhasil bertemu, mereka akan melakukan hal itu. Janji sudah dibuat, dan akhirnya mereka benar-benar bertemu. Namun alangkah terkejutnya, ketika mereka berhasil bertemu. Yang ternyata adalah bosnya dan sekretarisnya sendiri. Rasa malu dan semuanya bercampur aduk. Namun itu baru permulaan. Kisah mereka baru dimulai dari sini.

Konten

Bab 1 SUARA NAFSU

"4444hhh ...." Pekik suara seorang wanita yang sedang mengg3liat di at4s r4njang.

"Ya bagus begitu, s3ntuhl4h dibagi4n k3cil b4w4hmu dan put4r deng4n l3mbut. Ras4kan sens4sinya sayang!" Terdengar suara seorang pria dari kejauhan. Ternyata mereka sedang berada dalam sambungan telepon.

Serena memej4mkan mat4nya s4mbil mengg1git bibir baw4hnya. Sebelah tangan berada di at4s buk1t kemb4rnya y4ng b3sar, dan tang4n lainnya berad4 di baw4hnya, memaink4n b1ji k3cil s3suai ar4han d4ri s4ng pria. Earphone terpasang di kedua telinganya, memudahkan dia untuk mel4kukan ap4pun yang ia ingink4n.

"Bagaimana? Apakah kau merasakan s3suatu?" Tanya pria itu.

"Ada sesu4tu yang 1ngin keluar dari d4lam diriku. I-itu 444hhh ...." Sebuah ca1ran ken1km4tan meny3mbur kelu4r memb4sahi ka1n spr3i milik Serena.

Ia bernafas terengah-engah, dengan waj4hnya yang terlihat puas.

Sang pria tersenyum smirk, m3ndengar su4ra eng4han dari Serena, m3lalui s4mbungan telep0nnya.

"Aku ingin bertemu denganmu. Jadi kapan kita bisa bertemu denganmu?" Tanya pria itu dengan suara berat.

"Hah, apa? Bertemu? Secara langsung?"

"Ya, dengan bertemu secara langsung, kau tidak perlu repot-repot mema1nkan tubhmu. Ada aku yang akan mem4inkannya. Bagaimana, kitten?" Tanya pria misterius itu.

"K-kitten?"

"Aku berpikir kau memiliki wajah yang kecil dan imut. Mirip seperti anak kucing. Itu panggilan dariku untukmu." Jawab pria itu.

"Kalau bertemu langsung, apakah kita akan benar-benar melakuk4nnya?" Batin Serena.

"Apakah kau takut bertemu denganku?" Tanya pria itu tiba-tiba.

"Hah, apa?"

"Ku rasa kau m4sih v1rgin, right?"

"I-itu,"

"Jangan berik4n tubhmu pada siap4pun. Hanya aku, yang boleh menyentuhny4. Tunggu 4ku, suatu saat kita ak4n b3rtemu d4n 4ku 4kan mem4njakanmu." Terang pria itu.

Serena terdiam. Dia tercengang, bagaimana bisa pria ini ....

"Aku akan menutup teleponnya. Sudah larut malam. Istirahatlah!" Titah pria itu.

"Baiklah. Aku ak-" namun sebelum Serena membalas ucapan sang pria, sambungan teleponnya mati secara sepihak.

"Kenapa mati?" Serena terduduk dan mendapati spreinya basah karenanya.

"Ah, basah lagi. Kenapa setiap telepon dia spr3iku selalu bas4h. Dia benar-benar heb4t." Gumamnya.

Serena bangun dan mandi, kemudian mengganti spreinya dengan yang baru, kemudian istirahat.

***

Keesokan paginya, Serena datang dengan lesu ke kantor.

Kantung matanya terlihat besar dan berjalan pelan seperti zombie.

"Hei, kenapa penampilanmu begitu? Pagi-pagi itu harus semangat, bukan malah seperti zombie."

"Apa katamu? Aku tidak seperti zombie. Tapi ... pagi ini ... memang benar aku seperti zombie." Terang Serena yang terlihat kelelahan sambil berkaca di cermin, dan baru menyadari jika dia memang terlihat lemas tidak bertenaga.

"Pasti kau teleponan sama pria misterius itu hingga larut malam ya?" Kikik Sandra. Teman karib Serena satu kantor.

"Hah apa?" Serena terperanjat dan terkejut mendengar ucapan Sandra.

"Hahahahhahahaha, gelagatmu mencurigakan. Apa saja yang kalian bicarakan hingga larut malam begitu. Haaaaa ... pasti phon3 s3x ya?" Gelak Sandra.

Deg

Wajah Serena memerah dengan telinga yang berdengung tiba-tiba.

"Apa? Tidak. M-mana mungkin aku seperti itu dengan pria yang belum ku kenal. Memalukan." Elak Serena.

"Oh ya? Wah, kukira kalian begitu. Baguslah kalau begitu." Ucap Sandra.

Beberapa menit kemudian, sang bos pemilik perusahaan datang. Ia tidak menghiraukan sapaan para karyawan yang sejak dari pintu masuk hingga keruangannya tak berhenti menyapa.

"Wah Lihat, bos ganteng kita sudah datang." Ucap Sandra dengan mata berbinar.

Serena terdiam dan mengamati sang bos. Walau bertemu setiap hari dan bekerja padanya kurang lebih sudah dua tahun, tapi mereka tidak pernah berbincang banyak. Mungkin sehari hanya sekitar sepuluh sampai dua puluh kata saja. Bosnya terkenal sangat dingin, seperti kulkas empat pintu.

"Wah, kira-kira siapa ya yang berhasil menggaet hati pak Gio ya? Pasti wanita itu sangat beruntung." Ucap Sandra.

"Bukankah pak Gio sudah memiliki kekasih?" Tanya Serena.

"Memang, tapi mereka sudah putus. Dan sekarang pak Gio jomblo lagi deh." Kikik Sandra.

"Kenapa putus?"

"Pacarnya meninggal." Jawab Sandra.

"Hah? M-meninggal? Kenapa?" Rena terkejut mendengar kabar itu.

"Tidak tahu, katanya sakit." Jawab Sandra sambil menghendikkan bahunya.

"Iya, kasihan sekali ya? Masa pria seperti pak Gio jadi jomblo. Dia sangat sedih, hingga jadi dingin seperti itu. Sepertinya dia sudah tidak begitu menginginkan wanita lain. Hah ...."

"Mungkin masih trauma untuk mencintai orang lain. Belum bisa move on," ucap Serena membela keadaan.

"Ya aku tidak tahu, mungkin juga begitu. Eh tunggu, kau kan sekretarisnya, otomatis harus lebih tahu dong!" Desak Sandra.

"Aku memang sekretarisnya, tapi pak Gio tidak pernah mengobrol apapun kecuali pekerjaan. Itu pun tidak sampai dua puluh kata sehari." Jelas Serena.

"Hah, gunakan pesonamu dong. Kamu kan cantik, seksi, buah kembarmu besar. Malah sebesar milik Pamela duo serigala. Kalau aku jadi kau, aku sudah striptis didepan pak Gio biar dia tergoda. Ahahhahahaha," gelak Sandra.

"Ih, menjijikkan. Dasar gila. Aku tidak mungkin seperti itu. Sudahlah, aku akan keruangan pak Gio. Dia akan marah kalau aku tidak tepat waktu masuk keruangannya." Ucap Serena kemudian berjalan menuju ruangan Gio.

Tok-tok-tok

"Masuk!" Terdengar seruan dari dalam.

Dengan takut-takut dan ragu, Serena masuk ke dalam dan duduk di kursinya.

Terlihat Gio sangat fokus mengecek semua laporan. Serena menatap bosnya yang sangat tampan disaat sedang serius. Selama dua tahun bekerja, dia tidak pernah mengobrol hal pribadi atau keluarga masing-masing. Melihat bosnya tersenyum saja tidak pernah. Benar-benar kulkas.

Tiba-tiba Gio berbalik menatap Serena. Serena terkejut dan kembali menunduk.

Gio diam tanpa kata dan tidak berkomentar apapun.

Jantung Serena semakin berdetak kencang. Ia mengelus dadanya dan menetralisir nafasnya. Tatapannya seperti tatapan singa lapar yang akan menerkam mangsanya. Sangat tajam dan menusuk.

Serena berdiri dan mengantar berkas untuk Gio tandatangani.

"P-permisi p-pak, ada berkas yang harus anda tangani. Berkas ini untuk bahan rapat kerjasama kita dengan PT. TOP nanti." Jelas Serena.

Tanpa menatap Serena, Gio mengambil berkas itu dan mengeceknya satu persatu. Garapan Serena tidak pernah gagal. Gio selalu puas dengan kinerja Serena. Serena juga sangat jenius dan pintar. Selalu dapat menjadi pembicara yang baik ketika rapat diluar kantor. Selalu mengerti apa mau Gio tanpa disuruh. Maka dari itu, banyak klien Gio yang menyukainya. Namun Gio tidak pernah setuju dan memberi akses pada orang, siapapun itu untuk mendekati sekretarisnya. Alasannya mudah, dia tidak ingin kehilangan sekretaris handal seperti Serena.

"Atur saja!" Gio langsung menandatangani berkas itu dan memberikannya pada Serena.

Gio menatap Serena dengan dalam.

"A-ada apa pak?"

"Besok lagi, minta seragam pada bagian umum. Jangan pakai seragam yang ini lagi." Titah Gio.

"Kenapa pak? Seragam ini baru lho. Bapak selalu meminta saya untuk mengganti seragam. Itu sudah lebih dari lima kali. Saya jadi tidak enak dengan bagian umum karena minta terus." Sahut Serena sambil mengerucutkan bibirnya.

"Aku yang akan memintakannya untukmu. Berapa ukuran dad4mu?"

"Hah, apa?"

"Bajumu sesak dibagian itu. Maka dari itu, aku ingin bagian umum menyiapkan khusus untukmu, dengan ukuran yang sesuai. Baju ini terlalu ketat. Seluruh lekuk tubuhmu terlihat." Jelas Gio tentu saja tanpa melihat Serena.

Wajah Serena memerah. Dengan reflek ia menutupi bagian dad4nya dengan kedua tangan.

"T-tiga delapan D." Lirih Serena.

"Cih, aku tidak tanya ukuran Bra mu. Aku tanya ukuran dada, untuk menjahit baju seragammu." Hardik Gio.

"Hah, s-seratus dua puluh pak." Jawab Serena. Sangat mustahil bagi seorang wanita dengan berat badan sekitar 45 kg, memiliki ukuran dada segitu. Sudah terlihat, betapa bes4rnya ukur4n d4da Serena.

"Hmm," Tanpa berkata-kata lagi, Gio melanjutkan menandatangani berkasnya. Kemudian dia berdiri berjalan menuju mesin kopi untuk membuat kopi.

"Pak, anda bisa menyuruh saya untuk membuatkan kopi. Ada tidak perlu buat sendiri." Ucap Serena.

Namun Gio tetap terdiam. Ia lebih memilih menyeruput kopi hitamnya.

Serena terdiam dan tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.

Tiba-tiba, Gio berdiri lagi dari duduknya. Ia merapikan jasnya dan berjalan menuju pintu keluar.

"Siapkan semuanya, kita pergi ke jadwal pertama."

"B-baik pak," dengan cepat Serena menyiapkan segalanya. Ia tidak ingin membuat Gio menunggu, karena Gio benci menunggu dan moodnya bisa menjadi tidak bagus.

Bersambung

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 TAKE IT BABY   06-20 14:33
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY